Chang Mei merintih kecil saat jarum perak menembus pembuluh darahnya. Bara Sena pun kembali mengambil jarum dan menancapkannya di bagian lengan lalu terus naik hingga ke bagian leher."Apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?" tanya Bara.Chang Mei hanya mengangguk pelan. Dia masih merasa aneh dengan kehadiran pemuda tersebut di dalam kamarnya. Bara pun kembali melanjutkan pekerjaannya menancap kan jarum perak miliknya. Kali ini dia melakukannya di bagian tangan sebelah kanan Chang Mei. "Dua sisi tubuhmu ini akan menekan racun yang menjalar di darahmu agar kembali ke titik awal mereka masuk. Yaitu ada di bagian luka terbuka dari pisau itu," kata Bara. Namun dia ragu untuk membuka selimut yang menutupi tubuh wanita tersebut.Seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Bara Sena, Chang Mei pun segera mengambil kain putih yang belum digunakan untuk membersihkan lukanya. Dia menutupi dadanya menggunakan kain tersebut sehingga saat Bara membuka seli
Chang Mei menatap ibunya tersebut dengan tatapan dalam. Dia merasa ragu namun karena dia juga sudah tahu ibunya seorang peramal taois yang handal dan tak pernah meleset, dia pun mempercayai apa yang dikatakan ibunya.Sejak saat itu, setiap ada pemuda yang datang kepadanya dan tertarik meminang dirinya, dia akan menatap mata pemuda tersebut untuk mencari tahu. Akan tetapi, tak pernah ada satu orang pun yang memiliki tanda-tanda dewa cahaya.Hingga ratusan tahun berlalu, dan Bara Sena datang dengan menjadi Dewa penolong yang menyelamatkan dirinya, Chang Mei akhirnya menemukan tanda dewa cahaya seperti yang ibunya katakan.Melihat wanita itu menatap tak berkedip ke arahnya membuat Bara Sena merasa jengah juga. Namun, dia pun akhirnya membalas tatapan mata tersebut. Dan saat matanya turun ke arah bibir, seketika napas pemuda itu menjadi sedikit memburu ketika dia melihat bibir merah merekah dan sedikit terbuka."Kau sangat cantik Chang Mei..." pu
Bara Sena dan Chang Mei masih sibuk di atas ranjang. Keduanya benar-benar menikmati waktu tersebut tanpa memikirkan hal lain. Sambil menggerakkan tubuhnya, Bara pun sibuk mencium leher jenjang tersebut."Chang Mei...Jika aku melakukan ini dengan perlahan, mungkin butuh satu hari untuk menyelesaikannya..." ucap Bara."Benarkah?" tanya Chang Mei sambil mendesah lirih keenakan."Tentu saja...Karena hanya dengan gerakan yang cepat aku akan selesai dengan lebih cepat pula..." kata Bara."Tapi aku lebih suka yang seperti ini. Tak peduli mau berapa hari sekalipun...Aku akan tetap menikmatinya..." sahut Chang Mei sambil meremas kepala Bara yang masih terbenam di kedua buah dadanya."Beberapa saat yang lalu kau hanya seorang wanita pemalu. Coba lihat sekarang, kau begitu bersemangat..." seloroh Bara.Memerah wajah Chang Mei mendengar ucapan setengah memuji setengah meledek tersebut."Ini semua karena dirimu...Jika bukan karena kau yang memulai, aku tak mungkin meminta yang aneh-aneh padamu," u
Malam itu Bara Sena dan Xue Ruo kembali ke rumah penginapan setelah urusan di Kedai Serikat Geni selesai. Sesampainya dirumah Bara Sena pun merebahkan tubuhnya di atas kasur begitu saja. Entah mengapa dia sedikit merasa ngantuk sehingga tanpa banyak berpikir dia langsung merebahkan tubuhnya."Apakah ini efek dari kegiatan bersama Chang Mei? Huh...Tak kusangka dia akan meminta lebih dari sepuluh kali...Kekuatan ku seperti dihisap habis olehnya..." batin Bara.Namun dia merasa puas meski tubuhnya sedikit lelah. Setelah dia tertidur, Xue Ruo hanya duduk di atas kasur sambil cemberut. Dia menatap Bara Sena yang telah terkapar."Aneh sekali...Padahal dia itu sangat kuat dan jarang lelah. Kali ini dia terlihat kelelahan. Apakah dia mengeluarkan banyak tenaga saat menyelamatkan nona Chang?" batin Xue Ruo bertanya-tanya.Akhirnya Xue Ruo pun merebahkan tubuhnya disebelah Bara Sena. Dia pun ikut tertidur sambil memeluk punggung sang pemuda.Diluar penginapan, nampak satu sosok bayangan hitam
Lu Shi merasa sangat bahagia diperhatikan begitu rupa oleh orang yang selama ini dia puja-puja. Sepanjang waktu yang Lu Shi lalui di dalam dunia penyimpanan itu hanyalah melamun dan melamun saja. Dia sangat ingin bertemu dan berbincang dengan Bara Sena, yang dia anggap sebagai tuannya. Dan akhirnya hal itu terwujud sekarang. Hanya saja, Lu Shi sangat minder bertemu dengan Bara saat wujudnya menjadi seperti itu."Waktu itu aku tengah duduk di sungai yang ada di bawah sana dimana tempat tinggalku berada. Saat itulah aku merasakan hawa kekuatan dari Pedang Sepasang Naga Emas. Aku ingat sebuah pesan dari ayahku melalui mimpi...Bahwa di luar Hutan Kematian, ada sepasang pedang yang sangat melegenda. Dan ayahku juga berpesan padaku bahwa aku memiliki kekuatan yang dia warisan ke dalam janin yang dikandung ibu, itu adalah aku..." kata Lu Shi bercerita."Ayahmu adalah orang yang sangat Sakti rupanya..." ucap Bara."Dia memiliki kemampuan melihat masa lalu, dan aku pun memiliki kemampuan yang
Xia Qing Yue terkejut mendengar apa yang Chu Yue Li katakan. Dia baru tahu kalau ternyata tidak hanya dia yang sembuh dari Kutukan Es. Hal itu pun membuat dia menjadi penasaran, siapa orangnya yang telah berhasil menyembuhkan Kutukan Es selain suaminya, Xiao Feng alias Bara Sena."Aku hanya ingin tahu, apakah Tabib yang menyembuhkan diriku adalah orang yang sama dengan tabib yang berhasil menyembuhkan Qing Yue. Di Jiangsu ini, ada seorang Tabib yang mampu menghilangkan Kutukan Es milik Ratu Song Yue adalah sesuatu yang hebat bukan?" kata Yang Yue Fei.Chu Yue Li mengangguk mendengar ucapan kakak seperguruannya tersebut."Benar kakak. Aku pun juga penasaran, apakah tabib itu adalah satu orang yang sama atau mereka adalah orang yang berbeda? Aku juga sangat ingin menemuinya. Mungkin aku juga bisa sembuh sama seperti kakak Yue Fei dan juga Qing Yue..." ucap Yue Li.Yue Fei tersenyum. Dia menoleh kearah Qing Yue yang masih duduk sambil menatap kedua gurunya."Mungkin Qing Yue bisa memberi
Palu berukuran sebesar gajah itu tergeletak di atas arena. Xiao Cun kembali mengumumkan kepada para penonton dan juga peserta bahwa Palu tersebut adalah Palu seberat 1000 ton. Tugas para Pendekar yang mengikuti turnamen adalah mengangkat palu tersebut dan menghancurkan batu yang sudah disiapkan. "Palu ini adalah Palu Kepala Naga. Sebuah palu yang dipinjamkan oleh Tuan Agung Yuang Shi dari pegunungan 9 Puncak Naga. Beliau sendiri yang membawa palu miliknya kesini sebagai sarana untuk turnamen tahun ini. Palu Kepala Naga sangat berat dan tidak mungkin diangkat oleh orang biasa. Ini adalah tantangan bagi pendekar terpilih di Jiangsu, apakah ada yang kuat mengangkatnya? Bahkan, apakah di antara mereka ada yang bisa membuat batu disana hancur dengan palu Kepala Naga ini!?" seru Xiao Cun. Para penonton bersorak sorai. Mereka sangat menantikan aksi dari 8 pendekar yang telah lolos di babak pertama tersebut. Yang paling dinantikan oleh mereka ada
Lu Tian berteriak keras. Seluruh tubuhnya merah membara pertanda dia tengah mengeluarkan seluruh kekuatan yang dia miliki. Semua orang dibuat tegang saat dengan perlahan palu itu mulai terangkat.Tuan Agung Yuang Shi terkejut melihatnya."Hohoho! Sungguh tidak bisa dipercaya, di Jiangsu ada Pendekar hebat yang masih muda seperti ini! Palu Kepala Naga bisa diangkat oleh Pendekar Ranah Pemurnian Tulang! Luar biasa!" seru Yuang Shi terkagum-kagum.Raja Xue tersenyum kecil."Kau belum melihat yang lainnya Tuan Agung. Anak ini masih biasa saja menurutku. Ada yang lebih dari ini, dan kau pasti akan sangat terkejut saat melihatnya dengan mata kepala sendiri," kata Raja Xue.Yuang Shi menoleh kearah Raja Xue."Apakah itu orang dari Sekte mu yang bernama Cakara yang katanya kemarin menjadi juara setelah memotong-motong Batu Hitam dengan Pedang miliknya?" tanya Yuang Shi.Raja Xue tersenyum kecil."Kita lihat saja, s