Wanita itu mengembangkan kedua tanganya. Kepalanya mendongak kearah langit. Aura merah gelap tiba-tiba muncul dari dalam tubuhnya membentuk semacam kabur yang menyebar ke segala arah. Kabut merah gelap itu mengeluarkan aura wewangian. Bara Sena menoleh kearah sebuah batu yang melindungi tubuh kasarnya."Seharusnya kabut merah ini tidak bisa menembus perisai cahaya milikku..." batin pemuda tersebut.Kabut merah gelap itu semakin tebal dan menguasai tempat disekitar bebatuan tersebut. Untungnya kabut itu tidak memengaruhi tubuh sukma Bara Sena. Sehingga Ratu Iblis Darah tidak bisa melacak keberadaannya."Kabut Darah sudah aku kerahkan, tapi masih saja belum menemukan tanda-tanda adanya makhluk lain disekitarku..." ucap wanita bertopeng hitam tersebut.Dalam hati Bara terkekeh-kekeh karena dia bisa mengecoh wanita sakti tersebut."Bodoh! Kau pikir ilmu Raga Sukma bisa kau hadang dengan kekuatan biasa?" Wanita itu nampak celing
Ratu Iblis Darah menatap tak berkedip saat melihat Bara yang telah berubah wujudnya menjadi sosok Dewa Cahaya yang begitu berkharisma. Tubuhnya diselimuti cahaya terang. Nampak sepasang sayap emas di balik punggungnya."Jadi, dia Dewa yang sebelumnya muncul dan aku rasakan? Tapi...Aura nya sedikit berbeda...Apa aku salah dalam merasakan aura dewa? Rasanya tidak mungkin..." batin wanita itu yang tidak tahu jika aura Dewa sebelumnya keluar dari tubuh Shi Yun.Jari Bara Sena menunjuk kearah wanita tersebut. Matanya menyala-nyala dan tanda di keningnya bersinar terang."Kau...Aku tak tahu, apa hubunganmu dengan Dewa Petir Jaka Geni, tapi aku tak akan diam begitu saja setelah melihat kekuatan milikmu yang sangat mirip dengannya...Mari kita bertarung dan buktikan, siapa yang paling kuat diantara kita berdua!" ucap Bara seolah tanpa sadar.Ratu Iblis Darah menatap tajam kearah sosok Bara Sena."Darimana pemuda ini tahu tentang dia? Siapa se
Bola cahaya yang Bara Sena ciptakan semakin lama semakin membesar. Hingga setelah bola cahaya itu telah mencapai ukuran sebesar seekor gajah dewasa, Bara pun menyeringai lebar."Akhirnya, Matahari ciptaanku telah selesai juga..." ucapnya sambil menatap bola cahaya yang menyala terang dan mengeluarkan hawa luar biasa panas.Ratu Iblis Darah tercengang dengan apa yang dilihatnya."Menciptakan Matahari...? Yang benar saja..." lirih wanita tersebut.Bara menatap kearah wanita tersebut."Aku menamakan ini sebagai Pukulan Matahari Pembakar Semesta...!" ucap Bara lalu tertawa lebar.Setelah tertawa seperti itu, dia pun menatap tajam kearah Ratu Iblis Darah yang tengah menatap dirinya dengan berbagai perasaan yang berkecamuk didalam dada."Apa kau siap untuk menerima serangan ini dariku!?" seru Bara.Mendengar teriakan itu malah justru membuat Ratu Iblis Darah merasa tertantang."Kau meremehkan diriku anak muda... Aku tak pernah takut pada hal apa pun...Termasuk matahari hasil ciptaan mu itu.
Bara menatap gerombolan burung unta yang tengah asyik memakan tanaman di kebun luas yang ada di balik bebatuan ditengah gurun Sha.Sesaat dia berpikir akan mengambil beberapa ekor untuk diberikan kepada pelayan Zhang. Namun entah kenapa diurungkannya niat tersebut dan memilih untuk melangkah masuk kedalam kebun. Anehnya burung-burung berukuran besar itu tidak terusik sedikit pun dengan kehadiran Bara Sena."Mereka tidak peduli dengan kehadiranku... Apakah itu karena tanaman ini?" batin pemuda tersebut sambil berjongkok dan mengamati beberapa rumput dan tanaman yang ada disana."Tanaman obat tingkat 9...pantas saja daging burung itu menjadi buruan para Pendekar. Rupanya didalam tubuhnya telah terkandung khasiat dari tanaman ini..."Pemuda itu bangkit berdiri. Matanya tertuju pada hawa merah yang keluar dari tengah kebun rimbun tersebut."Area kebun ini cukup besar. Di tengah gurun yang tandus, bagaimana bisa tanaman ini bisa tumbuh dengan sangat subur? Pasti ada rahasia dibalik semua i
Bara Sena masih terpana setelah melihat wanita berparas cantik jelita yang duduk di atas batu datar di dalam lubang aneh yang dipenuhi Kristal Darah. Pemuda itu sempat ternganga selama beberapa saat setelah melihat sosok wanita berpakaian serba putih tersebut."Kau...Kau sedikit berbeda dengan tubuh palsumu. Tapi...Kau lebih terlihat baik..." kata Bara sambil berusaha menahan perasaan kagum yang meledak-ledak.Wanita itu tersenyum. Manis sekali senyuman yang dia berikan. Bagaikan madu yang keluar dari sarang lebah. Manis dan segar..."Kau sepertinya tahu banyak mengenai Dewa Petir Jaka Geni? Aku juga mendengar kau pernah bertarung melawannya. Bisakah kau ceritakan padaku, siapa kau sebenarnya?" tanya wanita tersebut.Bara berdehem lalu dia pun sedekap tangan didepan dada. Dia menatap wanita cantik tersebut selama beberapa saat. Rasanya, kedua matanya itu enggan beralih ke tempat lain dan selalu tertuju pada wanita cantik itu."Hm...Bagaimana aku mengatakannya ya? Aku ini, anak dari Pa
Lu Xie Geni tertegun selama beberapa saat sambil menatap wajah pemuda tampan yang tengah menopang kepalanya. Dia mengangkat tangannya dan melihat warna pucat itu telah menghilang. Perasaan hangat dan nyaman itu membuatnya memilih untuk memejamkan matanya kembali."Pemuda ini...Dia menggoda dengan baik..." batin Lu Xie sambil tersenyum. Saat dia tersenyum, dia tak menyadari bahwa Bara baru saja membuka matanya sehingga pemuda itu bisa melihat senyuman semanis madu tersebut."Betapa cantiknya...Bahkan Dewi Biru pun masih berada dibawah wanita ini...Apakah karena dia anak dari Paman Jaka Geni? Atau, memang Ratu Lu Che itu memiliki paras yang sangat cantik?" batin Bara Sena.Dengan perlahan pemuda itu meletakkan kepala Lu Xie diatas batu datar. Lalu kemudian dia berdiri dan menatap tempat di sekitarnya yang sudah dipenuhi hawa hangat dari cahaya dan bola api besar yang dia letakkan di tengah-tengah lantai altar."Seharusnya tempat ini menjadi lebih nyaman untuknya," ucap pemuda itu lalu m
Lu Xie Geni bisa merasakan kekuatan Inti Petir milik ayahnya yang masuk kedalam Inti Jiwanya kemudian bersatu didalam tubuhnya menjadi kekuatan baru yang belum pernah dia miliki sebelumnya. Semua orang terkejut melihat apa yang Jaka Geni lakukan. Hal itu sudah diduga oleh pemimpin Dewa tersebut. dia bangkit berdiri lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling arena."Aku tahu apa yang ada di pikiran kalian semua, rakyatku, anak-anakku, istri-istriku...Tapi ketahuilah, apa yang aku lakukan adalah urusan anak sama orang tuanya. Siapa yang ingin melihat anaknya mati? Konyiol," ucap Jaka Geni lalu menoleh ke arah Lu Xie.Pria itu menciptakan perisai tak terlihat untuk melindungi pembicaraan mereka berdua dari semua orang yang ada disana."Turnamen seratus tahun yang akan datang, sebaiknya kau tidak mengikutinya. Lu Xie putriku, aku akan memberikan tempat yang layak untukmu agar kau bisa menghindari rasa sakit dari racun es itu. Bawalah ini," kata Bara lalu melemparkan sebuah gulungan kepad
Bara Sena tersenyum mendengar pertanyaan wanita di hadapannya tersebut. Rasanya dia ingin menggodanya lagi agar dia bisa melihat wajah ayu nya yang merona."Mengutarakan perasaan? Apa maksudmu?" tanyanya balik.Lu Xie Geni menatap pemuda itu dalam-dalam."Kau sendiri yang mengatakannya bahwa aku telah mencuri hatimu. Bukankah itu namanya mengutarakan isi hati? Kita baru saja bertemu...Bagaimana bisa kau mengatakan itu dengan mudahnya...?" tanya Lu Xie.Ditanya seperti itu Bara Sena bingung mau menjawab apa. Dia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Terserah kau saja kalau begitu. Bisa dibilang, aku menyukaimu. Dan kau harus bertanggung jawab untuk itu. Benar bukan?" tanya Bara.Lu Xie tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Bagaimana aku harus bertanggung jawab? Aku tidak melakukan apapun padamu. Dan salah sendiri kau menyukai diriku!" ucap Lu Xie dengan wajah memerah.Bara menantikan hal tersebut. S