Bara Sena berdiri diatas arena sambil menatap kearah Iblis yang baru saja dia pukul hingga mencelat keluar arena. "Pemenangnya adalah...Hei, namamu siapa!?" teriak moderator yang ada disana. Dia ternyata duduk diatas bola biru berukuran cukup besar yang melayang di udara. Bara Sena mengangkat kepalanya dan menatap pria tersebut."Aku Pendekar Golok Iblis!" sahut Bara sambil menyeringai."Cih, sombong sekali kau dalam berkata. Baiklah! Pemenangnya adalah Pendekar Golok Iblis! Pendatang baru di dunia ini!" teriak moderator yang menurut Bara adalah seorang Dewa tingkat bawah atau sejajar dengan Shi Yun.Tak ada suara menyahut seperti gemuruh teriakan atau tepuk tangan. Semua orang menatap kearah Bara Sena yang berdiri di atas arena sambil sedekap tangan."Pendekar, Iblis itu berhasil kau kalahkan. Kau bisa mengambil Inti Jiwanya sekarang. Jika kau tidak mengambilnya, maka inti Jiwa itu akan diambil orang lain." kata Moderator yang membawakan acara pertarungan di arena Kematian tersebut.
Sambil tersenyu tipis Bara pun melepaskan Bola Api miliknya kearah bawah dimana Hantu Putih terlihat sekarat dengan tubuhnya yang hancur. Wosssh!Bola Api itu pun menghantam tubuh Hantu Putih yang seketika kemudian terjadi ledakan api yang cukup besar. Gelombang api tak sampai keluar arena. Hanya saja,arena tersebut kini berubah menjadi arena api yang membara. Bara yang saat itu berada dalam wujud Iblis Tanduk Api pun mendarat di atas arena yang masih terbakar. Jika dilihat dari sudut penonton tentu saja dia sangat mengerikan. Ditambah api yang membara di atas lantai arena, membuat dia semakin terlihat seperti iblis kejam."Dia menghabisi Hantu Putih yang sudah menjadi Pendekar mengerikan di tingkat Cakrawala...Padahal Bocah ini masih berada di Ranah Alam Mendalam...Yang benar saja..." gumam salah satu Dewa yang berada di bawah arena.Bara Sena mengibaskan tangannya. Api yang menutupi arena langsung terhempas kearah penonton yang ada di sebelah barat dimana para dewa berada. Sontak
Bara Sena hanya menyeringai lalu tinjunya yang masih menempel di perut Dewa Air Isakius bergerak keatas sehingga tubuh Dewa tersebut terangkat. Bara berniat untuk membanting tubuh Isakius ke arena yang ada di bawah sana. Namun empat tangan air berukuran besar yang membawa pedang tersebut bergerak lebih dulu menyambar tubuh Bara hingga membuat pemuda itu terpental.Isakius berhasil bernafas lega setelah Bara menjauh. Meski begitu, rasa sakit pada perutnya terasa semakin menjadi. Saat dia memeriksa apa yang terjadi pada perutnya dia pun terkejut melihat perutnya telah bolong sehingga terlihat usus didalamnya bergerak-gerak."Bagaimana bisa dia menembus tubuh dewa ku...Kekuatan apa yang dia gunakan..Ugh...Hooeeekkk!" baru saja berkata, pria tersebut langsung memuntahkan darah merah segar yang mengepulkan asap.Semua orang benar-benar dibuat terkejut melihat Dewa Air terluka parah hanya karena sebuah pukulan."Apa yang terjadi padanya...? Dia menutupi perutnya terus..." ucap satu Dewa yan
Bara Sena menghancurkan bola es yang ada di depannya menggunakan kekuatan api miliknya. Tidak lama untuknya menghancurkan bola tersebut termasuk tubuh Dewa Air Isakius yang ada didalamnya. Dia membakar semuanya hingga hanya tersisa Inti Jiwa yang bersinar biru. Pemuda itu mengambil benda bulat sebesar kelereng yang melayang di udara tersebut."Inti Jiwa Tingkat Dewa...Meski masih berada di tingkat rendah, ini sudah cukup untuk menaikkan kekuatan ku hingga ke tingkat Cakrawala. Sepertinya aku membutuhkan waktu untuk menyerap ini. Berapa lama waktu yang juri itu berikan untuk beristirahat?" batin Bara."Anu, Pendekar Golok Iblis, apakah kau ingin beristirahat sebentar atau mau melanjutkan pertarungan?'" tanya moderator."Aku merasa lelah, berapa lama waktu yang diberikan untuk istirahat?" tanya Bara."Sepeminuman teh. Itu waktu yang diberikan. Jika masih belum naik keatas arena, kau akan kena hukuman," kata moderator tersebut."Jadi, dimana tempat untuk istirahat?" tanya Bara."Ada temp
Bara berdiri sambil sedekap tangan. Dia memejamkan matanya sambil merasakan kekuatan di sekitarnya. Bibirnya tersenyum setelah dia bisa merasakan keberadaan lawan yang kuat."Mereka masih menunggu. Sepertinya para Dewa dan Iblis yang Licik ini menunggu aku mengungkap semua kekuatan dan mencari celah saat aku lengah. Tapi aku tak akan lengah...Semua sudah dalam rencanaku. Saatnya mencari mangsa...Aku menanti lawan yang kuat yang bisa membuatku mengeluarkan Golok Iblis ini," batin Bara."Siapa yang akan melawan Pendekar Golok Iblis!? Silahkan naik keatas Arena Kematian!" teriak moderator.Terdengar suara bisik-bisik dari para iblis dan Dewa yang ada disana. Lalu terdengar satu suara dari arah tempat para dewa berkumpul."Katanya dia itu Pendekar Golok Iblis. Tapi mana Goloknya!? Sejak tadi kami tidak melihat Golok Iblis miliknya!"Moderator menoleh kearah Bara. Pemuda itu pun membuka matanya lalu tersenyum sinis."Itu tergantung kemampuan lawanku. Jika ada yang bisa membuat aku mengelua
Duaaaarrrr!!!Terdengar suara keras yang menggema di ruangan tersebut saat siku Pangeran Amiri menghujam ke punggung Bara Sena. Namun alangkah kagetnya Dewa Bumi itu saat melihat Bara Sena yang ada di bawahnya itu telah melindungi tubuhnya menggunakan Perisai cahaya."Perisai...?" Bara yang masih telungkup itu tiba-tiba membuat gerakan berputar dan langsung menyambar kedua kaki Dewa Bumi tersebut dengan sekali serang membuat Pangeran Amir itu pun terjungkal.Saat Dewa Bumi itu terjatuh ke lantai, tiba-tiba saja muncul rantai ungu yang mengikat tubuhnya. Bara pun memiliki kesempatan untuk bangkit berdiri. Dia menatap Pangeran Amiri yang tengah berusaha melepaskan diri dari rantai ungu milik Bara."Aku pikir kau tidak akan berbuat curang seperti itu. Tapi ternyata kau itu Licik seperti halnya iblis. Aku tarik keinginanku untuk tidak membunuhmu Dewa Bumi Amiri!" ucap Bara lalu dia pun mengangkat tubuh Dewa Bumi tersebut menggunakan Rantai Ungu miliknya. Tangan kanan Bara menyala merah
Bara Sena cukup tersentak mendengar nama jurus yang Dewa Bumi Amiri katakan. Dari namanya saja jelas itu bukan jurus yang biasa-biasa saja. "Dua Jurus yang dia kerahkan sebelumnya bukan jurus rendahan. Aku harus menahan dengan kekuatan terbaik. Jika jurus ini lebih mengerikan dari dua jurus itu, berarti aku tidak boleh menganggapnya remeh. Tak ada cara lain...Ini belum waktunya Golok Iblis keluar. Masih ada musuh kuat yang menanti Golok ini keluar dan melihat kemampuan asliku. Sekarang, hanya ada satu cara untuk melawan Amiri si Dewa Bumi ini...Apalagi kalau bukan wujud Dewa Cahaya...!" batin Bara Sena.Pangeran Amiri kembali menggerakkan tangan seolah tengah membuka sesuatu di udara. Sesaat setelah itu, dari berbagai arah muncul lingkaran hitam yang mengelilingi arena kematian. Bara menatap ke kanan dan ke kiri. Dia menabak-nebak apa yang akan keluar dari dalam lingkaran tersebut."Kau masih tidak ingin mengeluarkan Golok Iblis yang mengagungkan julukanmu itu? Aku melawan mu karena
Bara tertegun mendengar suara yang tidak lain adalah suara dari Cakara."Kau berencana membangkitkan Dewa Bumi ini sebagai wadah jiwa ayahku?" tanya Bara."Tubuh Bima saat ini tidak tahu ada dimana. Meski tubuhnya tidak membusuk, pastilah banyak luka karena bekas pertarungan melawan dirimu. Tapi dengan tubuh Dewa Bumi ini, itu akan menjadi sempurna untuk kebangkitannya. Tubuh ini memiliki kekebalan yang luar biasa, meski tak sesuai keinginanmu karena wujudnya yang seperti itu, paling tidak, ada jiwa Bima yang bisa dikembalikan dan hidup seperti sediakala. Aku yakin, Bima tidak akan keberatan akan hal itu," kata Cakara.Bara terdiam sejenak mendengar hal itu. Dia tak menyangka sama sekali Cakara akan memiliki pemikiran seperti itu. Memang benar, dia sendiri tidak tahu dimana tubuh ayahnya setelah pertempuran besar di langit Selatan ratusan tahun lalu."Aku tidak mempermasalahkan wujud ayah...Meski sebenarnya memang aku tidak menyukai wujdu Dew