Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 27 - Pemenang Telah Ditentukan

Share

Bab 27 - Pemenang Telah Ditentukan

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-02-20 09:52:31

Du Shen berdiri dengan tenang di tengah arena, matanya menatap tajam setiap gerakan Hao Feng. Sejujurnya, mengalahkan Hao Feng bukanlah hal sulit baginya. Namun, jika ia melakukannya terlalu cepat, hal itu justru akan menarik perhatian yang tidak diinginkan.

Jadi, alih-alih menghabisi lawannya dalam sekejap, Du Shen memilih untuk berlagak kewalahan, bergerak menghindar dengan ekspresi dipenuhi kegugupan.

“Jangan bilang kau cuma bisa menghindar saja, kan?” suara Hao Feng terdengar penuh ketidaksabaran, urat di dahinya tampak sedikit menonjol.

Pemuda itu berusaha menyembunyikan kekesalannya, tapi amarah dalam suaranya tetap tersirat. Tebasan pedangnya yang tajam terus meleset, seolah lawannya bisa membaca gerakannya lebih cepat dari yang bisa ia antisipasi.

“Aku... tak tahu harus melawan bagaimana. Kau terlalu cepat dan kuat.” balasnya. Nada suara Du Shen terdengar sedikit agak ragu-ragu, tapi justru kata-katanya bagaikan ejekan di telinga Hao Feng.

‘Bajingan ini... Sejak tadi dia hanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Legenda Dewa Racun   Bab 28 - Tantangan Hao Yexin

    Arena latihan Klan Hao dipenuhi dengan ketegangan yang semakin menebal. Keringat menetes dari pelipis Hao Feng, dadanya naik turun dengan cepat seiring dengan napasnya yang mulai tak beraturan. Meski tubuhnya sudah hampir mencapai batas, ia tetap berusaha menyerang dengan teknik pedangnya yang paling mahir. Bilah pedangnya berkelebat, menciptakan kilatan tajam di udara, namun setiap tebasannya selalu meleset, seakan hanya mengiris bayangan.Sebaliknya, Du Shen tampak begitu tenang walaupun ekspresinya terlihat penuh sandiwara. Sesekali, dengan gerakan yang nyaris tanpa usaha, ia memukul mundur Hao Feng menggunakan pukulan ringan atau gerakan menghindar yang begitu elegan. Tiap kali Hao Feng berusaha menyerang, Du Shen selalu bisa menghindar dengan mudah, lalu membalas dengan satu atau dua pukulan yang cukup untuk mengacaukan keseimbangannya.Hao Feng menggeram, matanya menyala penuh kemarahan. Rasa frustrasi mulai menguasai dirinya. Ia sudah mengerahkan segalanya, namun lawannya sea

    Last Updated : 2025-02-22
  • Legenda Dewa Racun   Bab 29 - Du Shen Vs Hao Yexin

    "Oh? Tentu saja," balas Du Shen dengan senyum ramahnya. Hao Yexin mengangguk, lalu melangkah maju dengan penuh percaya diri. Rambutnya yang panjang berkibar tertiup angin saat ia mengambil posisi di tengah arena, matanya menatap lurus ke arah Du Shen tanpa ragu. Di pinggiran arena, para anggota klan kembali berbisik-bisik, kali ini dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu dan keterkejutan. "Huh? Jika Hao Feng saja kalah dari pemuda itu, kenapa Tuan Putri juga mau melawannya?" cibir Tetua Zhang, wajahnya mengernyit penuh ketidaksenangan. "Bukankah ini akan berakhir sama saja?" Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rencananya mempermalukan Du Shen berakhir dengan kehinaan bagi cucunya sendiri. Di sisi lain, Tetua Jiang yang berdiri tak jauh darinya hanya terkekeh pelan. "Jangan salah, Tetua Kedua," katanya dengan nada santai namun menyelipkan sedikit ejekan. "Cucuku baru saja menerobos hingga beberapa tahap hanya dalam semalam. Aku percaya kultivasinya sekarang bahkan telah

    Last Updated : 2025-02-25
  • Legenda Dewa Racun   Bab 30 - Dao Pedang?

    Dengan begitu latih tanding itu berakhir yang langsung mengundang berbagai opini anggota klan Hao terhadap Du Shen. Beberapa orang masih diliputi akan rasa penasaran tentang seberapa kuat pemuda itu sebenarnya. Bagaimanapun itu semua orang hanya melihatnya menghindar tanpa perlawanan yang berarti, dan itu membuat mereka tak puas atau terhibur. Sebelum Du Shen melangkah menuju kerumunan para tetua dan kepala klan, Hao Yexin bergegas membuka mulutnya dan menghentikan langkah oemuda itu. "Tapi, apa maksudmu dengan bakat alami dalam berpedang?" tanya Hao Yexin dengan tatapan penuh kebingungan. "Sejak dulu, aku selalu ragu setiap kali mengayunkan pedang. Bagaimana bisa kau menilaiku begitu tinggi?" Du Shen menatapnya sejenak sebelum tersenyum tipis. "Setelah pertarungan singkat tadi, kau hampir membuatku merasa terancam. Entah bagaimana, aku bisa melihat sekilas Dao Pedang yang luar biasa keluar darimu." Hao Yexin tertegun mendengar kata-kata itu. "Dao Pedang?" gumamnya, semakin

    Last Updated : 2025-02-25
  • Legenda Dewa Racun   Bab 31 - Paviliun Seribu Harta

    Setelah latih tanding singkat itu, Hao Yexin merasa semangatnya membuncah. Kegembiraan yang jarang ia rasakan mengalir deras dalam dirinya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Du Shen, mengajaknya berjalan menuju pusat kota Danau Hitam. "Ayo, aku akan membawamu berkeliling!" katanya penuh semangat, matanya berbinar melihat hiruk-pikuk pasar yang ramai. "Katakan saja apa yang kau mau, aku akan membelikannya untukmu!" Du Shen meliriknya dengan senyum samar. "Oh? Benarkah?" tanyanya dengan nada menggoda. "Apa kau punya uang sebanyak itu sampai berani membelikan sesuatu untukku?" Hao Yexin mengangkat dagunya dengan bangga. "Tentu saja! Aku ini putri Kepala Klan Hao! Tak perlu khawatir soal uang." serunya. Pasar Kota Danau Hitam dipenuhi pedagang yang berteriak menawarkan dagangan mereka—mulai dari kain sutra berkualitas tinggi, perhiasan berkilauan, hingga berbagai jenis makanan jalanan. Hingga aroma rempah-rempah dan makanan panggang tercium memenuhi udara, menciptakan

    Last Updated : 2025-02-27
  • Legenda Dewa Racun   Bab 32 - Dua Orang Menyebalkan

    Begitu matanya menangkap sosok itu, ekspresi Hao Yexin langsung berubah. Tatapannya yang semula santai kini dipenuhi kejengkelan dan amarah yang mendidih. Ia hampir tak percaya dengan nasib sialnya hari ini.Dari sekian banyak tempat yang bisa ia kunjungi, kenapa harus bertemu dengan dia lagi?Pria itu—Murong Chen—berdiri dengan tangan disilangkan di dada, menatap mereka dengan senyum miring yang penuh ejekan. Wajahnya yang memang sudah menyebalkan kini semakin membuat darah Hao Yexin bergejolak."Huh? Kemanapun aku melangkah, kalian pasti mengikutiku," cibir Murong Chen, suaranya dipenuhi keangkuhan yang menjengkelkan. "Nona Hao, apa yang kau lakukan di sini?"Hao Yexin mengerutkan kening, tatapannya penuh ketidaksenangan."Huh? Aku harusnya mengatakan kalau aku benar-benar sial bertemu denganmu di tempat ini," balasnya sinis.Murong Chen terkekeh ringan, seakan menikmati kejengkelan di wajah Hao Yexin. Namun, sebelum ia bisa membalas, suara lain yang lebih feminin terdengar dari sam

    Last Updated : 2025-02-27
  • Legenda Dewa Racun   Bab 33 - Artefak Cacat?

    Hong Xie mengangguk, meski ada sedikit keraguan di matanya. Dari interaksi yang berlangsung di depannya, ia mulai memahami beberapa hal. Tatapan matanya sesekali melirik ke arah Hao Yexin, yang gerak-geriknya tampak agak kaku, seolah menahan sesuatu dalam dirinya.Namun, sebagai pelayan yang terlatih, ia tetap mempertahankan ekspresi ramahnya. Dengan nada sopan, ia berkata,"Baiklah, Tuan. Saya akan menyiapkan Belati Iblis Bulan ini untuk Anda, dan untuk pembayarannya bisa—"Ucapan Hong Xie mendadak terhenti. Sebuah lambaian tangan yang tegas menghentikannya sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.Du Shen. Pemuda itu berdiri tegak dengan ekspresi tidak senang. Tatapan tajamnya menusuk langsung ke arah pelayan tersebut, seakan menelanjangi setiap pikiran yang tersembunyi.Hong Xie merasakan dadanya sedikit bergetar. Ia menelan ludah, lalu menundukkan kepala dengan gugup. Ada sesuatu dalam tatapan pemuda itu yang berbeda—sebuah tekanan tak kasatmata yang membuatnya merasa kecil."A-

    Last Updated : 2025-02-28
  • Legenda Dewa Racun   Bab 34 - Kedatangan Tetua Qin

    Di tengah suasana tegangan yang menggelayuti ruangan itu, tiba-tiba suara serak nan berat bergema dari arah samping."Ada apa ini?" suara itu langsung memecah keheningan.Perlahan, seorang pria paruh baya berjalan dengan langkah anggun dan penuh wibawa mendekat ke arah mereka. Setiap gerakannya menunjukkan otoritas yang sulit dibantah, seakan hanya dengan kehadirannya saja, seluruh ruangan harus tunduk dan patuh.Tatapan tajamnya menyapu seluruh orang yang berkumpul di tempat itu.Mata beberapa pelayan dan orang-orang di dalam ruangan Paviliun Seribu Harta segera melebar dalam ketegangan. Sosok ini bukan orang biasa yang dapat diremehkan begitu saja.Dia adalah Tetua Qin Cong, wakil pemimpin Paviliun Seribu Harta.Begitu melihat pria itu muncul, Xiao Mei buru-buru melangkah maju, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini."T-Tetua Qin, anda akhirnya datang!" serunya dengan nada penuh hormat, bahkan mendahului para pelayan yang seharusnya menyambut pria itu lebih dulu.Qin Cong meng

    Last Updated : 2025-02-28
  • Legenda Dewa Racun   Bab 35 - Tebasan Ringan

    Xiao Mei menyilangkan tangan di depan dada, sudut bibirnya terangkat dalam senyum sinis. Matanya dipenuhi penghinaan saat menatap Du Shen.'Huh~ Orang ini? Mari lihat kebodohan apa lagi yang akan kau lakukan,' pikirnya, menikmati pertunjukan yang menurutnya hanya akan berakhir dengan Du Shen mempermlaukan dirinya sendiri.Di tengah suasana yang agak tegang itu, Du Shen dengan tenang mengulurkan tangannya dan meraih kembali Belati Iblis Bulan yang masih dipegang oleh Hong Xie.Cahaya temaram dari kristal di dinding-dinding kayu memantul pada bilah perak belati itu, menciptakan kilauan cahaya yang memancarkan aura tajam dan ganas.Tanpa ragu, Du Shen mengayunkan belati itu beberapa kali di udara.Gerakannya halus, tetapi penuh perhitungan. Setiap ayunan menciptakan suara desiran kecil, seolah bilah belati itu sedang membelah udara dengan kekuatan tersembunyi.Mata semua orang tertuju padanya. Namun, sebelum ada yang bisa mengerti maksud tindakannya, suara cemoohan terdengar."Apa yang c

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 112 - Bertemu Kembali

    Namun ia tak begitu peduli pada patung itu dan mengalihkan perhatian ke segala arah di dalam aula yang luas itu."Hmm?" Du Shen bergumam lirih sambil menatap sekeliling ruangan luas yang terasa sunyi. Pilar-pilar batu yang menjulang tinggi tampak kokoh menopang langit-langit aula, ia memandangi sekitar seolah tengah mencari seseorang. "Pak tua Zhao... Dia tak ada di sini. Apakah dia masih terjebak dalam dimensi ilusi sebelumnya? Atau jangan-jangan ada ruangan lain selain tempat ini?"Pikirannya terus bergulir, mencoba mencari jawaban. Namun tepat saat ia hendak bergerak untuk menyelidiki lebih jauh, seberkas aura yang familiar tiba-tiba muncul dari sisi timur aula. Aura itu samar namun mengandung nuansa yang tak asing baginya.Du Shen menoleh cepat. Matanya menajam, menyapu arah tempat datangnya aura tersebut.Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, sesosok gadis perlahan muncul dari balik kerumunan. Ia tidak sendiri—di dekatnya berdiri dua orang asing yang tampak waspada.Satu adal

  • Legenda Dewa Racun   Bab 111 - Aula Misterius

    Beberapa saat berlalu dalam keheningan yang mendebarkan. Du Shen, yang sejak berdiri tegak dengan mata tertutup, akhirnya membuka kelopak matanya perlahan. Dari balik pupil hitamnya, semburat cahaya hijau tua berkilat tajam seperti bara yang baru saja menyala dari arang yang tertiup angin kencang. Aura dari tubuhnya seketika merembes.Seketika itu pula, atmosfer di sekitar mereka mendadak menjadi berat. Udara seolah menebal, menekan tubuh seperti selimut raksasa yang mengandung niat pembunuhan. Bahkan suara embusan angin tak terdengar lagi, digantikan oleh keheningan mencekam yang seperti berdiri di hadapan binatang buas purba, yang berdiri kokoh dan tak tergoyahkan bagaikan gunung es abadi.Lu Tian, yang semula berbaring santai sambil bersenandung kecil, tiba-tiba menegang. Matanya membelalak, napasnya tercekat di tenggorokan. Rasa sesak menyerangnya begitu cepat hingga ia seketika terduduk, lalu berubah jongkok dengan tangan memegangi sisi kepalanya. Keringat dingin mulai merembe

  • Legenda Dewa Racun   Bab 110 - Pemuda Aneh

    "Kau salah," ujar pemuda itu sambil menarik napas dalam. Suaranya terdengar kesal, namun tak kehilangan semangatnya. "Aku bukan datang ke sini karena kemauanku sendiri. Aku diseret masuk oleh seorang penjahat tua. Dan lihat ini, dia bahkan mengikat kakiku dengan rantai terkutuk ini." lanjutnya sambil menunjuk ke arah kakinya, Du Shen menurunkan pandangannya, memperhatikan dengan seksama. Rantai hitam itu tampak mencengkeram pergelangan kaki pemuda tersebut dengan erat, seperti binatang buas yang tertidur namun siap menerkam kapan saja. Riak aura hitam samar-samar bergelombang dari permukaannya, menebarkan hawa dingin yang menusuk. Du Shen menyipitkan mata. Energi Qi yang mengalir dari rantai itu terasa bengis, seperti mengandung kutukan yang dibentuk dari niat buruk dan dendam yang tak sederhana. "Rantai itu bukan sesuatu yang biasa," gumam Du Shen, lebih kepada dirinya sendiri. Pemuda itu yang sepertinya tak terlalu terganggu dengan situasinya—mengalihkan perhatian pada Du Sh

  • Legenda Dewa Racun   Bab 109 - Memasuki Bangunan Kuno

    Beberapa jam berlalu dalam ketegangan. Langit yang semula cerah perlahan mulai tertutup oleh kabut tipis berwarna kelabu yang muncul entah dari mana. Di depan Paviliun Dewa Kekacauan, ratusan kultivator berdiri menunggu dalam diam. Aura mereka terkendali, namun penuh kewaspadaan. Semua menunggu satu momen saat penghalang kuno itu benar-benar lenyap.Dan akhirnya, itu terjadi.Formasi segel yang melindungi bangunan tua itu mulai bergetar pelan, lalu retak seperti permukaan es yang diinjak. Garis-garis halus menyebar cepat, menciptakan pola aneh sebelum pecah dalam kilatan cahaya. Suara gemuruh yang dalam dan berat terdengar, menggema ke seluruh lembah. Penghalang itu hancur—menguap tanpa sisa.Namun bersamaan dengan itu, gelombang tekanan luar biasa memancar keluar. Tidak seperti sebelumnya, tekanan ini bukan hanya kuat, melainkan mengandung energi yang kacau. Sulit dijelaskan. Tapi semua orang dapat merasakan sesak, panas, dingin, dan hampa bercampur menjadi satu. Beberapa kultivat

  • Legenda Dewa Racun   Bab 108 - Paviliun Dewa Kekacauan

    Beberapa hari kemudian... Di tengah bentangan pegunungan batu cadas yang membentang sejauh mata memandang, berdiri sebuah istana megah nan misterius. Di sekilingnya hanya terdapat hamparan tanah tandus yang luas. Istana kuno tersebut berdiri dengan gagah, dikelilingi oleh pelindung berbentuk kubah transparan yang memantulkan kilau cahaya warna warni ketika cahaya matahari menyentuh permukaannya. Seolah siapapun tak bisa menyentuhnya sembarangan dari luar. Bangunan kuno itu dikenal dengan nama Paviliun Dewa Kekacauan—tempat misterius yang hanya muncul sekali dalam seratus tahun. Legenda menyebutkan bahwa di dalamnya tersimpan artefak-artefak langka, rahasia kultivasi tingkat tinggi, dan warisan dari zaman leluhur. Aura menekan dan kuat merambat keluar dari dalam pelindung itu, membuat para kultivator yang berkumpul di sekitarnya tak berani mendekat sembarangan. Meski tampak samar karena pengaruh pelindung, pancaran energinya jelas mampu membuat para praktisi muda berkeringat dingi

  • Legenda Dewa Racun   Bab 107 - Mendapatkan Ingatan Mu Gui

    Di permukaan, apa yang tengah dilakukan oleh Du Shen tampak seperti proses pemurnian biasa—seorang ahli yang duduk bersila di hadapan tungku alkimia, mengendalikan aliran Qi untuk menenangkan energi dalam sebuah inti merah menyala. Namun, kenyataannya jauh dari kata biasa. Dari telapak tangannya, aura gelap nan pekat mengalir ke udara, membentuk simbol-simbol kuno yang berpendar hijau kehitaman. Ukiran inskripsi dari zaman sebelum zaman, yang bahkan tak dikenali oleh alkemis manapun di zaman sekarang, muncul melingkari ruang kecil itu. Di bawah tungku yang ia gunakan, lingkaran sihir berpendar menciptakan beberapa lapisan inskripsi—menyala satu per satu, menunjukkan kerumitan formasi yang ia bangun. Pemurnian ini bukan sekadar proses menghilangkan kotoran dari bahan alam seperti tanaman herbal atau bahan alkimia lainnya. Ini adalah pemurnian inti jiwa manusia—sebuah seni terlarang dan nyaris terlupakan, yang lebih dekat ke necromancy daripada alkimia. Inti jiwa dimurnikan untuk

  • Legenda Dewa Racun   Bab 106 - Memurnikan Inti Merah Menyala

    Tapi tekanan dari manifestasi tangan Qi itu begitu besar hingga bahkan dia sendiri mulai terdorong mundur, tubuhnya terseret di antara udara tipis yang kini nyaris menyusut karena gesekan energi.Sementara itu, Zhao Lao menoleh cepat ke arah seorang gadis muda yang berdiri kaku di balik formasi pelindung yang hampir runtuh."Artefak ini terlalu kuat... aku tak bisa mengendalikannya lebih lama. Tapi jika aku bisa memanfaatkan momen ini…"Dengan segenap kekuatan terakhir, Zhao Lao melepaskan sebagian kendali pada tangan Qi, dan mengalihkan sebagian besar energi spiritualnya untuk menciptakan portal dimensi kecil. Dalam sekejap, dia menerobos badai energi, dan meraih tubuh Han Jue."Gu-Guru!?" Han Jue tergagap, namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, tubuh mereka berdua telah terserap masuk ke dalam celah dimensi.Luo Ming, yang baru sadar akan hilangnya keberadaan Zhao Lao, meraung keras seperti binatang buas."Pengecut! Kau kabur saat aku lengah! Dasar tua bangka pengecut!"Namun,

  • Legenda Dewa Racun   Bab 105 - Puncak Pertarungan Dua Ahli

    Langit di atas Wilayah Dewa Leluhur telah berubah menjadi ungu gelap yang pekat, seolah menandakan bahwa malam ini bukanlah malam biasa. Dua bulan kembar menggantung di angkasa, menyinari tanah yang telah lama kehilangan kehangatan mentari. Namun cahaya lembut itu tak mampu mengusir hawa dingin yang menyelimuti beberapa sisi wilayah tersebut—tempat di mana dua ahli besar bertarung memperebutkan gelar terkuat dalam rivalitas mereka. Di atas tanah yang hangus dan retak oleh gelombang energi spiritual, Zhao Lao terhuyung sembari menekan dadanya yang terasa seperti diremuk dari dalam. Napasnya berat dan berderak, dan darah merah pekat mengalir dari sudut bibirnya. Meski tubuhnya nyaris tak mampu berdiri, sorot matanya masih memancarkan perlawanan yang dipenuhi tekad. Ia menatap lurus ke depan, ke arah lawannya: Luo Ming, yang juga tampak terluka namun masih berdiri tegak di atas udara, dengan dada naik-turun dalam tarikan napas yang lebih stabil. Tawa Luo Ming meledak di udara ma

  • Legenda Dewa Racun   Bab 104 - Teknik Pelahap Iblis Semesta

    "A-aku hanya pesuruh dari kelompok kecil yang disebut Bandit Kapak Hitam," ucap Mu Gui dengan suara gemetar, napasnya tersengal, dan tubuhnya menggigil di bawah tekanan tak kasat mata. Pria berjubah hitam sebelumnya, yang kini telanjang bulat, tampak tak lebih dari seekor kambing malang yang tengah menunggu waktu untuk disembelih. Tubuhnya masih terangkat beberapa jengkal dari tanah, dicekik oleh tekanan Qi milik Du Shen yang begitu dingin dan menakutkan. Du Shen memandangnya dengan tatapan tajam, kilatan kebencian di sorot matanya menunjukkan betapa dalam amarahnya tersimpan. Namun saat mendengar nama "Kapak Hitam," seketika seluruh dunianya di penuhi oleh bara emosi yang meluap-luap. "Bandit Kapak Hitam?" ulang Du Shen dengan suara berat, bibirnya nyaris tak bergerak. "Apa hubungan kalian dengan Bandit Kapak Merah?" Seketika, wajah Mu Gui memucat. Napasnya terhenti sepersekian detik. Nama itu, bukan lah nama yang seharusnya keluar dari mulut sembarang orang. Itu adalah organisa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status