Pedang Es Raksasa semakin mendekat dan siap menghujam bangunan besar tersebut. Saat itulah muncul rantai hijau dengan jumlah yang sangat banyak menahan gerakan pedang tersebut. Rantai-rantai itu melilit tubuh Pedang Es Raksasa tersebut hingga ke atas. Pedang itu pun tertahan dan diam diatas istana setelah Rantai Hijau itu berhasil melilit seluruh tubuh pedang hingga tak tersisa. Namun karena beratnya pedang tersebut, Rantai Hijau yang berjumlah tak kurang dari 500.000 itu harus bertahan dengan keras.Sementara itu, Bara Sena masih sibuk menyatukan kekuatan api dan es. Setelah bertahan dari tekanan dua kekuatan yang saling berlawanan tersebut akhirnya dua kekuatan itu menyatu menjadi satu bola dengan kekuatan api dan es."Aku menyatukan kekuatan angin dan api lebih mudah ketimbang es dengan api...Apakah kau tahu kenapa?" tanya Bara pada Cakara."Tentu saja penggabungan es dan api akan lebih sulit karena elemen yang berlawanan. Jika kau menggabungkan api dengan angin, itu sangat mudah k
Bara Sena sangat terkejut dengan apa yang Tian Zu Ning lakukan padanya. Wanita itu tiba-tiba saja mencium bibirnya dan menyuruhnya untuk menggigit bibir Dewi Naga tersebut. Tak hanya itu, dia juga menyuruh sang Pendekar untuk menghisap darahnya.Meski rasa penasarannya cukup tinggi, mengingat wanita itu berpesan jika dia ingin hidup dia harus menghisap darah wanita tersebut, Bara pun melakukan apa yang diperintahkan Tian Zu. Dia menggigit bibir wanita cantik itu hingga berdarah dan langsung menghisapnya."Rasanya panas..." batin Bara."Lakukan saja. Kau tidak tahu, saat seorang Naga memberikan darahnya, itu artinya dia telah mempercayai orang tersebut dan memberikan sebagian kekuatan padanya," kata Tian Zu melalui telepati. Kedua matanya terpejam saat Bara menggigit bibirnya dan menghisap darahnya. Meski pemuda itu merasakan panas dari darah Tian Zu, dia tetap menelan darah tersebut. Entah kenapa tubuhnya tiba-tiba saja terasa mendidih. Rasa yang hampir sama saat dia menerima Inti Ji
Bara Sena membuka kedua matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah Golok Luo Tian Long yang menancap di lantai."Aku sudah kembali...? Tian Zu...Luo Zhen...Aku belum bertemu mereka sebelum kembali kesini. Sepertinya mereka yang mengantar sukma ku kembali kedalam raga...Tian Zu...Aku belum sempat melihat wajah cantikmu lagi..." batin Bara. Dia pun meraba bibirnya. Ingatan nya melayang saat dia dan Tian Zu saling berciuman."Aku berhasil memerintah Rantai Hijau kembali kedalam Istana Luo Tian. Apakah itu artinya saat ini aku bisa mengendalikan kekuatannya?" ucap pemuda itu dalam hati sambil bangkit berdiri.Dia mencabut Golok yang menancap di lantai."Saat ini, namamu akan aku ganti. Kau bukan lagi Golok Luo Tian Long, tapi saat ini kau adalah Golok Iblis! Dan aku akan memberi julukan pada diriku sendiri sebagai Pendekar Golok iblis!" ucap Bara dengan suara lantang.Golok besar di tangan nya tersebut bergetar hebat lalu memancarkan cahaya merah kehijauan seolah menerima nama tersebut de
Bara Sena berdiri diatas arena sambil menatap kearah Iblis yang baru saja dia pukul hingga mencelat keluar arena. "Pemenangnya adalah...Hei, namamu siapa!?" teriak moderator yang ada disana. Dia ternyata duduk diatas bola biru berukuran cukup besar yang melayang di udara. Bara Sena mengangkat kepalanya dan menatap pria tersebut."Aku Pendekar Golok Iblis!" sahut Bara sambil menyeringai."Cih, sombong sekali kau dalam berkata. Baiklah! Pemenangnya adalah Pendekar Golok Iblis! Pendatang baru di dunia ini!" teriak moderator yang menurut Bara adalah seorang Dewa tingkat bawah atau sejajar dengan Shi Yun.Tak ada suara menyahut seperti gemuruh teriakan atau tepuk tangan. Semua orang menatap kearah Bara Sena yang berdiri di atas arena sambil sedekap tangan."Pendekar, Iblis itu berhasil kau kalahkan. Kau bisa mengambil Inti Jiwanya sekarang. Jika kau tidak mengambilnya, maka inti Jiwa itu akan diambil orang lain." kata Moderator yang membawakan acara pertarungan di arena Kematian tersebut.
Sambil tersenyu tipis Bara pun melepaskan Bola Api miliknya kearah bawah dimana Hantu Putih terlihat sekarat dengan tubuhnya yang hancur. Wosssh!Bola Api itu pun menghantam tubuh Hantu Putih yang seketika kemudian terjadi ledakan api yang cukup besar. Gelombang api tak sampai keluar arena. Hanya saja,arena tersebut kini berubah menjadi arena api yang membara. Bara yang saat itu berada dalam wujud Iblis Tanduk Api pun mendarat di atas arena yang masih terbakar. Jika dilihat dari sudut penonton tentu saja dia sangat mengerikan. Ditambah api yang membara di atas lantai arena, membuat dia semakin terlihat seperti iblis kejam."Dia menghabisi Hantu Putih yang sudah menjadi Pendekar mengerikan di tingkat Cakrawala...Padahal Bocah ini masih berada di Ranah Alam Mendalam...Yang benar saja..." gumam salah satu Dewa yang berada di bawah arena.Bara Sena mengibaskan tangannya. Api yang menutupi arena langsung terhempas kearah penonton yang ada di sebelah barat dimana para dewa berada. Sontak
Bara Sena hanya menyeringai lalu tinjunya yang masih menempel di perut Dewa Air Isakius bergerak keatas sehingga tubuh Dewa tersebut terangkat. Bara berniat untuk membanting tubuh Isakius ke arena yang ada di bawah sana. Namun empat tangan air berukuran besar yang membawa pedang tersebut bergerak lebih dulu menyambar tubuh Bara hingga membuat pemuda itu terpental.Isakius berhasil bernafas lega setelah Bara menjauh. Meski begitu, rasa sakit pada perutnya terasa semakin menjadi. Saat dia memeriksa apa yang terjadi pada perutnya dia pun terkejut melihat perutnya telah bolong sehingga terlihat usus didalamnya bergerak-gerak."Bagaimana bisa dia menembus tubuh dewa ku...Kekuatan apa yang dia gunakan..Ugh...Hooeeekkk!" baru saja berkata, pria tersebut langsung memuntahkan darah merah segar yang mengepulkan asap.Semua orang benar-benar dibuat terkejut melihat Dewa Air terluka parah hanya karena sebuah pukulan."Apa yang terjadi padanya...? Dia menutupi perutnya terus..." ucap satu Dewa yan
Bara Sena menghancurkan bola es yang ada di depannya menggunakan kekuatan api miliknya. Tidak lama untuknya menghancurkan bola tersebut termasuk tubuh Dewa Air Isakius yang ada didalamnya. Dia membakar semuanya hingga hanya tersisa Inti Jiwa yang bersinar biru. Pemuda itu mengambil benda bulat sebesar kelereng yang melayang di udara tersebut."Inti Jiwa Tingkat Dewa...Meski masih berada di tingkat rendah, ini sudah cukup untuk menaikkan kekuatan ku hingga ke tingkat Cakrawala. Sepertinya aku membutuhkan waktu untuk menyerap ini. Berapa lama waktu yang juri itu berikan untuk beristirahat?" batin Bara."Anu, Pendekar Golok Iblis, apakah kau ingin beristirahat sebentar atau mau melanjutkan pertarungan?'" tanya moderator."Aku merasa lelah, berapa lama waktu yang diberikan untuk istirahat?" tanya Bara."Sepeminuman teh. Itu waktu yang diberikan. Jika masih belum naik keatas arena, kau akan kena hukuman," kata moderator tersebut."Jadi, dimana tempat untuk istirahat?" tanya Bara."Ada temp
Bara berdiri sambil sedekap tangan. Dia memejamkan matanya sambil merasakan kekuatan di sekitarnya. Bibirnya tersenyum setelah dia bisa merasakan keberadaan lawan yang kuat."Mereka masih menunggu. Sepertinya para Dewa dan Iblis yang Licik ini menunggu aku mengungkap semua kekuatan dan mencari celah saat aku lengah. Tapi aku tak akan lengah...Semua sudah dalam rencanaku. Saatnya mencari mangsa...Aku menanti lawan yang kuat yang bisa membuatku mengeluarkan Golok Iblis ini," batin Bara."Siapa yang akan melawan Pendekar Golok Iblis!? Silahkan naik keatas Arena Kematian!" teriak moderator.Terdengar suara bisik-bisik dari para iblis dan Dewa yang ada disana. Lalu terdengar satu suara dari arah tempat para dewa berkumpul."Katanya dia itu Pendekar Golok Iblis. Tapi mana Goloknya!? Sejak tadi kami tidak melihat Golok Iblis miliknya!"Moderator menoleh kearah Bara. Pemuda itu pun membuka matanya lalu tersenyum sinis."Itu tergantung kemampuan lawanku. Jika ada yang bisa membuat aku mengelua