Bara menyeringai lebar mendengar apa yang Yaksa katakan."Kau akan mengabulkan semua yang aku inginkan? Bagaimana caranya kau mengabulkan keinginanku sementara kau tidak memiliki tubuh untuk bisa melakukan sesuatu?" tanya Bara.Yaksa menyeringai meski kepalanya dalam genggaman pemuda tersebut."Apakah mengabulkan permintaan darimu harus menggunakan tubuhku? Ada banyak hal yang bisa aku katakan padamu jika kau tidak membunuhku," kata Yaksa membuat Bara menoleh kearah Shi Yun."Shi Yun, dia memiliki berita yang mengejutkan. Apakah kau pernah mendengar Para Penjelajah Waktu? Beberapa waktu yang lalu makhluk ini membual tentang mereka yang katanya suka memburu Inti Jiwa. Bahkan mereka tak takut sama sekali terhadap Dewa sekalipun," kata Bara.Shi Yun cukup terkejut mendengar apa yang Bara Sena katakan. Dia terdiam selama beberapa saat seolah tengah mengingat-ingat sesuatu. Setelah cukup lama, barulah wanita itu berkata,"Aku per
Shi Yun berdiri didepan Bara Sena dan kini sepasang mata hijau itu hanya tertuju padanya. "Tuan mundur saja, biarkan ini menjadi urusan Shi Yun," ucap wanita itu sambil balas menatap kearah sepasang mata hijau tersebut. "Baiklah, aku akan biarkan kau bersenang-senang. Jika butuh bantuan, jangan sungkan untuk meminta bantuanku," ucap Bara. Shi Yun menoleh kesamping. Bibirnya nampak menyunggingkan senyum manis. "Tentu saja, jika pelayan dalam keadaan terdesak, tuannya lah yang harus menyelamatkannya,"Bara tersenyum kecil kemudian dia melompat mundur. "Kau yakin akan membiarkan dia melawan monster milikku? Pria macam apa kau ini!?" teriak Yaksa. "Diamlah! Kau tidak tahu siapa kekasihku bukan? Jangan banyak bicara dan lihat saja apa yang akan terjadi," kata Bara sambil menepuk batok kepala iblis itu. "Aduh!""Kau akan melihat seberapa hebat wanitaku ini, iblis kepala... Aku yakin, monster
Shi Yun kembali bangkit berdiri setelah terkena pukulan makhluk tersebut. Kepalanya sedikit terasa sakit namun tidak begitu berarti. Serangan wanita bermata hijau itu memang kuat. Hanya saja, sebelum tinjunya menghantam kepala kekasih Bara Sena tersebut, Perisai tenaga dalam miliknya telah muncul lebih dulu sehingga melindungi nya dari serangan langsung.Wanita bermata hijau itu kembali menyerangnya. Kali ini Shi Yun tak tinggal diam. Tanganya bergerak menahan serangan tinju milik lawan dengan cepat. Keduanya pun saling beradu jurus satu sama lain. Pertarungan yang cukup mengesankan karena ternyata wanita bermata hijau itu mampu mengimbangi semua jurus yang Shi Yun kerahkan.Kedua wanita itu saling bertarung dengan jurus tingkat tinggi. Bara yang sudah kelar dengan lipan raksasa itu kembali melihat pertarungan Shi Yun melawan wanita bermata hijau tersebut. Sekarang dia bisa duduk tenang setelah memanen Inti Jiwa yang ada didalam tubuh lipan raksasa. Yaksa send
Bara menatap sosok yang ada dihadapannya. Itu adalah sosok Shi Yun seperti yang dia kenal. Tapi anehnya wanita itu menyeringai dan menatapnya dengan tatapan mata tajam."Shi Yun..."Tiba-tiba saja Shi Yun menyerang Bara membuat pemuda itu segera melompat mundur menghindari serangan. "Shi Yun sadarlah!" teriak Bara.Tapi sia-sia saja. Shi Yun kembali melesat dan menyerang Bara Sena. Pemuda itu tidak menghindar dan memilih untuk menahan serangan wanita tersebut. Bara berhasil menangkap tinju Shi Yun yang hampir mengenai wajahnya. "Shi Yun! Jangan sampai kau terperangkap Ilusi di tempat ini!" teriak Bara.Namun wanita itu hanya menyeringai lalu tertawa cekikikan. Kedua matanya menyala merah lalu dari mulutnya terdengar suara seorang lelaki yang tidak Bara kenal sama sekali."KALIAN MEMASUKI WILAYAHKU TANPA IJIN...SEKARANG KALIAN HARUS MENDAPATKAN HUKUMAN DARI PENGUASA GURUN SHA HAHAHAHA!" "Dia menggunakan jurus Pengendali Jiwa...Sialan...! Siapa dalang dibalik Medan Ilusi ini?" batin
Sukma Bara Sena membuka kedua matanya. Dia terkejut tidak terjadi apa-apa setelah Tombak Biru itu menghujam tubuhnya."Tidak terasa apapun setelah tombak itu menusuk tubuhku...? Eh dimana tombak itu?" ucap Bara Sena sambil memeriksa tubuhnya. Saat itulah dia melihat Hu Shi Yun yang tengah menangis sambil memeluk tubuh kasarnya."Shi Yun...Apa yang dia lakukan? Apakah Medan Ilusi nya berhasil di hilangkan!?" seru Bara Sena dengan wajah berbinar. Dia langsung melesat turun dan kembali kedalam raga nya. "Kau kenapa Shi Yun?" tanya Bara sambil membelai rambut panjang wanita tersebut dengan lembut.Shi Yun yang tengah menangis mengangkat wajahnya. Dia melihat Bara Sena yang tengah tersenyum kearahnya."Tuan...Shi Yun hampir mencelakai Tuanku..." ucap wanita itu sambil menunduk tak berani menatap mata sang pemuda.Bara mengusap kepala wanita itu dengan lembut. Usapan yang membuat Shi Yun merasa sangat tenang dan nyaman.
Kahiyang Dewi menatap kepala Iblis Yaksa yang ada dihadapannya itu. Keningnya mengernyit pertanda dia tengah berpikir. Sedangkan Yaksa langsung tahu siapa wanita yang ada didepannya tersebut meski rambut Kahiyang Dewi sudah tidak lagi putih."Kepala ini masih hidup...? Ini kepala siapa?" tanya Kahiyang Dewi sambil mengetuk jidat Yaksa.Tuk! Tuk!Iblis itu menjerit keras karena ketakutan. Entah apa yang membuat dia begitu ketakutan. "Kau pernah bilang padaku, jika dulu, kau bertarung melawan seorang Iblis bernama Yaksa, atau Iblis Seribu Tangan..." kata Bara.Kedua mata Kahiyang Dewi langsung membesar begitu mendengar hal itu. Dia menatap Yaksa yang tak bisa menutup mata lantaran tidak ada kulit ataupun kelopak mata. Jadi yang terlihat di mata Kahiyang Dewi dan orang-orang yang ada disana, Iblis itu sama saja tengah melotot kearah wanita Naga Api tersebut."Kau...Iblis laknat yang suka mencuri itu?" tanya Kahiyang Dewi.
Setelah pertemuan di meja bundar itu selesai, semua orang kembali ke dalam ruangan masing-masing yang telah disediakan oleh Hu Shi Yun. Tempat itu menjadi kamar sementara para pengikut Bara Sena yang akan mengikuti Ujian Pagoda Dewa sampai tuntas.Bara sengaja menunggu semua bubar untuk mengunjungi semua wanitanya yang ada di sana. Malam itu, dia mengunjungi Xue Ruo lebih dahulu.Gadis itu membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Bara masuk kedalam kamar tersebut. Desain kamar itu cukup bagus dengan beberapa hiasan langka yang terpasang di sana. Ditambah sebuah kasur empuk dan besar sangat nyaman untuk tiduran diatasnya.Mereka berdua duduk di kursi yang terpisah oleh meja berukuran sedang. Xue Ruo masih menunduk tak mengangkat wajahnya. "Sebenarnya, ada apa dengan dirimu adik Xue?" tanya Bara. Dia sudah meninggalkan kepala Yaksa di kamarnya bersama Antasena yang memilih untuk tinggal di kamarnya.Xue Ruo menghela napas dalam-dalam
Bara Sena keluar dari kamar Yue Fei. Nampak keringat membasahi wajahnya. Tujuan dia kali ini adalah kamar Chang Mei. Tapi langkahnya terhenti saat dia melihat Lu Shi yang tengah berjalan kearahnya. "Mau kemana Lu Shi?" tanya Bara pada gadis ular tersebut. "Aku akan pergi ke ruang depan tuan. Sedikit bosan di dalam kamar terus." sahut gadis itu. "Oh, baiklah," Ucap Bara sambil tersenyum. Dia pun memberi jalan pada gadis itu. Dalam hati sang pemuda membayangkan tubuh indah Lu Shi. Dari luar saja sudah terlihat keindahan tubuhnya. "Bukan waktunya, nanti akan datang sendiri waktu yang tepat untuk membuka semua hadiah," batin Bara lalu melanjutkan pergi ke kamar Chang Mei.~Singkat cerita, setelah urusan di Pagoda Dewa selesai, Bara dan Shi Yun kembali lagi ke gurun pasir di tempat dimana sebelumnya mereka berada. Yaksa pun kembali ikut dicantelkan di pinggang sang pemuda. Sesampainya di sana, Bara dan Shi Yun saling pandang karena oasis yang sebelumnya ada kini telah menghilang. "Ap