Kelima gadis cantik itu mulai berjatuhan di tanah setelah tak kuat menahan aroma belerang yang mengandung racun. Disertai hawa panas yang tak bisa ditahan dengan kekuatan es milik mereka, akhirnya membuat kelima gadis itu tak sadarkan diri. Setelah kelima gadis itu tergeletak tak berdaya, muncul satu sosok pria bertubuh kekar dengan tampang mengerikan dan tubuh yang dipenuhi banyak bulu.Di bagian kepala sosok tersebut nampak sepasang tanduk berukuran kecil dengan warna hitam pekat. Kepala pria tersebut nampak terlihat aneh. Yang membuat aneh dari wajah pria itu adalah bagian hidungnya sangat mirip dengan moncong seekor sapi. Dengan sepasang telinga yang cukup panjang membuat wujudnya sekilas sangat mirip dengan seekor sapi."Hahaha! Akhirnya mereka terkena jurus ilusi milikku. Rupanya jurus itu sudah cukup untuk menaklukkan mereka berlima. Ini adalah panen besar! Hahaha! Nyam Nyam! Kelima gadis ini masih sangat segar, alangkah senangnya aku mendapat tangkapan
Yang Yue Fei terkejut setelah Bara Sena menunjukkan anting biru yang sangat dia kenal. Itu adalah anting khusus yang dimiliki para tetua di Sekte Awan Es. Dia pun memiliki anting itu sepasang."Bagaimana kakak bisa mendapatkan anting ini?" tanyanya."Aku menelusuri aura aneh dan aroma belerang yang begitu menyengat di kawasan utara di Hutan kematian. Itu cukup jauh dari wilayah milik Ratu Chu Yi dan wilayah Ratu Wu yang pernah kita lalui beberapa waktu yang lalu. Sesampainya disana, aku hanya menemukan anting biru itu tergeletak di tanah..." kata Bara Sena."Ini aneh...Apakah mungkin salah satu tetua Sekte masuk kedalam hutan? Lalu, untuk apa dia masuk kedalam hutan?" gumam Yue Fei dengan kening berkerut pertanda dia berpikir cukup keras."Mungkin dia ingin mencari sesuatu didalam hutan. Dan bisa saja sesuatu yang buruk sedang menimpanya," kata Bara."Kalau begitu, kita harus segera mencari tahu kakak. Aku tak ingin ada sesuatu yang
Kedua sosok itu menatap kearah dinding es yang telah menjadi bukit es setinggi lima tombak."Manusia ini sepertinya memiliki kemampuan yang tidak biasa. Kita harus berhati-hati!" ucap salah satu makhluk tersebut."Tentu saja saudaraku. Kita serang dia dengan serangan gabungan yang sudah lama tidak kita gunakan," sahut satunya lagi.Bara Sena menatap keduanya dengan sikap waspada. Dia bisa merasakan kedua makhluk itu bukanlah makhluk yang bisa dianggap remeh."Siapa kalian!?" tanyanya."Hmmmh! Justru kami yang seharusnya bertanya padamu, siapa kau berani masuk ke wilayah Kerajaan Wo Yoe kami!?" teriak salah satu makhluk."Kerajaan Wo Yoe? Baru kali ini aku mendengar nama Kerajaan itu. Hm...Baiklah, daripada kita bertarung dan menghabiskan tenaga, sebaiknya kita bicarakan ini secara baik-baik, bagaimana?" kata Bara sambil kembali bersikap biasa.Dua makhluk itu saling tatap. Lalu mereka pun saling mengangguk. Bara Sena menyeringai. Tiba-tiba tubuhnya menghilang. Dua sosok itu terkejut s
Bukit itu dipenuhi bebatuan dengan ukuran besar. Sepintas, bukit itu hanyalah bebatuan biasa. Namun jika di perhatikan lebih cermat, bukit batu itu membentuk sebuah kepala manusia. Bara Sena pun sempat berhenti sejenak sebelum melangkahkan kakinya mendekati bukit tersebut."Aneh...Bukit batu itu menyerupai kepala seseorang...Tapi kepala siapa?" batin pemuda itu.Dia tak terlalu banyak berpikir. Karena saat itu, cincin Akik Ijo miliknya tiba-tiba bergetar aneh. Dengan cepat dia pun melangkahkan kakinya ke bukit batu itu untuk menyelidiki ada apa dengan bukit batu yang terasa aneh tersebut.Kaki pemuda itu pun menapak di salah satu batu di kaki bukit. Saat itulah dia semakin merasa aneh dengan batu-batu yang ada disana. Bara merasa, bahwa batu-batu itu bukan benda mati seperti batu biasa. Batu itu seperti hidup alias memiliki jiwa. Merasa tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan, Bara Sena pun berjongkok kemudian menyentuh Batu yang dia pijak itu menggunakan telapak tangan kanannya.Ked
Tongkat itu melesat dengan kecepatan tinggi kearah Bara Sena yang sudah menantinya dengan Pedang Es Abadi. Pemuda itu melemparkan bola api yang telah dia rapal untuk menahan serangan tongkat tersebut untuk sementara sebelum dia menggunakan pedangnya untuk menahan serangan tersebut.Blar!Bola Api miliknya hancur setelah saling bentrok dengan tongkat berwarna putih gading milik si kakek. Meski sudah dihantam oleh api milik Bara Sena, tongkat itu masih meluncur dengan cepat tanpa terpengaruh oleh serangan bola api.Wuuutt!Tongkat itu pun sudah tepat didepan mata Bara Sena dalam sekejap. Dengan suara teriakan yang keras, Bara membuat gerakan membelah kearah tongkat tersebut menggunakan pedangnya.Crak!Tongkat berhasil di tahan Pedang Es Abadi. Bahkan pedang milik Bara berhasil membuat tongkat yang dipenuhi tenaga dalam tersebut sedikit terbelah di bagian ujungnya. Si kakek tersenyum melihat hal itu lalu menggerakkan tangan kanannya memutar kekiri. Tongkat itu pun berputar mengikuti ger
Harimau merah itu menatap tajam kearah Bara lalu mengaum keras hingga membuat bebatuan disana bergetar hebat. Bara Sena sedikit berdebar-debar saat dia merasakan aura yang keluar dari makhluk tersebut. Yang membuat dia merasa sedikit ciut adalah ucapan dari si kakek tua itu tentang para dewa yang mati di tangan makhluk tersebut. Itu jelas bukan hal yang menyenangkan bagi Bara yang juga memiliki darah dewa."Seorang dewa saja bisa mati, apalagi aku yang masih manusia...?" begitu yang ada di pikiran pemuda tersebut.Namun, untungnya di dalam Dunia Penyimpanan miliknya ada Kahiyang Dewi yang selalu mendampingi dirinya. Disaat-saat seperti ini, dukungan dari wanita yang dia sukai itu sangatlah berarti baginya."Tenang saja anak muda. Yang dibunuh makhluk itu hanyalah para dewa. Mungkin, Dewa memiliki kelemahan tersendiri bagi makhluk suci ini. Tapi ingat satu hal, kau sadar kalau kau bukanlah dewa? Kau adalah makhluk dengan berbagai kekuatan di dalam darahmu. Kau memiliki segalanya yang d
Bara Sena segera menjauh setelah menyadari ada yang aneh dengan harimau merah tersebut. Dan benar saja, setelah dia menjauh, es abadi milik Iblis Es yang dia ciptakan untuk membelenggu Hong Hu hancur oleh satu ledakan yang sangat dahsyat. Suara ledakan itu tidak begitu besar, namun cukup membuat bukit tersebut bergetar hebat. Gumpalan asap hitam mengepul di udara.Bara Sena menatap kearah tempat ledakan yang saat ini diselimuti asap hitam tersebut. Kedua matanya menatap tak berkedip saat dia melihat sepasang betis putih dibalik asap merah kebiruan. Namun dia tidak melihat seluruh tubuh dari sosok Misterius tersebut."Sepasang kaki...? Apakah makhluk itu bisa menjelma menjadi manusia?" batin Bara.Tiba-tiba sepasang betis itu menghilang dari pandangan matanya. Belum sempat Bara Sena terkejut, satu sosok berpakaian merah telah muncul di hadapannya dan langsung menghajar wajahnya dengan keras.Duak!Tubuh Bara Sena sampai terpuntir setelah terkena pukulan yang lumayan keras tersebut. Dal
Kakek Hong berusaha keras mengobati luka Hu Shi Yun. Namun dia bukanlah seorang tabib yang tahu banyak tentang ilmu pengobatan. Hal itu membuatnya menjadi lama akan tetapi tanpa ada hasil yang jelas. Kesal menunggu, Bara Sena akhirnya meminta kakek Hong untuk berhenti. Dia pun mengajukan dirinya untuk membantu si kakek menyelamatkan gadis yang hampir terbunuh di tangannya. Jika bukan karena rahasia makam dewa yang kakek itu katakan sebelumnya, Bara sudah enggan berada di tempat itu apalagi menolong gadis yang sebelumnya hampir saja membunuhnya jika dirinya tidak dibantu oleh Kahiyang Dewi."Biarkan aku yang mengobatinya kek. Kau benar-benar membuatku menunggu lama. Padahal hanya mengurus hal sepele macam ini," sungut Bara.Mendengar hal itu, Kakek Hong pun menoleh dengan wajah marah."Kau berkata seolah kau ini ahli dalam pengobatan! Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga dengan mudah jika aku mau! Tapi karena aku sudah berjanji akan memberi
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk