Yang Yue Fei terkejut setelah Bara Sena menunjukkan anting biru yang sangat dia kenal. Itu adalah anting khusus yang dimiliki para tetua di Sekte Awan Es. Dia pun memiliki anting itu sepasang."Bagaimana kakak bisa mendapatkan anting ini?" tanyanya."Aku menelusuri aura aneh dan aroma belerang yang begitu menyengat di kawasan utara di Hutan kematian. Itu cukup jauh dari wilayah milik Ratu Chu Yi dan wilayah Ratu Wu yang pernah kita lalui beberapa waktu yang lalu. Sesampainya disana, aku hanya menemukan anting biru itu tergeletak di tanah..." kata Bara Sena."Ini aneh...Apakah mungkin salah satu tetua Sekte masuk kedalam hutan? Lalu, untuk apa dia masuk kedalam hutan?" gumam Yue Fei dengan kening berkerut pertanda dia berpikir cukup keras."Mungkin dia ingin mencari sesuatu didalam hutan. Dan bisa saja sesuatu yang buruk sedang menimpanya," kata Bara."Kalau begitu, kita harus segera mencari tahu kakak. Aku tak ingin ada sesuatu yang
Kedua sosok itu menatap kearah dinding es yang telah menjadi bukit es setinggi lima tombak."Manusia ini sepertinya memiliki kemampuan yang tidak biasa. Kita harus berhati-hati!" ucap salah satu makhluk tersebut."Tentu saja saudaraku. Kita serang dia dengan serangan gabungan yang sudah lama tidak kita gunakan," sahut satunya lagi.Bara Sena menatap keduanya dengan sikap waspada. Dia bisa merasakan kedua makhluk itu bukanlah makhluk yang bisa dianggap remeh."Siapa kalian!?" tanyanya."Hmmmh! Justru kami yang seharusnya bertanya padamu, siapa kau berani masuk ke wilayah Kerajaan Wo Yoe kami!?" teriak salah satu makhluk."Kerajaan Wo Yoe? Baru kali ini aku mendengar nama Kerajaan itu. Hm...Baiklah, daripada kita bertarung dan menghabiskan tenaga, sebaiknya kita bicarakan ini secara baik-baik, bagaimana?" kata Bara sambil kembali bersikap biasa.Dua makhluk itu saling tatap. Lalu mereka pun saling mengangguk. Bara Sena menyeringai. Tiba-tiba tubuhnya menghilang. Dua sosok itu terkejut s
Bukit itu dipenuhi bebatuan dengan ukuran besar. Sepintas, bukit itu hanyalah bebatuan biasa. Namun jika di perhatikan lebih cermat, bukit batu itu membentuk sebuah kepala manusia. Bara Sena pun sempat berhenti sejenak sebelum melangkahkan kakinya mendekati bukit tersebut."Aneh...Bukit batu itu menyerupai kepala seseorang...Tapi kepala siapa?" batin pemuda itu.Dia tak terlalu banyak berpikir. Karena saat itu, cincin Akik Ijo miliknya tiba-tiba bergetar aneh. Dengan cepat dia pun melangkahkan kakinya ke bukit batu itu untuk menyelidiki ada apa dengan bukit batu yang terasa aneh tersebut.Kaki pemuda itu pun menapak di salah satu batu di kaki bukit. Saat itulah dia semakin merasa aneh dengan batu-batu yang ada disana. Bara merasa, bahwa batu-batu itu bukan benda mati seperti batu biasa. Batu itu seperti hidup alias memiliki jiwa. Merasa tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan, Bara Sena pun berjongkok kemudian menyentuh Batu yang dia pijak itu menggunakan telapak tangan kanannya.Ked
Tongkat itu melesat dengan kecepatan tinggi kearah Bara Sena yang sudah menantinya dengan Pedang Es Abadi. Pemuda itu melemparkan bola api yang telah dia rapal untuk menahan serangan tongkat tersebut untuk sementara sebelum dia menggunakan pedangnya untuk menahan serangan tersebut.Blar!Bola Api miliknya hancur setelah saling bentrok dengan tongkat berwarna putih gading milik si kakek. Meski sudah dihantam oleh api milik Bara Sena, tongkat itu masih meluncur dengan cepat tanpa terpengaruh oleh serangan bola api.Wuuutt!Tongkat itu pun sudah tepat didepan mata Bara Sena dalam sekejap. Dengan suara teriakan yang keras, Bara membuat gerakan membelah kearah tongkat tersebut menggunakan pedangnya.Crak!Tongkat berhasil di tahan Pedang Es Abadi. Bahkan pedang milik Bara berhasil membuat tongkat yang dipenuhi tenaga dalam tersebut sedikit terbelah di bagian ujungnya. Si kakek tersenyum melihat hal itu lalu menggerakkan tangan kanannya memutar kekiri. Tongkat itu pun berputar mengikuti ger
Harimau merah itu menatap tajam kearah Bara lalu mengaum keras hingga membuat bebatuan disana bergetar hebat. Bara Sena sedikit berdebar-debar saat dia merasakan aura yang keluar dari makhluk tersebut. Yang membuat dia merasa sedikit ciut adalah ucapan dari si kakek tua itu tentang para dewa yang mati di tangan makhluk tersebut. Itu jelas bukan hal yang menyenangkan bagi Bara yang juga memiliki darah dewa."Seorang dewa saja bisa mati, apalagi aku yang masih manusia...?" begitu yang ada di pikiran pemuda tersebut.Namun, untungnya di dalam Dunia Penyimpanan miliknya ada Kahiyang Dewi yang selalu mendampingi dirinya. Disaat-saat seperti ini, dukungan dari wanita yang dia sukai itu sangatlah berarti baginya."Tenang saja anak muda. Yang dibunuh makhluk itu hanyalah para dewa. Mungkin, Dewa memiliki kelemahan tersendiri bagi makhluk suci ini. Tapi ingat satu hal, kau sadar kalau kau bukanlah dewa? Kau adalah makhluk dengan berbagai kekuatan di dalam darahmu. Kau memiliki segalanya yang d
Bara Sena segera menjauh setelah menyadari ada yang aneh dengan harimau merah tersebut. Dan benar saja, setelah dia menjauh, es abadi milik Iblis Es yang dia ciptakan untuk membelenggu Hong Hu hancur oleh satu ledakan yang sangat dahsyat. Suara ledakan itu tidak begitu besar, namun cukup membuat bukit tersebut bergetar hebat. Gumpalan asap hitam mengepul di udara.Bara Sena menatap kearah tempat ledakan yang saat ini diselimuti asap hitam tersebut. Kedua matanya menatap tak berkedip saat dia melihat sepasang betis putih dibalik asap merah kebiruan. Namun dia tidak melihat seluruh tubuh dari sosok Misterius tersebut."Sepasang kaki...? Apakah makhluk itu bisa menjelma menjadi manusia?" batin Bara.Tiba-tiba sepasang betis itu menghilang dari pandangan matanya. Belum sempat Bara Sena terkejut, satu sosok berpakaian merah telah muncul di hadapannya dan langsung menghajar wajahnya dengan keras.Duak!Tubuh Bara Sena sampai terpuntir setelah terkena pukulan yang lumayan keras tersebut. Dal
Kakek Hong berusaha keras mengobati luka Hu Shi Yun. Namun dia bukanlah seorang tabib yang tahu banyak tentang ilmu pengobatan. Hal itu membuatnya menjadi lama akan tetapi tanpa ada hasil yang jelas. Kesal menunggu, Bara Sena akhirnya meminta kakek Hong untuk berhenti. Dia pun mengajukan dirinya untuk membantu si kakek menyelamatkan gadis yang hampir terbunuh di tangannya. Jika bukan karena rahasia makam dewa yang kakek itu katakan sebelumnya, Bara sudah enggan berada di tempat itu apalagi menolong gadis yang sebelumnya hampir saja membunuhnya jika dirinya tidak dibantu oleh Kahiyang Dewi."Biarkan aku yang mengobatinya kek. Kau benar-benar membuatku menunggu lama. Padahal hanya mengurus hal sepele macam ini," sungut Bara.Mendengar hal itu, Kakek Hong pun menoleh dengan wajah marah."Kau berkata seolah kau ini ahli dalam pengobatan! Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga dengan mudah jika aku mau! Tapi karena aku sudah berjanji akan memberi
Bara Sena yang mendengar bahwa Dewi Semesta Langit sudah memiliki seorang suami benar-benar terkejut dan dibuat patah semangat. Padahal dia sangat ingin mencoba peruntungan menahan Karma Dewa dari Dewi tersebut dan mengharapkan bisa bertemu sang Dewi yang katanya tercantik di tiga dunia tersebut.Namun, ada yang menjanggal hatinya mengenai siapa yang berhasil menahan Karma Dewa itu. Yang membuat pemuda itu menduga-duga, siapa gerangan manusia setengah dewa yang dikatakan oleh kakek Hong. "Dia manusia setengah dewa? Siapa manusia yang bisa menahan Karma Dewa yang Pangeran kaisar Langit saja tidak bisa menahannya?" tanya Bara.Kekek Hong menghela napas panjang. Dia menggelengkan kepalanya."Aku hanya mendengar kabar Dewi Semesta Langit menikah, itu saja. Mengenai siapa suaminya yang berhasil menahan Karma Dewa aku tidak begitu tahu. Karena waktu itu terjadi aku sudah berada di tempat ini bersama Shi Yun. Hanya saja, aku mendengar dari utusan