Semua orang di kota Yangzhou penasaran dengan sumber aura biru yang menyelimuti kota tersebut. Aura itu sungguh membuat nyaman mereka semua. Perasaan sedih dan takut, semua menjadi hilang seketika berganti menjadi rasa nyaman yang aneh.Hal itu juga terjadi di kediaman para pemimpin dari berbagai Sekte yang saat itu masih berada di kota tersebut. Mereka semua merasakan hal yang sama."Ada apa ini? Darimana sumber aura biru ini?" tanya salah satu dari tujuh gadis. D"Sepertinya pusat dari aura ini tidak berada jauh dari tempat kita. Tapi saat aku menyelidiki, aku tak bisa mengetahui posisi pastinya ada dimana." kata Yue Mey."Kalian tak perlu mencarinya. Aura ini bukan aura yang jahat. Aku bisa merasakannya. Ini adalah aura dari seorang Dewi...Hanya saja aku belum paham, siapa Dewi yang berada di kota ini..." sahut Ratu Song Yue."Kalau begitu, apakah kita akan diam saja Ratu?" tanya Yue Fei.Ratu Song Yue mengangguk."Tak perlu mempermasalahkannya. Saat ini dunia sedang kacau karena k
Raja Xue dan Jung Seo menoleh kearah pintu kamar dimana Xue Ruo berdiri sambil menatap sang ayah."Kau...Kau yang memintanya sendiri...? Bagaimana bisa harga dirimu begitu rendah putriku...?" tanya Raja Xue dengan wajah kecewa.Xue Ruo berjalan mendekati ayahnya. Lalu dia menghampiri Bara Sena dan memegang bahunya."Jika menundanya, takutnya kekuatan Dewi Biru tidak bisa dibangkitkan mengingat banyak orang yang mengincar diriku. Sekarang, tak ada yang bisa meremehkan keluarga Xue lagi..." kata Xue Ruo dengan mata yang menyala biru.Bara Sena tersenyum."Ayah mertua. Kau begitu khawatir dengan putrimu. Aku maklum dengan hal itu karena kau ayah yang telah membesarkan dan menjaganya. Akan tetapi bahaya bisa datang kapan saja...Xue Ruo harus bisa menjaga dirinya sendiri disaat kau tidak ada di sampingnya. Kenapa dia ingin membangkitkan kekuatan Dewi Biru adalah agar kau tidak perlu lagi mengkhawatirkan dirinya." kata Bara membual."Kakak Bara pintar sekali dalam berbohong...Padahal dia ya
"Siapa kau? Apakah kau menantang Raja lautan ini?" tanya sosok aneh itu."Raja? Kebetulan sekali aku paling tidak suka dengan sebutan Raja. Bagiku itu adalah panggilan yang angkuh!" sahut Dewi Asmara lalu tangan kanannya bergerak kedepan seperti mendorong.Makhluk besar itu tak mengira bahwa dorongan tangan sang wanita itu bakal membuat dirinya terpental hingga ratusan tombak jauhnya.Blar!Tubuh pria aneh dengan kepala cumi-cumi itu terpental. Afrodit langsung terbang menyusul melalui celah perisai miliknya yang telah berhasil dirobek oleh makhluk yang mengaku sebagai raja lautan tersebut."Apa hanya segitu kekuatan Raja Lautan?" cibir Putri dengan tubuh yang diselimuti kekuatan putih kemerahan.Raja Lautan berwujud manusia cumi-cumi itu melayang di udara berkat bantuan tentakel-tentakelnya yang berada di dalam air."Itu belum seberapa. Jangan sombong dulu...!" ucap makhluk itu lalu salah satu tentakelnya bergerak menyerang Putri. Ujung dari tentakel itu sangat tajam bahkan bisa mene
Kedua punggawa itu saling menatap lalu kembali menatap Afrodit yang masih telanjang bulat tanpa pakaian. "Apa maksud mu hah!?" bentak Sebesi.Entah kenapa darahnya sedikit bergejolak melihat keindahan tubuh Dewi Asmara tersebut. Sama halnya dengan Sertung yang sejak tadi hanya diam. Dia memang tidak begitu banyak bicara kepada siapa pun. Tapi saat dia harus bertarung, dia adalah orang pertama yang paling bersemangat dibanding dua Punggawa lainnya.Afrodit tersenyum melihat Sebesi yang mulai terkena ilusi miliknya. Namun, tak semudah yang Dewi itu pikirkan. Karena Sebesi dan Sertung bukanlah makhluk sembarangan. Mereka adalah bawahan Ratu Kidul Sejagat yang tentunya memiliki kekuatan hebat."Katakan saja kepada kami, siapa kau dan pria gendut itu. Kami hanya ingin tahu pasti, apa yang terjadi pada Raja Gajam. Tak lebih dari itu. Dan masalah tubuhmu, lebih baik kau kenakan pakaian. Orang akan mengira kau seorang pelacur murahan yang dibawa kabur oleh pria gendut itu..." kata Sertung me
Jaya mengambil beberapa potong daging ikan lalu membersihkannya. Setelah itu dia pun pergi secara diam-diam menuju ke cegukan batu. Disana, Afrodit masih tergeletak di atas pasir beralaskan daun kering."Aku harus segera membuat makanan untuknya. Dia pasti lapar saat terbangun nanti," batin Jaya.Segera pemuda itu membuat tungku dari beberapa batu yang ada di sana. Lalu dia pun membuat api unggun untuk membakar daging ikan tersebut setelah sebelumnya daging tersebut dia masukkan ke dalam daun pisang yang dia bawa bawa sebelumnya.Setelah beberapa waktu lamanya akhirnya ikan pepes itu telah matang. Jaya pun mengorek bara api sehingga buntalan daun pisang yang sudah gosong itu terlihat. Dengan menggunakan kayu kecil pemuda itu pun mengangkat ikan pepes tersebut ke atas batu lalu membukanya. Di saat yang sama, kedua mata Afrodit pun terbuka. Terik matahari menyilaukan matanya."Uh, dimana aku..? Hm...Bau apa ini?" batin wanita itu lalu bangkit dan duduk. Dia mengawasi ke sekitarnya. Tat
Xia Qing Yue langsung menciptakan sebuah perisai pelindung yang mengitari tubuhnya. Dia sama sekali tak pernah menduga lawan akan memanfaatkan ruang tertutup Medan es untuk memenuhi ruang tersebut menjadi ruangan yang penuh dengan racun."Aku telah meremehkan lawan...Ini diluar dugaan..." batin gadis itu.Racun hijau tebal itu mulai memenuhi ruang dimensi milik Qing Yue membuat gadis itu mulai khawatir. Hal itu dikarenakan perisai es miliknya meleleh oleh racun milik Xun Hao. "Racun panas bisa melelehkan baja, apalagi perisai es milikmu ini hahaha! Kau bodoh sekali Xia Qing Yue!?" ucap Xun Hao sambil menyeringai. Dia mengambil beberapa butir pil penawar racun yang sudah disiapkan lalu menelannya."Sayang sekali, tubuhku belum sepenuhnya kebal terhadap racun ini..." batin Xun Hao menyadari kelemahannya sendiri.Bara Sena yang sedari awal mengammati dengan serius mendengar suara hati Xun Hao. Dia pun menyeringai kecil."Kelemahan ya...Sepertinya siapa yang akan jadi pemenangnya sudah j
Tao Shi menjerit setinggi langit saat rantai ungu milik Bara Sena menarik salah kakinya kedalam tanah hingga patah. Bara tersenyum kecil melihat hal tersebut."Kau sendiri yang meminta bukan? Aku baru melepas salah salah satu kakimu. Bagaimana? Kau seperti menjerit keenakan hahaha! Kalau begitu, yang satunya juga," ucap Bara lalu kembali menggerakkan jarinya.Krak!Aaaarrrgggg!!!!Tao Shi kembali menjerit kesakitan. Kaki kirinya ikut patah setelah ditarik oleh rantai ungu milik Bara Sena. Semua penonton merasa ngeri melihat kekejaman yang Bara Sena lakukan. Termasuk Yue Fei yang menjadi ragu setelah melihat Rantai Ungu tersebut."Setahuku dia tidak memiliki kemampuan itu...Lalu, siapa orang ini? Dia menggunakan rantai ungu yang memiliki aura Ratu Chu Yi..." batin Yue Fei.Chang Mei menatap Bara sambil menggeleng-gelengkan kepala."Kenapa ketua?" tanya Wuwei."Tidak. Hanya saja, dia mulai menunjukkan sifat yang kejam..." ucap wanita cantik itu.Sebenarnya Chang Mei sudah sedikit tahu m
Bara Sena menatap Xiao Wang yang berada didepannya. "Akhirnya kita bertemu juga. Sudah lama aku menantikan hari ini. Aku bisa membunuhmu dengan leluasa tanpa takut Raja Xue ikut campur," ucap Xiao Wang.Bara tersenyum sinis."Kau berkata seolah-olah kau bisa melakukannya. Aku penasaran, sekeras apa kau mencoba membunuhku..." sahut Bara membuat Xiao Wang geram."Akan kurobek mulut busukmu itu!" umpat Xiao Wang lalu dia langsung membuka serangan.Para penonton dibuat tegang melihat pertarungan dua Pendekar tersebut. Hal itu dikarenakan keduanya sama-sama hebat di babak pertama dan kedua meski Bara terlihat lebih unggul.Wuuttt!Tangan Xiao Wang bergerak menyambar kearah wajah Bara Sena. Dengan tenang Bara merunduk sehingga tinju itu lewat di atas kepalanya. Saat merunduk pemuda itu langsung mengerahka pukulannya kearah perut lawan."Kena kau!"Tinju Bara melesat. Namun dari dalam perut Xiao Wang keluar satu tangan hitam yang langsung menangkap tinju sang pemuda.Tap!Bara pun dibuat te