Beranda / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 29 - Du Shen Vs Hao Yexin

Share

Bab 29 - Du Shen Vs Hao Yexin

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-25 19:11:55
"Oh? Tentu saja," balas Du Shen dengan senyum ramahnya.

Hao Yexin mengangguk, lalu melangkah maju dengan penuh percaya diri. Rambutnya yang panjang berkibar tertiup angin saat ia mengambil posisi di tengah arena, matanya menatap lurus ke arah Du Shen tanpa ragu.

Di pinggiran arena, para anggota klan kembali berbisik-bisik, kali ini dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu dan keterkejutan.

"Huh? Jika Hao Feng saja kalah dari pemuda itu, kenapa Tuan Putri juga mau melawannya?" cibir Tetua Zhang, wajahnya mengernyit penuh ketidaksenangan. "Bukankah ini akan berakhir sama saja?"

Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rencananya mempermalukan Du Shen berakhir dengan kehinaan bagi cucunya sendiri.

Di sisi lain, Tetua Jiang yang berdiri tak jauh darinya hanya terkekeh pelan. "Jangan salah, Tetua Kedua," katanya dengan nada santai namun menyelipkan sedikit ejekan. "Cucuku baru saja menerobos hingga beberapa tahap hanya dalam semalam. Aku percaya kultivasinya sekarang bahkan telah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Legenda Dewa Racun   Bab 30 - Dao Pedang?

    Dengan begitu latih tanding itu berakhir yang langsung mengundang berbagai opini anggota klan Hao terhadap Du Shen. Beberapa orang masih diliputi akan rasa penasaran tentang seberapa kuat pemuda itu sebenarnya. Bagaimanapun itu semua orang hanya melihatnya menghindar tanpa perlawanan yang berarti, dan itu membuat mereka tak puas atau terhibur. Sebelum Du Shen melangkah menuju kerumunan para tetua dan kepala klan, Hao Yexin bergegas membuka mulutnya dan menghentikan langkah oemuda itu. "Tapi, apa maksudmu dengan bakat alami dalam berpedang?" tanya Hao Yexin dengan tatapan penuh kebingungan. "Sejak dulu, aku selalu ragu setiap kali mengayunkan pedang. Bagaimana bisa kau menilaiku begitu tinggi?" Du Shen menatapnya sejenak sebelum tersenyum tipis. "Setelah pertarungan singkat tadi, kau hampir membuatku merasa terancam. Entah bagaimana, aku bisa melihat sekilas Dao Pedang yang luar biasa keluar darimu." Hao Yexin tertegun mendengar kata-kata itu. "Dao Pedang?" gumamnya, semakin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Legenda Dewa Racun   Bab 31 - Paviliun Seribu Harta

    Setelah latih tanding singkat itu, Hao Yexin merasa semangatnya membuncah. Kegembiraan yang jarang ia rasakan mengalir deras dalam dirinya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Du Shen, mengajaknya berjalan menuju pusat kota Danau Hitam. "Ayo, aku akan membawamu berkeliling!" katanya penuh semangat, matanya berbinar melihat hiruk-pikuk pasar yang ramai. "Katakan saja apa yang kau mau, aku akan membelikannya untukmu!" Du Shen meliriknya dengan senyum samar. "Oh? Benarkah?" tanyanya dengan nada menggoda. "Apa kau punya uang sebanyak itu sampai berani membelikan sesuatu untukku?" Hao Yexin mengangkat dagunya dengan bangga. "Tentu saja! Aku ini putri Kepala Klan Hao! Tak perlu khawatir soal uang." serunya. Pasar Kota Danau Hitam dipenuhi pedagang yang berteriak menawarkan dagangan mereka—mulai dari kain sutra berkualitas tinggi, perhiasan berkilauan, hingga berbagai jenis makanan jalanan. Hingga aroma rempah-rempah dan makanan panggang tercium memenuhi udara, menciptakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Legenda Dewa Racun   Bab 32 - Dua Orang Menyebalkan

    Begitu matanya menangkap sosok itu, ekspresi Hao Yexin langsung berubah. Tatapannya yang semula santai kini dipenuhi kejengkelan dan amarah yang mendidih. Ia hampir tak percaya dengan nasib sialnya hari ini.Dari sekian banyak tempat yang bisa ia kunjungi, kenapa harus bertemu dengan dia lagi?Pria itu—Murong Chen—berdiri dengan tangan disilangkan di dada, menatap mereka dengan senyum miring yang penuh ejekan. Wajahnya yang memang sudah menyebalkan kini semakin membuat darah Hao Yexin bergejolak."Huh? Kemanapun aku melangkah, kalian pasti mengikutiku," cibir Murong Chen, suaranya dipenuhi keangkuhan yang menjengkelkan. "Nona Hao, apa yang kau lakukan di sini?"Hao Yexin mengerutkan kening, tatapannya penuh ketidaksenangan."Huh? Aku harusnya mengatakan kalau aku benar-benar sial bertemu denganmu di tempat ini," balasnya sinis.Murong Chen terkekeh ringan, seakan menikmati kejengkelan di wajah Hao Yexin. Namun, sebelum ia bisa membalas, suara lain yang lebih feminin terdengar dari sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Legenda Dewa Racun   Bab 33 - Artefak Cacat?

    Hong Xie mengangguk, meski ada sedikit keraguan di matanya. Dari interaksi yang berlangsung di depannya, ia mulai memahami beberapa hal. Tatapan matanya sesekali melirik ke arah Hao Yexin, yang gerak-geriknya tampak agak kaku, seolah menahan sesuatu dalam dirinya.Namun, sebagai pelayan yang terlatih, ia tetap mempertahankan ekspresi ramahnya. Dengan nada sopan, ia berkata,"Baiklah, Tuan. Saya akan menyiapkan Belati Iblis Bulan ini untuk Anda, dan untuk pembayarannya bisa—"Ucapan Hong Xie mendadak terhenti. Sebuah lambaian tangan yang tegas menghentikannya sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.Du Shen. Pemuda itu berdiri tegak dengan ekspresi tidak senang. Tatapan tajamnya menusuk langsung ke arah pelayan tersebut, seakan menelanjangi setiap pikiran yang tersembunyi.Hong Xie merasakan dadanya sedikit bergetar. Ia menelan ludah, lalu menundukkan kepala dengan gugup. Ada sesuatu dalam tatapan pemuda itu yang berbeda—sebuah tekanan tak kasatmata yang membuatnya merasa kecil."A-

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Legenda Dewa Racun   Bab 34 - Kedatangan Tetua Qin

    Di tengah suasana tegangan yang menggelayuti ruangan itu, tiba-tiba suara serak nan berat bergema dari arah samping."Ada apa ini?" suara itu langsung memecah keheningan.Perlahan, seorang pria paruh baya berjalan dengan langkah anggun dan penuh wibawa mendekat ke arah mereka. Setiap gerakannya menunjukkan otoritas yang sulit dibantah, seakan hanya dengan kehadirannya saja, seluruh ruangan harus tunduk dan patuh.Tatapan tajamnya menyapu seluruh orang yang berkumpul di tempat itu.Mata beberapa pelayan dan orang-orang di dalam ruangan Paviliun Seribu Harta segera melebar dalam ketegangan. Sosok ini bukan orang biasa yang dapat diremehkan begitu saja.Dia adalah Tetua Qin Cong, wakil pemimpin Paviliun Seribu Harta.Begitu melihat pria itu muncul, Xiao Mei buru-buru melangkah maju, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini."T-Tetua Qin, anda akhirnya datang!" serunya dengan nada penuh hormat, bahkan mendahului para pelayan yang seharusnya menyambut pria itu lebih dulu.Qin Cong meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Legenda Dewa Racun   Bab 35 - Tebasan Ringan

    Xiao Mei menyilangkan tangan di depan dada, sudut bibirnya terangkat dalam senyum sinis. Matanya dipenuhi penghinaan saat menatap Du Shen.'Huh~ Orang ini? Mari lihat kebodohan apa lagi yang akan kau lakukan,' pikirnya, menikmati pertunjukan yang menurutnya hanya akan berakhir dengan Du Shen mempermlaukan dirinya sendiri.Di tengah suasana yang agak tegang itu, Du Shen dengan tenang mengulurkan tangannya dan meraih kembali Belati Iblis Bulan yang masih dipegang oleh Hong Xie.Cahaya temaram dari kristal di dinding-dinding kayu memantul pada bilah perak belati itu, menciptakan kilauan cahaya yang memancarkan aura tajam dan ganas.Tanpa ragu, Du Shen mengayunkan belati itu beberapa kali di udara.Gerakannya halus, tetapi penuh perhitungan. Setiap ayunan menciptakan suara desiran kecil, seolah bilah belati itu sedang membelah udara dengan kekuatan tersembunyi.Mata semua orang tertuju padanya. Namun, sebelum ada yang bisa mengerti maksud tindakannya, suara cemoohan terdengar."Apa yang c

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Legenda Dewa Racun   Bab 36 - Pembuktian

    "Bagaimana bisa…?" gumam Hong Xie. Suaranya terdengar lirih, nyaris tak terdengar. Matanya masih terpaku pada sisa-sisa Belati Iblis Bulan yang kini tergeletak tak berarti di atas lantai, terpotong menjadi dua bagian yang tak lagi memiliki daya tarik apa pun.'Apakah… belati itu memang Artefak cacat?' pikirnya dengan keraguan yang kini mulai menyelimuti benaknya.Beberapa saat lalu, ia adalah salah satu orang yang paling marah saat Du Shen terang-terangan menghina mahakarya pemimpin Paviliun mereka. Namun kini, dengan bukti yang begitu jelas di depan mata, pendiriannya mulai goyah.Sementara itu, Murong Chen dan Xiao Mei masih berdiri kaku, mata mereka membelalak dalam ketidakpercayaan. Apa yang mereka lihat barusan benar-benar di luar dugaan.Artefak tingkat tiga… hasil mahakarya seorang ahli terkemuka di Kota Danau Hitam… Hancur dalam satu tebasan oleh belati biasa.Itu tidak masuk akal. Tak mungkin benda sekuat itu bisa dihancurkan semudah membelah tahu dengan pisau dapur!Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Legenda Dewa Racun   Bab 37 - Artefak Sejati

    Du Shen lalu mengeluarkan sebuah pena logam sederhana dari sakunya dan meletakkan sebotol kecil berisi darah binatang buas di atas meja kayu. Setelah itu, ia menaruh belati perak yang sebelumnya yang dia digunakan untuk memotong Belati Iblis Bulan.Tindakan itu langsung menarik perhatian semua orang, tetapi sebelum ada yang sempat mengutarakan pendapatnya, suara penuh sindiran terdengar dari arah sampingnya."Apa lagi yang kau coba lakukan?" Xiao Mei mencibir dengan nada penuh ejekan. "Mencoba menipu mata kami dengan trik licikmu lagi?"Ekspresinya berubah semakin jelek, matanya memancarkan ketidaksenangan yang nyata.Sejak awal, ia berharap bisa mempermalukan Du Shen dan membuktikan bahwa pemuda itu hanyalah seorang penipu. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Setiap kata dan tindakan Du Shen selalu membuatnya terkejut dan semakin frustrasi.Melihat pemuda itu dengan santai mengeluarkan alat-alat seperti ingin membuktikan sesuatu, Xiao Mei merasa tak bisa hanya berdiam diri dan mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03

Bab terbaru

  • Legenda Dewa Racun   Bab 43 - Barang Utama Pelelangan

    Setelah beberapa waktu pelelangan hampir mencapai puncaknya. Suasana di dalam aula semakin panas, penuh ketegangan dan semangat para tamu yang berlomba mendapatkan barang langka.Dan saat ini di atas meja utama, kini berjajar beberapa botol giok yang berkilauan, masing-masing berisi butiran pil biru kehijauan yang memancarkan aura energi Qi murni. Ramuan Pemurnian Qi—sesuatu yang hanya bisa ditemukan di antara para alkemis paling berbakat dan langka. Begitu botol-botol itu diperlihatkan, para tamu yang hadir menahan napas, tak percaya bahwa Paviliun Alkemis benar-benar memiliki ramuan luar biasa seperti ini."Barang kali ini adalah ramuan Pemurnian Qi. Tapi jangan salah, ramuan ini berbeda dengan ramuan Pemurnian Qi biasa yang sering kalian temui." "Ramuan Pemurnian Qi ini sebetulnya memiliki efek luar biasa yang dapat memberikan efektifitas hingga 98%!" seru Ye Haran menjelaskan dengan penuh semangat.Dari setiap penjelasan yang dia utarakan, desas-desus mulai menyebar di antara ta

  • Legenda Dewa Racun   Bab 42 - Pelakat Giok Misterius

    Di tengah aula utama yang penuh sesak dengan para tamu, cahaya lampu kristal memantul dari permukaan pelakat giok hijau muda yang kini dipajang di atas panggung. Aura misterius yang terpancar dari artefak itu membuat banyak orang menajamkan pandangan, mencoba menilai seberapa berharganya benda tersebut.Ye Haran, gadis pembawa acara, melangkah ke depan dengan percaya diri, suaranya bergema di seluruh ruangan."Pelakat giok ini adalah pusaka yang ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang pengembara tua di reruntuhan kuno yang tak bernama," jelasnya sambil mengangkat artefak itu agar bisa terlihat oleh semua tamu.Kilauan halus memancar dari permukaan giok, seolah menyimpan rahasia yang lebih dalam."Setelah melalui berbagai pemeriksaan, kami menduga bahwa Pelakat giok ini adalah Artefak pelindung tingkat dua," lanjutnya, nada suaranya penuh keyakinan.Beberapa tamu mulai berbisik-bisik, beberapa tampak tertarik sementara yang lain hanya mengangkat alis dengan ekspresi skeptis."Maka

  • Legenda Dewa Racun   Bab 41 - Pelelangan Paviliun Alkemis

    Dalam putaran waktu yang terasa singkat, fajar perlahan menyingsing, sinar mentari mulai menerobos celah-celah bangunan di kota Danau Hitam, menciptakan cahaya keemasan yang menyelimuti kota itu.Du Shen menghela napas pelan, matanya menatap kosong ke arah langit-langit. Semalaman penuh ia berkultivasi, tetapi hasilnya jauh dari harapannya. Energi dalam tubuhnya tetap stagnan, seolah ada dinding tak kasatmata yang menghalanginya untuk berkembang lebih jauh."Huh... aku perlu mencari solusi secepat mungkin," gumamnya, nada suaranya penuh ketidaksabaran.Tatapannya berubah tajam ketika mengingat satu hal. Hari ini, Paviliun Alkemis mengadakan pelelangan. Mungkin di sana, ia bisa menemukan sesuatu yang dapat membantunya menembus kebuntuan kultivasinya.Setelah membenahi pakaiannya, Du Shen segera meninggalkan kediamannya. Saat ia melangkah ke halaman utama, beberapa sosok sudah tampak menunggunya di sana. Kepala klan Hao, Hao Jifeng, berdiri tegap dengan senyum tipis di wajahnya. Di sam

  • Legenda Dewa Racun   Bab 40 - Tingkatan Ranah Kultivasi

    Tanpa pikir panjang, Tetua Qin melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada para pelayan untuk segera membawa Murong Chen dan Xiao Mei keluar dari ruangan. Dua pemuda itu masih berusaha membantah, namun para pelayan bergerak cepat, menggiring mereka keluar tanpa banyak perlawanan."Kalian tak perlu membuang waktuku lagi dengan ocehan tak berguna," suara Tetua Qin terdengar tegas, wajahnya menampakkan ketidaksabaran yang jelas.Murong Chen mendengus kesal, sementara Xiao Mei menggertakkan giginya dengan tatapan penuh kebencian ke arah Du Shen. "Kau akan menyesalinya," gumamnya lirih sebelum akhirnya dipaksa keluar.Setelah ruangan kembali sunyi, Tetua Qin menarik napas panjang, merasakan kelegaan yang amat sangat. 'Walaupun mereka berasal dari keluarga terpandang di kota ini, mengabaikan keduanya lebih baik daripada kehilangan pemuda berbakat seperti ini,' pikirnya dengan mata berbinar.Begitu suasana menjadi lebih tenang, ia kembali menatap Du Shen, kali ini dengan tatapan lebih ra

  • Legenda Dewa Racun   Bab 39 - Hormat Tetua Qin

    "Khmm!" Tetua Qin terbatuk pelan, suaranya terdengar sedikit serak. Ia berusaha menenangkan diri, mencoba menyembunyikan keterkejutan yang masih bergemuruh dalam dadanya. Namun, tak peduli seberapa keras ia berusaha, matanya tak bisa menyembunyikan kilatan kagum yang masih tersisa.Sebelumnya, ia mengira dirinya telah melihat segalanya dalam dunia Artefak. Namun, pemuda yang tampak biasa-biasa saja di hadapannya ini telah membuktikan bahwa ia salah besar.Dengan langkah ringan namun penuh penghormatan, Tetua Qin merapatkan kedua genggaman tangannya di depan dada, lalu sedikit menundukkan kepalanya."Orang tua ini harus meminta maaf atas kebodohannya..." ucapnya penuh penghormatan. Kata-katanya bagaikan petir yang menyambar di tengah ruangan itu.Orang-orang yang menyaksikan langsung membelalakkan mata mereka, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.Tetua Qin… seorang tokoh terhormat dari Paviliun Seribu Harta… meminta maaf dan menunduk hormat?Kepala para pelayan dan or

  • Legenda Dewa Racun   Bab 38 - Keterkejutan

    "Biarkan aku melihatnya! Biarkan aku melihatnya!" seru Tetua Qin dengan nada penuh semangat, matanya berbinar seperti seorang sarjana yang baru saja menemukan gulungan kitab kuno yang hilang selama berabad-abad.Langkahnya maju dengan penuh antusiasme, seakan tidak sabar untuk merasakan sendiri energi dari belati yang baru saja diukir dengan inskripsi misterius oleh Du Shen.Namun, di tengah kegembiraannya, ekspresi gugup mulai muncul di wajah beberapa orang yang menyaksikan, terutama Xiao Mei dan Murong Chen. Mereka tidak menyangka bahwa Tetua Qin, seorang ahli Artefak yang selama ini dikenal penuh kehati-hatian, tiba-tiba menunjukkan minat yang begitu besar."Tetua Qin, sebaiknya Anda jangan terlalu mudah percaya pada pemuda ini. Bisa saja ini adalah jebakan yang dia rancang untuk menipu kita semua," ujar Murong Chen, segera melangkah maju untuk menghalangi niat Tetua Qin."Benar!" sambung Xiao Mei dengan suara sedikit gemetar, meskipu

  • Legenda Dewa Racun   Bab 37 - Artefak Sejati

    Du Shen lalu mengeluarkan sebuah pena logam sederhana dari sakunya dan meletakkan sebotol kecil berisi darah binatang buas di atas meja kayu. Setelah itu, ia menaruh belati perak yang sebelumnya yang dia digunakan untuk memotong Belati Iblis Bulan.Tindakan itu langsung menarik perhatian semua orang, tetapi sebelum ada yang sempat mengutarakan pendapatnya, suara penuh sindiran terdengar dari arah sampingnya."Apa lagi yang kau coba lakukan?" Xiao Mei mencibir dengan nada penuh ejekan. "Mencoba menipu mata kami dengan trik licikmu lagi?"Ekspresinya berubah semakin jelek, matanya memancarkan ketidaksenangan yang nyata.Sejak awal, ia berharap bisa mempermalukan Du Shen dan membuktikan bahwa pemuda itu hanyalah seorang penipu. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Setiap kata dan tindakan Du Shen selalu membuatnya terkejut dan semakin frustrasi.Melihat pemuda itu dengan santai mengeluarkan alat-alat seperti ingin membuktikan sesuatu, Xiao Mei merasa tak bisa hanya berdiam diri dan mem

  • Legenda Dewa Racun   Bab 36 - Pembuktian

    "Bagaimana bisa…?" gumam Hong Xie. Suaranya terdengar lirih, nyaris tak terdengar. Matanya masih terpaku pada sisa-sisa Belati Iblis Bulan yang kini tergeletak tak berarti di atas lantai, terpotong menjadi dua bagian yang tak lagi memiliki daya tarik apa pun.'Apakah… belati itu memang Artefak cacat?' pikirnya dengan keraguan yang kini mulai menyelimuti benaknya.Beberapa saat lalu, ia adalah salah satu orang yang paling marah saat Du Shen terang-terangan menghina mahakarya pemimpin Paviliun mereka. Namun kini, dengan bukti yang begitu jelas di depan mata, pendiriannya mulai goyah.Sementara itu, Murong Chen dan Xiao Mei masih berdiri kaku, mata mereka membelalak dalam ketidakpercayaan. Apa yang mereka lihat barusan benar-benar di luar dugaan.Artefak tingkat tiga… hasil mahakarya seorang ahli terkemuka di Kota Danau Hitam… Hancur dalam satu tebasan oleh belati biasa.Itu tidak masuk akal. Tak mungkin benda sekuat itu bisa dihancurkan semudah membelah tahu dengan pisau dapur!Namun,

  • Legenda Dewa Racun   Bab 35 - Tebasan Ringan

    Xiao Mei menyilangkan tangan di depan dada, sudut bibirnya terangkat dalam senyum sinis. Matanya dipenuhi penghinaan saat menatap Du Shen.'Huh~ Orang ini? Mari lihat kebodohan apa lagi yang akan kau lakukan,' pikirnya, menikmati pertunjukan yang menurutnya hanya akan berakhir dengan Du Shen mempermlaukan dirinya sendiri.Di tengah suasana yang agak tegang itu, Du Shen dengan tenang mengulurkan tangannya dan meraih kembali Belati Iblis Bulan yang masih dipegang oleh Hong Xie.Cahaya temaram dari kristal di dinding-dinding kayu memantul pada bilah perak belati itu, menciptakan kilauan cahaya yang memancarkan aura tajam dan ganas.Tanpa ragu, Du Shen mengayunkan belati itu beberapa kali di udara.Gerakannya halus, tetapi penuh perhitungan. Setiap ayunan menciptakan suara desiran kecil, seolah bilah belati itu sedang membelah udara dengan kekuatan tersembunyi.Mata semua orang tertuju padanya. Namun, sebelum ada yang bisa mengerti maksud tindakannya, suara cemoohan terdengar."Apa yang c

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status