Iblis Mata Satu menatap Pedang Es yang ada di tangan Song Yue. Seringai sinis terlihat di bibir tebalnya."Pedang Es Abadi? Kau pikir aku tidak tahu itu hanyalah pedang palsu? Meski kau bisa menciptakan tiruan dengan sangat mirip, aku masih bisa merasakan perbedaan pedang itu dengan yang aslinya," cibir Iblis Mata Satu.Tentu saja Song Yue terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Iblis didepannya."Bagaimana kau bisa tahu mana yang asli mana yang palsu?" tanya nya."Cih, kau sepertinya pengagum Tuan Iblis Es ya?" Merah wajah Song Yue mendapat ledekan seperti itu. Namun hati kecilnya mengakui bahwa dirinya memang menyukai bentuk dari Pedang Es Abadi milik Cakara alias Iblis Es. Namun tentu saja dia menolak untuk mengakuinya terang-terangan."Siapa yang menyukai siapa! Jaga mulutmu itu!" teriak Song Yue marah lalu dia pun menggerakkan tangan kanannya.Empat tameng raksasa bergerak mengurung Iblis Mata Satu. Suara gemuruh dari tameng itu terdengar cukup keras. Bara Sena yang tengah melun
Aura merah yang keluar dari dalam tubuh Iblis Mata Satu semakin merebak ke segala arah. Luka yang dia dapat dari serangan panah angin milik Bara Sena menutup dengan sendirinya. Wujudnya perlahan berubah menjadi tinggi dan besar. Kedua tanduknya yang menyala merah semakin membesar hingga seukuran kaki manusia. Wujudnya benar-benar menjadi lebih mengerikan. Terlebih mata satunya yang melotot dan menyala-nyala membuatnya semakin terlihat garang. "Kekuatannya tiba-tiba meningkat tajam. Apakah ini wujud Iblis Mata Satu yang sesungguhnya? Dia sudah mencapai tingkat 20 Ranah Alam Mendalam. Akan sulit bagiku untuk mengalahkannya..." batin Bara. Aura merah yang menyelimuti tubuh Iblis Mata Satu mulai membentuk perisai yang menutupi tubuhnya. Bara benar-benar takjub melihat hal itu. "Dia membentuk perisai seperti yang dilakukan Akik Ijo. Menakjubkan..." Bara tak mau diam saja. Dia pun mengeluarkan semua kekuatan yang dia miliki. Wajar saja dia melakukan itu karena lawannya adalah Iblis y
Iblis Mata Satu terkejut mendengar sosok yang ada didepannya menyebutkan nama aslinya. "Kau... Siapa kau sebenarnya!? Bagaimana kau bisa tahu siapa diriku!?" tanya Iblis Mata Satu masih ragu dengan sosok yang tidak lain adalah Cakara sang Iblis Es. "Sudah ribuan tahun kita tidak bertemu, apakah kau melupakan diriku? Kau lupa siapa tuanmu Jabrang? Menyedihkan sekali," ucap Cakara. Iblis bernama Jabrang tersebut masih tidak percaya bahwa orang yang ada di depan dirinya adalah Iblis Es. "Aku tidak percaya dengan dirimu! Kau hanyalah makhluk tiruan! Jika kau memang dirinya, buktikan bahwa kau bisa mengalahkan diriku!" teriak Jabrang. Iblis Es menyeringai. "Lama tidak bertemu, otakmu sepertinya sudah membatu. Baiklah, mudah saja bagiku mengalahkan dirimu, cecunguk merah!" ucap Iblis Es lalu tangannya bergerak cepat menyambar leher Jabrang. Dengan cepat iblis itu berusaha untuk menghindar. Namun entah mengapa, tubuh Jabrang terasa membeku karena tiba-tiba saja dia merasakan hawa ding
Jabrang terkejut mendengar apa yang baru saja Iblis Es katakan mengenai Golok Luo Tian Long. "Jadi, pemuda yang saat ini anda tempati sudah membunuh ayahnya sendiri...? Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya Jabrang. Iblis Es menghela napas panjang. "Itu semua terjadi karena ketidaksengajaan. Bara tidak mengetahui ayahnya akan datang. Semua sudah diatur oleh para Dewa di Selatan, agar Bima terbunuh oleh anaknya sendiri..." ucapnya. Jabrang terdiam beberapa saat lamanya. "Lalu, apa yang akan Bara lakukan dengan golok itu setelah dia mendapatkan nya?" tanyanya kemudian. "Di dalam golok itu, ada jiwaku yang lain, dan juga jiwa Bima Sena. Berdasarkan sejarah, belum pernah ada yang selamat dari golok itu, dan tidak mungkin bereinkarnasi. Aku penasaran, untuk membangkitkan Bima dari sana, dan juga mengambil jiwaku yang lain..." ujar Iblis Es. "Membangkitkan..!? Apakah tuan Cakara bisa melakukannya?"Iblis Es geleng-geleng kepala. "Tentu saja tidak. Tapi, ada cara lain yang bisa Bara
Kerajaan Mundong... Iswara Aninda memeluk pria tua dan kurus tersebut dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana kabarmu nak?" tanya pria yang tak lain adalah Batara Manikmaya. "Aku baik-baik saja ayah. Justru kau lah yang terlihat menyedihkan..." sahut Iswara. "Ini semua karena ulahnya... Dia mengambil semua kekuatan milikku dengan Karma Dewa sialan itu...!" umpat pria tersebut geram. Setelah mengumpat dia tiba-tiba saja batuk beberapa kali seperti baru saja tersedak. Dengan cepat Iswara Aninda segera mengelus punggung pria tersebut. "Jangan terbawa oleh amarah ayah... Ingat, kekuatanmu tidak berbeda jauh dengan manusia biasa saat ini. Jadi, biarkan aku yang memikirkan bagaimana caraku membebaskanmu dari tempat ini," kata Iswara Aninda. Batara Manikmaya menyeringai kecil. "Kau bukanlah lawannya anakku... Dia itu kuat. Aku akui... Aku akui, semua salahku... Andai saja aku tidak menuruti keinginan Dewasrani, mungkin hal ini tak akan pernah terjadi..." "Semua sudah ber
Nyai Lanjar tersenyum melihat kedatangan Raja Mundong yang nampak ceria."Silahkan duduk Raja Mundong," sahut Nyai Lanjar mempersilahkan tamunya untuk duduk di kursi yang ada di seberang meja tempat dia duduk.Dengan senyum dikulum Raja Mundong menggelengkan kepalanya."Kedatangan ku kesini adalah untuk menyampaikan pesan dari Tuanku Batara Geni untuk Ratu Lanjar..." kata Raja Mundong tak mau banyak berbasa-basi.Nyai Lanjar tersenyum. Tiba-tiba saja dia merasa bahagia mendengar maksud kedatangan pria gempal tersebut."Apa yang ingin suamiku sampaikan Raja Mundong?" tanya Nyai Lanjar."Dia ingin anda datang menemuinya di Istana Kerajaan Mundong Ratu..." ucap Raja Mundong."Kenapa dia tidak datang ke tempatku? Dan, tumben sekali dia mengunjungi Kerajaan Mundong?" tanya Nyai Lanjar dengan mata menyipit."Dia datang ke Kerajaan bersama Dewi Iswara Aninda...Dan saat ini Dewi tengah mengunjungi Dewa Siwa di Penjara Dewa. Batara Geni nampak gelisah dan butuh teman yang bisa diajak bicara. K
Nyai Lanjar membelai wajah Jaka Geni dengan lembut. Dia mencoba untuk menghibur pria tersebut. Apalagi setelah tahu apa yang membuat sang Mahadewa gelisah dan gundah gulana. Yaitu mengetahui Takdir kematiannya sendiri."Lalu, apakah kau tahu bagaimana caramu mati?" tanya Nyai Lanjar dengan perlahan karena takutnya itu akan menyinggung perasaan sang suami.Jaka Geni menoleh dan menatap wajah ayu tersebut. senyum tipis mengembang di bibirnya. "Entahlah,...Seandainya saja aku tahu, mungkin aku bisa mencari cara untuk menghadapinya," kata Jaka Geni."Jadi kau tahu bahwa kau akan mati, tapi kau belum tahu bagaimana caramu mati dan apa penyebabnya?" tanya Nyai Lanjar.Jaka Geni menganggukkan kepalanya. Dia menghela napas panjang."Aku sulit untuk mengatakan hal yang sebenarnya padamu Lanjar istriku...Aku takut, akan terjadi pertumpahan darah jika aku mengatakan hal yang sebenarnya padamu..." batin Jaka Geni.Sementara itu, Bara Sena yang baru saja selesai melakukan hubungan badan dengan Yu
Song Yue memakan daging pemberian Bara Sena dengan lahap bagaikan orang yang benar-benar kelaparan. Pemuda itu hanya senyum-senyum sendiri melihat wanita putri Jaka Geni itu terlihat lahap memakan daging rusa bakar miliknya.Tak cukup dengan daging bakar tersebut, Song Yue juga meminta beberapa ekor ikan bakar yang masih utuh. Wanita itu terlihat seperti anak kecil dimata Bara Sena. Martabatnya sebagai seorang Ratu Es seperti hilang begitu saja hanya karena rasa lapar."Tuan Bara benar-benar usil...Tenaga dalam wanita itu terkunci sehingga dia tidak jauh berbeda dengan manusia biasa. Saat dia baru sembuh dari terluka, itu akan membutuhkan banyak asupan untuk memulihkan kekuatan luarnya...Ckckck..." batin Jabrang yang masih bertengger di atas dahan mengamati kedua orang yang berada di dekat api unggun.Setelah semua habis dimakan dan membersihkan mulutnya, Song Yue menatap Bara Sena dengan mata melotot."Cepat katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku!? Kenapa tenaga dala