Tiga orang itu duduk di atas kain tebal yang digelar di atas tanah berumput. Mereka adalah Bara dan kedua kekasihnya, Chang Mei dan Xue Ruo. Pemuda itu nampak garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Jadi benar apa yang Nona Chang katakan mengenai Xia Qing Yue, Yang Yue Fei dan juga nona Chang sendiri, kakak Bara?" tanya Xue Ruo sambil menatap tajam kearah Bara Sena.Pemuda itu tidak bisa langsung mengiyakan apa yang gadis itu katakan. Dia berpikir keras agar tidak membuat Xue Ruo merasa sakit hati."Eee...Bisa benar bisa tidak..." kata Bara."Apa maksudnya itu kakak? Katakan yang jelas...!" desak Xue Ruo sambil menatap tajam kearah Bara Sena."Jika aku menjelaskan padamu panjang lebar, itu akan memakan waktu. Aku akan mengatakan singkatnya saja...Aku dan Xie Qing Yue memang telah menikah. Pernikahan itu adalah permintaan pihak keluarga Qing yang ingin membalas budi baik ayahku dengan menikahkan Qing Yue dengan diriku," kata Bara."Hm...Lalu, kenapa kakak tidak mengatakannya padaku se
"Aku kurang begitu paham mengenai Dewi Biru ini...Sepertinya kakak Kahiyang tahu banyak hal?" tanya Shi Yun.Kahiyang Dewi tersenyum kecil."Aku mengenalnya sejak lama tapi tak pernah bertemu secara langsung. Ayahku adalah seorang Pertapa Suci dari Ras Naga Api yang suka sekali malang melintang di berbagai belahan dunia. Sehingga dia tahu banyak hal dan menceritakannya padaku...Sudah lama sekali aku tak bertemu dengan beliau..." kata Kahiyang Dewi sambil menatap kearah lain."Ayah kakak seorang Pertapa Suci Ras Naga Api? Kalau boleh tahu, siapa nama beliau?" tanya Hu Shi Yun."Namanya adakah Long Wang,"Shi Yun mengerutkan kening. Dia berusaha mengingat-ingat nama tersebut."Aku sepertinya pernah mendengar namanya dari Tuan Hong..." "Dia memang terkenal, tapi tak perlu kau pikirkan tentangnya," kata Kahiyang.Kembali ke Bara Sena yang masih dalam pelukan Xue Ruo. Dia membuka kedua matanya. Hidungnya tepat di leher gadis tersebut."Harum..."Lidah Bara pun menjulur menjilat leher te
Bara Sena dan Xue Ruo menemui Chang Mei yang tengah sibuk mengobati orang-orang yang masih terluka. Melihat keadaan orang-orang tersebut, Bara pun berniat membantu kekasihnya itu dengan membuat ribuan pil penyembuh yang dia ciptakan dari tanaman obat milik Raja Yao. Dengan pil-pil obat pemberian Bara, banyak orang tergolong dengan cepat. Chang Mei pun merasa senang dan berterima kasih pada pemuda tersebut. Setelah urusan di pengungsian itu selesai, Bara pun meminta ijin pada Chang Mei untuk kembali ke Kerajaan Jiangsu. "Saat pernikahan kami, datanglah," pinta Bara. Chang Mei tersenyum. "Tentu saja, aku akan datang karena kakak yang mengundang. Aku harap Putri Xue pun bisa menerima kehadiran ku di acara pernikahannya nanti," kata Chang Mei sambil menoleh kearah Xue Ruo. Gadis putri Raja Jiangsu tersebut pun tersenyum dan mengangguk kan kepalanya. "Tentu saja aku akan senang menerima tamu seperti Nona Chang. Aku juga berharap, Nona Song dan para tetua sekte di Jiangsu datang. Ka
Para Iblis yang baru saja dikalahkan oleh Jabrang dengan aneh malah justru membelah diri dan menjadi dua kali lipat lebih banyak. Hal itu membuat Jabrang geram dan kesal."Mereka hanyalah mainan...Siapa Iblis yang memiliki kemampuan seperti ini?" batin Jabrang.Sementara itu, Bara Sena juga tengah bertarung dengan para iblis yang mengepungnya. Beberapa gerakan membuat para iblis terjungkal oleh tinju api miliknya. Namun para iblis tersebut tidak menyerah dan terus menyerangnya meski dengan perut bolong karena bekas pukulan Bara Sena."Sial..! Apakah mereka tidak memiliki rasa sakit?" batin Bara.Para iblis bergerak mengeroyok dirinya. Tak mau menjadi bulan-bulanan serangan, Bara langsung menggunakan kekuatan angin miliknya. Kedua anting di telinganya menyala putih.Tangan kanan pemuda itu bergerak ke depan. Satu gelombang angin menderu dan mengangkat tubuh para iblis yang menyerangnya."Jika kalian tidak bisa mati hanya dengan pukulan, bagaimana jika aku meledak kan tubuh kalian?" K
Malam pun semakin larut. Dua kuda itu bergerak cepat menembus malam. Hingga akhirnya kedua kuda itu kembali berhenti di sebuah penginapan yang ada dipinggir jalan setapak. "Kuda kita sepertinya kelelahan dan butuh istirahat. Bagaimana? Apakah kita akan lanjut jalan, atau menunggu esok hari agar kuda kita kembali bisa berjalan?" tanya Bara. "Terserah kakak, tapi kakak yakin mau mampir ke kedai itu?" tanya Xue Ruo. "Kenapa? Apakah kau tidak suka?" tanya Bara. "Entahlah, kakak tanyakan saja pada burung merah itu," sahut gadis itu. Jabrang yang masih terbang berputar-putar di atas penginapan tersebut melayang turun saat Bara memanggilnya. "Ada apa tuan?" tanya Jabrang. "Apakah kau merasa aneh dengan kedai dan penginapan itu?" tanya Bara. "Kedai ini cukup aneh berada di hutan seperti ini. Aku juga merasakan hawa aneh dari dalam sana. Saran dariku, lebih baik tuan mencari tempat yang aman," kata Jabrang. "Kalau begitu, kita lanjutkan saja perjalanan ini?" tanya Bara. "Di dalam hut
Mitsunari, Yamada dan Hatano, tiga pilar iblis bawahan Raja Iblis Orochi langsung menyebar dan membentuk formasi. Mereka mendorong tangan kanan kedepan secara bersama-sama dan menyentuh perisai emas milik Bara Sena. Tiba-tiba saja kekuatan mereka bersatu dan saling terhubung mengelilingi perisai emas yang berbentuk bulat tersebut. Blaaarrr! Perisai itu pun hancur setelah kekuatan milik tiga iblis itu bersatu. Bara, Jabrang dan Xue Ruo sudah siap siaga untuk bertarung melawan mereka. "Aku akan melawan wanita itu, kakak dan Jabrang bisa memilih dua lawan yang lain," kata Xue Ruo. "Kenapa kau memilih wanita bernama Mitsunari itu?" tanya Bara. "Jika kakak yang melawannya, kakak akan kesulitan." sahut Xue Ruo pendek lalu dia pun meluncur dengan cepat kearah Mitsunari. Bara hanya terbengong dan garuk kepalanya yang tidak gatal. "Tuan, lawan Nona Xue memiliki kemampuan ilusi yang bisa membuat lawannya terjerat alias tergoda. Jelas tidak cocok menjadi lawan tuan Bara. Apalagi tuan ka
Sementara itu, Jabrang juga tengah berjuang melawan Pilar Iblis bernama Yamada. Iblis yang ahli menciptakan senjata darah.Serangan Jabrang di awal mulai pertarungan langsung berhasil di patahkan oleh Yamada yang dengan sigap menciptakan sebuah samurai panjang untuk menangkis pedang merah milik Jabrang."Kau ahli menciptakan senjata darah ya? Ini sungguh luar biasa, akhirnya aku bisa bertemu kembali dengan ras darah pusaka di Keluarga Yamada..." ujar Jabrang.Kedua mata Yamada memicing dan menatap tajam penuh selidik."Kau sepertinya tahu tentang keluarga Yamada-ku. Siapa kau sebenarnya?" tanya Yamada."Kau tidak mengenali diriku? Sungguh menyedihkan sekali. Aku tidak begitu terkenal ya...?" ucap Jabrang sedikit kecewa."Kau memang tidak terkenal. Mungkin kau hanyalah pengagum kekuatan Yamada-ku, jadi kau begitu ingin tahu tentang keluarga ku lalu mengorek banyak hal. Sayang sekali, meski kau tahu tentang keluarga ku, kau tetap tidak mungkin bisa menciptakan jurus rahasia keluarga kam
Bola Api dari mulut Jabrang menyambar kearah Hatano yang masih melayang di udara setelah dilempar oleh Iblis Merah tersebut.Woossshhh!Tubuh Hatano pun terbakar oleh semburan bola api tersebut. Jabrang menoleh kearah Bara Sena."Tuan, gunakan kekuatan angin milikmu untuk mengurung nya didalam bola badai api!" teriak Jabrang meminta kepada Bara Sena.Mendengar hal itu, Bara segera menggunakan kekuatan angin miliknya untuk mengurung tubuh Hatano yang masih dilahap api merah. Kekuatan angin itu mengurung tubuh Hatano dan membuat badai didalamnya. Alhasil api milik Jabrang pun menjadi semakin besar dan panas.Tubuh Hatano meronta-ronta kepanasan. Namun dia tak bisa berkutik karena belenggu badai yang Bara ciptakan."Panas...! Aku tidak kuat lagi!" teriak pria berkepala plontos tersebut.Bara tersenyum sinis."Nikmatilah itu Iblis botak! Sejak tadi kau membual dan sekarang kau sedang di hadapkan dengan kematian!" Hatano mengerang keras saat tubuhnya mulai meleleh dan menjadi abu karena
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk