Kerajaan Mundong... Iswara Aninda memeluk pria tua dan kurus tersebut dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana kabarmu nak?" tanya pria yang tak lain adalah Batara Manikmaya. "Aku baik-baik saja ayah. Justru kau lah yang terlihat menyedihkan..." sahut Iswara. "Ini semua karena ulahnya... Dia mengambil semua kekuatan milikku dengan Karma Dewa sialan itu...!" umpat pria tersebut geram. Setelah mengumpat dia tiba-tiba saja batuk beberapa kali seperti baru saja tersedak. Dengan cepat Iswara Aninda segera mengelus punggung pria tersebut. "Jangan terbawa oleh amarah ayah... Ingat, kekuatanmu tidak berbeda jauh dengan manusia biasa saat ini. Jadi, biarkan aku yang memikirkan bagaimana caraku membebaskanmu dari tempat ini," kata Iswara Aninda. Batara Manikmaya menyeringai kecil. "Kau bukanlah lawannya anakku... Dia itu kuat. Aku akui... Aku akui, semua salahku... Andai saja aku tidak menuruti keinginan Dewasrani, mungkin hal ini tak akan pernah terjadi..." "Semua sudah ber
Nyai Lanjar tersenyum melihat kedatangan Raja Mundong yang nampak ceria."Silahkan duduk Raja Mundong," sahut Nyai Lanjar mempersilahkan tamunya untuk duduk di kursi yang ada di seberang meja tempat dia duduk.Dengan senyum dikulum Raja Mundong menggelengkan kepalanya."Kedatangan ku kesini adalah untuk menyampaikan pesan dari Tuanku Batara Geni untuk Ratu Lanjar..." kata Raja Mundong tak mau banyak berbasa-basi.Nyai Lanjar tersenyum. Tiba-tiba saja dia merasa bahagia mendengar maksud kedatangan pria gempal tersebut."Apa yang ingin suamiku sampaikan Raja Mundong?" tanya Nyai Lanjar."Dia ingin anda datang menemuinya di Istana Kerajaan Mundong Ratu..." ucap Raja Mundong."Kenapa dia tidak datang ke tempatku? Dan, tumben sekali dia mengunjungi Kerajaan Mundong?" tanya Nyai Lanjar dengan mata menyipit."Dia datang ke Kerajaan bersama Dewi Iswara Aninda...Dan saat ini Dewi tengah mengunjungi Dewa Siwa di Penjara Dewa. Batara Geni nampak gelisah dan butuh teman yang bisa diajak bicara. K
Nyai Lanjar membelai wajah Jaka Geni dengan lembut. Dia mencoba untuk menghibur pria tersebut. Apalagi setelah tahu apa yang membuat sang Mahadewa gelisah dan gundah gulana. Yaitu mengetahui Takdir kematiannya sendiri."Lalu, apakah kau tahu bagaimana caramu mati?" tanya Nyai Lanjar dengan perlahan karena takutnya itu akan menyinggung perasaan sang suami.Jaka Geni menoleh dan menatap wajah ayu tersebut. senyum tipis mengembang di bibirnya. "Entahlah,...Seandainya saja aku tahu, mungkin aku bisa mencari cara untuk menghadapinya," kata Jaka Geni."Jadi kau tahu bahwa kau akan mati, tapi kau belum tahu bagaimana caramu mati dan apa penyebabnya?" tanya Nyai Lanjar.Jaka Geni menganggukkan kepalanya. Dia menghela napas panjang."Aku sulit untuk mengatakan hal yang sebenarnya padamu Lanjar istriku...Aku takut, akan terjadi pertumpahan darah jika aku mengatakan hal yang sebenarnya padamu..." batin Jaka Geni.Sementara itu, Bara Sena yang baru saja selesai melakukan hubungan badan dengan Yu
Song Yue memakan daging pemberian Bara Sena dengan lahap bagaikan orang yang benar-benar kelaparan. Pemuda itu hanya senyum-senyum sendiri melihat wanita putri Jaka Geni itu terlihat lahap memakan daging rusa bakar miliknya.Tak cukup dengan daging bakar tersebut, Song Yue juga meminta beberapa ekor ikan bakar yang masih utuh. Wanita itu terlihat seperti anak kecil dimata Bara Sena. Martabatnya sebagai seorang Ratu Es seperti hilang begitu saja hanya karena rasa lapar."Tuan Bara benar-benar usil...Tenaga dalam wanita itu terkunci sehingga dia tidak jauh berbeda dengan manusia biasa. Saat dia baru sembuh dari terluka, itu akan membutuhkan banyak asupan untuk memulihkan kekuatan luarnya...Ckckck..." batin Jabrang yang masih bertengger di atas dahan mengamati kedua orang yang berada di dekat api unggun.Setelah semua habis dimakan dan membersihkan mulutnya, Song Yue menatap Bara Sena dengan mata melotot."Cepat katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku!? Kenapa tenaga dala
Song Yue tertegun mendengar pertanyaan Bara Sena. Selama beberapa saat dia terdiam mempertimbangkan rasa ingin tahunya dan juga menepis rasa penasarannya tersebut."Aku ingin tahu...Jika itu baik untukku, aku akan meminta tolong padamu..." ucapnya lirih.Bara Sena menyeringai. Dia mendengar pergerakan tubuh Song Yue yang berbalik kearahnya sehingga kini wanita itu menatap punggungnya. Pemuda itu pun membalikkan tubuhnya. Kini mereka saling berhadapan dengan jarak beberapa jari saja.Keduanya saling bertatapan. Entah kenapa, dengan jarak sedekat itu, Bara mulai terpesona dengan paras Song Yue yang memang setingkat lebih cantik dari para tetua Istana Awan Es. Dia nampak lebih istimewa. Maklumlah, wanita adalah seorang Ratu di Sektenya."Jangan menatapku dengan tatapan menjijikkan seperti itu. Jika aku memiliki kekuatan, aku bisa membunuhmu..." ancam Song Yue.Bara tersenyum."Aku heran, kenapa kau tidak suka di tatap oleh orang lain. Padahal kau yang menjadi penyebab orang lain ingin me
Song Yue terkejut saat dia melihat wajah Bara Sena yang menempel di wajahnya. Tidak hanya itu, bibirnya juga berada dalam pagutan pemuda tersebut dengan kedua tangan yang mencengkram tubuhnya sehingga dia tidak bisa bergerak."Apa yang terjadi..? Dia tiba-tiba sadar dan mendorong kembali Inti Jiwa yang hendak aku keluarkan?" batin Song Yue.Setelah Inti Jiwa benar-benar masuk ke dalam tubuh wanita itu lagi, Bara Sena melepaskan ciumannya dan mereka berdua saling bertatap mata dengan napas yang terengah-engah."Kau...Apa kau baru saja menipuku?" tanya Song Yue dengan mata menatap marah.Bara tersenyum tipis."Tentu saja aku hanya ingin menguji rasa pedulimu pada orang lain. Rupanya selama ini aku salah menilaimu. Kau masih memiliki sifat baik yang diturunkan oleh ibumu dan juga paman Jaka Geni...Song Yue, apakah kau benar-benar merelakan inti jiwamu untuk menyembuhkan diriku?" Song Yue tak bisa berkata apa-apa. Wajahnya memerah dan terlihat dirinya menjadi salah tingkah setelah menden
Song Yue mendesah keras sambil berusaha melepaskan kepala Bara Sena yang tengah menempel di bagian dadanya sambil menghisap buktinya yang membusung. Dia merasa tidak kuat menahan kenikmatan yang pemuda itu berikan."Hentikanhhh...! Aku tidak bisa menahannya lagi..!" Namun Bara Sena tidak peduli dengan teriakan Song Yue. Dia masih terus menindih sambil menggerakkan tubuhnya dan menghisap dada wanita itu dengan lembut. Song Yue pun tak bisa menahan lagi perasaan aneh yang membuatnya ingin meledak.Wanita itu menjerit panjang saat sesuatu itu terasa meledak di bagian bawah sana. Tubuhnya bergerak sendiri dengan cepat dan seperti kejang. Bara terus bergerak tak peduli dengan apa yang tengah Song Yue alami. Hal itu membuat wanita itu semakin tidak karuan dan seperti orang gila yang menjerit-jerit tak peduli dengan keadaan disekitar.Jabrang yang tengah berubah menjadi sosok burung hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar teriakan tersebut."Tuan Bara benar-benar liar luar biasa...Wanita
Tiga orang itu duduk di atas kain tebal yang digelar di atas tanah berumput. Mereka adalah Bara dan kedua kekasihnya, Chang Mei dan Xue Ruo. Pemuda itu nampak garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Jadi benar apa yang Nona Chang katakan mengenai Xia Qing Yue, Yang Yue Fei dan juga nona Chang sendiri, kakak Bara?" tanya Xue Ruo sambil menatap tajam kearah Bara Sena.Pemuda itu tidak bisa langsung mengiyakan apa yang gadis itu katakan. Dia berpikir keras agar tidak membuat Xue Ruo merasa sakit hati."Eee...Bisa benar bisa tidak..." kata Bara."Apa maksudnya itu kakak? Katakan yang jelas...!" desak Xue Ruo sambil menatap tajam kearah Bara Sena."Jika aku menjelaskan padamu panjang lebar, itu akan memakan waktu. Aku akan mengatakan singkatnya saja...Aku dan Xie Qing Yue memang telah menikah. Pernikahan itu adalah permintaan pihak keluarga Qing yang ingin membalas budi baik ayahku dengan menikahkan Qing Yue dengan diriku," kata Bara."Hm...Lalu, kenapa kakak tidak mengatakannya padaku se