Hingga keesokan hari Galuh Tapa mulai berlatih dengan menggunakan pedang, bagi orang yang perama kali belajar, tentu saja teknik itu sangat sulit. Tapi tidak bagi pemuda ini karena dia sudah pernah berlatih memainkan pedang, jadi sediktnya hal itu tidak akan terlalu sulit.Namun untuk sekarang Resi Sembadah menganjurkan untuk memakai pedang yang terbuat dari kayu terlebih dahulu.Meski sebenarnya Galuh Tapa ingin memakai pedang yang ada pada dirinya yaitu pedang pusaka Lintang Kuning.Tapi Resi Sembadah, tidak ingin jika tempat itu hancur oleh energi pedang yang dimiliki pemuda itu, jadi itulah alasannya kenapa dia menyuruh Galuh Tapa untuk tidak menggunakan pedangnya saat ini. Namun bagi Galuh Tapa bukanlah perkara sulit. Sebab dari ketiga pedang sebenarnya teknik pedang penjuru yang paling rumit dalam setiap gerakannya.Dia sudah memahami sedikit tentang teknik pedang bayangan, tapi dengan adanya kitab ditangannya tentu akan sangat berguna, untuk menguasai teknik itu.Galuh Tapa me
Setelah beberapa menit berjalan, pemuda itu sampai juga didanau merah, dimana sebelumnya dia masuk kedalam alam lelembut melalui goa didalam danau itu.Siring besar akibat pertarungannya dengan Sutantri satu tahun lalu masih terlihat jelas.Karena sekarang sudah diisi dengan air, dan tentu saja siring itu juga dipenuhi ikan dan binatang yang lainya.Dipinggir danau itu pemuda itu terhenti sesaat. Bukan karena lelah, tapi tidak memiliki petunjuk kemana dia harus pergi.''Apa mungkin aku harus kembali kekerajaan Fasma lebar? ''tanya Galuh Tapa. ''Atau melihat lembah teratai putih? aduh kemanapun itu aku tidak tahu arahnya.''Hingga Galuh Tapa membasuh mukanya, karena saat ini mungkin wajahnya sangat kotor.Dia akhirnya melanjutkan perjalanan lagi, tujuanya mengarah kearah matahari mati tenggelam, pemuda itu sesekali terbang saat menemui jalan yang sulit dilalui.Tapi dia tidak ingin selalu menggunakan kemampuannya secara terus menerus, sebab dapat menguras tenaga dalamnya.Setelah melak
''Benar sekali ini adalah perintah dari raja Jagat Satria.'' Jagat Satria sedang melakukan lobi kepada raja di dataran bumi Besemah yang lain, tapi hingga hari ini kerajaan itu belum memberi Tanggapan.Jika tanggapan Jagat Satria diterima oleh raja penguasa dataran bumi besemah maka kemungkinan bertahan melawan Kelabang Iblis terbuka lebar.Tapi sejauh ini mereka tidak banyak mendapatkan informasi mengenai dataran itu. Sekarang tinggal berharap setidaknya mereka mau membantu pengungsian rakyat Fasema Lebar.Galuh Tapa menarik napas dalam setelah mendengar perkataan pria itu, bagaimanapun ini adalah suasana yang sangat krisis, sudah puluhan orang yang tewas. Ini bukanlah penaklukkan lagi tapi ini sebuah pembantaian.Hingga Galuh Tapa mengepal erat telapak tangannya, menahan marah. Jikapun dia masih bertahan satu tahun lalu, situasinya akan tetap akan sama. Lima ratus pendekar tanpa tanding yang mereka bawa bukanlah hal yang biasa dianggap remeh.''Jadi kalian semua adalah persatuan h
Sementara Galuh Tapa hanya tersenyum kecil. Mereka semua bahkan belum mencapai level pendekar pilih tanding, tapi bertingkah seperti jagoan. Sehingga pemuda itu mengambil sebuah ranting kecil yang masih terdapat sehelai daun diujung ranting tersebut.Galuh Tapa sambil menggelengkan kepala menghadapi mereka semua secara bersamaan dengan menggunakan ranting itu sebagai senjata.Boom...boomBahkan beberapa pedang yang terkena ranting yang dia gunakan seketika patah berkeping-keping.Pemuda itu jelas menyalurkan tenaga dalam pada ranting yang dia gunakan, bahkan sehelai daun yang melekat tidak jatuh setelah beberapa kali mencabut nyawa lawannya.Setelah dua menit atua mungkin lebih, Galuh Tapa menyisakan satu lawannya yang masih hidup, pemuda itu tidak membunuhnya, karena lawannya sudah melepaskan senjata sambil gemetaran.''Aku akan membunuh yang satu ini! ''bocah itu berniat memainkan kecapi, tapi Galuh Tapa segera mencegahnya.''Membunuh musuh yang sudah tidak berniat lagi bertarung b
Lalu kemudian barisan berikutnya diikuti dengan rakyat yang masih memiliki stamina yang cukup baik. Mereka sengaja diletakan ditengah, agar mereka tidak meninggalkan orang-orang tua yang berjalan lebih dahulu.Dan barisan yang selanjutnya adalah tiga belas orang kuat yang membantu bagian rakyat barisan belakang, jika saja diantara mereka mengalami kesulitan.Formasi ini juga bertujuan agar lebih muda mempertahankan posisi ketika musuh tiba-tiba datang menyerang.''formasi dipakai sekawanan serigala, ''Galuh Tapa bergumam pelan.Sedangkan bagian paling akhir adalah Galuh Tapa. pemuda itu menarik gerobak barang seperti menarik sebuah kapas, mudah dan terlihat ringan.Dia memang sengaja berada pada barisan terakhir, karena memiliki kemampuan yang lebih hebat dari siapapun di sana.Dengan begitu musuhnya-musuhnya yang berusaha mengajar rombongan itu akan berhadapan dengan Galuh Tapa.Galuh Tapa juga tidak keberatan berada didepan jika saja ada musuh yang menghadang, tapi dia yakin pasukan
''Kalian akan membunuh semua orang ini, ''tanya Sitagok. ''Kejam sekali kalian semua!.''Mendengar perkataan itu, ketua pimpinan bandit gunung tertawa terbahak-bahak. ''Kasian? di dunia yang sudah hampir hancur ini, kalian pikir sifat itu masih ada?tidak, sifat itu telah hilang dari kami, karena itulah kami masih bisa bertahan hidup hingga sekarang. Tawa pria itu diiringi oleh galak tawa teman-temannya yang lain, ''Lebih baik jangan banyak bicara dan serahkan barang kalian secara baik-baik.''Mendengar perkataan pria itu, Galuh Tapa menggelengkan kepala, situasi seperti inilah yang dia benci.Namun nampaknya tidak ada pilihan lain, beberapa pukulan mungkin bisa membuat mereka jera.''Aku menolak permintaan kalian ''ucap Galuh Tapa.Seketika pemuda itu menyerang terlebih dahulu dengan menggunakan sarung pedang yang dia ambil dari salah satu bandit itu. Mendapat serangan yang begitu cepat, semua bandit nyaris terpaku karena terkejut.Pada saat yang sama, Galuh Tapa menghantam mereka de
Hingga ada satu hal yang ditinggalkan orang tuanya yang menjadi pegangan candil. ''Seni adalah kehidupan tapi juga seni adalah kematian.''Jadi apa tujuanmu sekarang, Candil? ''tanya Galuh Tapa.''Aku akan menjadi pendekar dan bergabung dengan Persatuan Pendekar Hulubalang. ''Bocah itu berkata dengan mantap, bahkan tidak terdengar keraguan dari suaranya. ''Aku akan melindungi semua orang dari orang-orang yang berniat jahat.''''Kau sangat berani!''''Tapi tuanku lebih berani! ''balas Candil.''Tidak, sebenarnya aku ketakutan. Bahkan ketakutan lebih besar dari siapapun orang yang hidup di dunia ini. ''Sambung Galuh Tapa.''Kau takut tuanku? padahal kau sangat kuat''''Aku takut jika tidak bisa melindungi orang-orang dan aku takut kehilangan sahabat dan teman karib. ''Galuh Tapa sebenarnya mengatakan hal yang sebenarnya, dia tidak berbohong atas ketakutannya.''Tuan pendekar...Aku yakin ketakutan mereka tadi lebih dari dirimu. ''Candil tersenyum kecil penuh makna.''Ya, nampaknya mereka
Brewok hitam tidak membantah perkataan pemuda itu, jadi dia mengatur lagi barisan pengungsi dan berjalan terlebih dahulu.Sejauh ini perjalanan mereka cukup aman, tidak lagi bertemu dengan para bandit atau juga prajurit Kelabang Iblis yang sedang berpatroli.Lima hari berjalan akhirnya mereka tiba di jalur kalong. Sekarang jalur itu tidak seramai ketika Galuh Tapa melewatinya.Galuh Tapa melihat ada banyak tumpukan benda yang terbakar, dia yakin itu adalah tumpukan mayat manusia.Jika terus berjalan lurus, maka Galuh Tapa bisa melihat kerajaan Taring Fasema yang hanya tinggal puing-puing bangunan, tetapi mereka tidak mengambil jalan lurus, rombongan pengungsi itu belok ke kiri pada simpang tiga.''Kita akan menyusuri pesisir pantai Gali. ''ucap Sitagok. ''Dan setelah melewati pesisir pantai kita akan memasuki wilayah cukup aman, sebab ada banyak pos penjaga Pendekar Hulubalang letaknya di sana.''Berapa lama kita akan tiba ditempat itu? ''tanya Galuh Tapa.''Mungkin satu pekan perjala
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa