Wuwei melangkah meninggalkan Kedai Serikat Geni menuju ke rumah obat. Hari itu sudah menjelang sore sehingga suasana di jalanan terasa hangat.Gadis itu terlihat terburu-buru sehingga memancing perhatian beberapa orang pria yang ada di dekat sebuah toko arak. "Hei gadis cantik! Mau kemana kau!?" seru salah seorang pria.Namun Wuwei tidak menggubrisnya sama sekali dan tetap melanjutkan langkahnya menuju toko obat yang berada tak jauh dari tempatnya sekarang.Merasa tersinggung, salah satu pria melompat dan langsung menghadang Wuwei. "Sombong sekali kau hah!?" ucap pria yang dalam keadaan setengah mabuk tersebut. Wuwei nampak ketakutan. Dia berharap pada kalung yang dia kenakan. Namun setelah sadar bahwa Ketua Serikat Geni itu dalam keadaan terluka, Wuwei pun tak bisa berbuat apa-apa.Pria itu menatap liar dari ujung rambut hingga ke ujung kaki Wuwei, gadis yang masih belia dan terlihat cantik tersebut."L
Wuwei dan semua orang termasuk Bara Sena pun terkejut saat melihat sambaran petir yang keluar dari arah sebuah rumah. Ledakan dahsyat itu pun menghancurkan rumah tersebut hingga luluh lantak.Semua mata tertuju pada satu sosok yang melangkah keluar dari dalam puing-puing rumah yang terbakar tersebut. Itu adalah sosok Chang Hui. Tubuhnya diselimuti aura petir yang menjilat-jilat.Seketika, Bara langsung teringat saat pertarungan antara dirinya dengan Jaka Geni ratusan tahun silam di kahyangan selatan. "Ajian Gledek Membelah Langit? Siapa pemuda ini?" batin Bara Sena.Bara masih belum menyadari bahwa pemuda itu adalah orang yang beberapa kali dia kalahkan. Begitu juga dengan Xue Ruo yang juga tidak menyadari hal tersebut."Wuwei keparat...! Kau sudah ingin cepat mati ya!?" teriak Chang Hui.Chang Hui melompat tinggi ke udara. Tubuhnya pun langsung melesat dengan cepat laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Wuwei yang aw
Wuwei menatap Bara dan Xue Ruo selama beberapa saat. Lalu dia pun menceritakan siapa Chang Hui dan juga dirinya. Hanya saja, dia tidak menceritakan siapa sebenarnya Chang Mei Geni. Dia hanya menceritakan bahwa wanita itu adalah guru yang dihianati oleh Chang Hui.Setelah mendengar semua cerita tersebut, Bara Sena pun menggeleng-gelengkan kepalanya."Bocah bernama Chang Hui itu pantas mendapatkan kematian," ujarnya."Tapi, aku yakin nona Chang Mei akan merasa sedih setelah tahu anak angkat sekaligus muridnya itu tewas..." ucap Wuwei sambil menunduk dan bingung apa yang harus dia katakan kepada Chang Mei mengenai kematian Chang Hui.Bara menyeringai,"Kau terlalu lugu gadis, apa yang dilakukan Chang Hui sudah menbuat orang lain geram. Dia hampir mencelakai calon istriku dua kali. Aku tak peduli apa yang gurunya rasakan melihat muridnya tewas. Yang jelas, aku sudah membantunya melakukan apa yang tak bisa dia lakukan," kata Bara membuat
Chang Mei merintih kecil saat jarum perak menembus pembuluh darahnya. Bara Sena pun kembali mengambil jarum dan menancapkannya di bagian lengan lalu terus naik hingga ke bagian leher."Apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?" tanya Bara.Chang Mei hanya mengangguk pelan. Dia masih merasa aneh dengan kehadiran pemuda tersebut di dalam kamarnya. Bara pun kembali melanjutkan pekerjaannya menancap kan jarum perak miliknya. Kali ini dia melakukannya di bagian tangan sebelah kanan Chang Mei. "Dua sisi tubuhmu ini akan menekan racun yang menjalar di darahmu agar kembali ke titik awal mereka masuk. Yaitu ada di bagian luka terbuka dari pisau itu," kata Bara. Namun dia ragu untuk membuka selimut yang menutupi tubuh wanita tersebut.Seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Bara Sena, Chang Mei pun segera mengambil kain putih yang belum digunakan untuk membersihkan lukanya. Dia menutupi dadanya menggunakan kain tersebut sehingga saat Bara membuka seli
Chang Mei menatap ibunya tersebut dengan tatapan dalam. Dia merasa ragu namun karena dia juga sudah tahu ibunya seorang peramal taois yang handal dan tak pernah meleset, dia pun mempercayai apa yang dikatakan ibunya.Sejak saat itu, setiap ada pemuda yang datang kepadanya dan tertarik meminang dirinya, dia akan menatap mata pemuda tersebut untuk mencari tahu. Akan tetapi, tak pernah ada satu orang pun yang memiliki tanda-tanda dewa cahaya.Hingga ratusan tahun berlalu, dan Bara Sena datang dengan menjadi Dewa penolong yang menyelamatkan dirinya, Chang Mei akhirnya menemukan tanda dewa cahaya seperti yang ibunya katakan.Melihat wanita itu menatap tak berkedip ke arahnya membuat Bara Sena merasa jengah juga. Namun, dia pun akhirnya membalas tatapan mata tersebut. Dan saat matanya turun ke arah bibir, seketika napas pemuda itu menjadi sedikit memburu ketika dia melihat bibir merah merekah dan sedikit terbuka."Kau sangat cantik Chang Mei..." pu
Bara Sena dan Chang Mei masih sibuk di atas ranjang. Keduanya benar-benar menikmati waktu tersebut tanpa memikirkan hal lain. Sambil menggerakkan tubuhnya, Bara pun sibuk mencium leher jenjang tersebut."Chang Mei...Jika aku melakukan ini dengan perlahan, mungkin butuh satu hari untuk menyelesaikannya..." ucap Bara."Benarkah?" tanya Chang Mei sambil mendesah lirih keenakan."Tentu saja...Karena hanya dengan gerakan yang cepat aku akan selesai dengan lebih cepat pula..." kata Bara."Tapi aku lebih suka yang seperti ini. Tak peduli mau berapa hari sekalipun...Aku akan tetap menikmatinya..." sahut Chang Mei sambil meremas kepala Bara yang masih terbenam di kedua buah dadanya."Beberapa saat yang lalu kau hanya seorang wanita pemalu. Coba lihat sekarang, kau begitu bersemangat..." seloroh Bara.Memerah wajah Chang Mei mendengar ucapan setengah memuji setengah meledek tersebut."Ini semua karena dirimu...Jika bukan karena kau yang memulai, aku tak mungkin meminta yang aneh-aneh padamu," u
Malam itu Bara Sena dan Xue Ruo kembali ke rumah penginapan setelah urusan di Kedai Serikat Geni selesai. Sesampainya dirumah Bara Sena pun merebahkan tubuhnya di atas kasur begitu saja. Entah mengapa dia sedikit merasa ngantuk sehingga tanpa banyak berpikir dia langsung merebahkan tubuhnya."Apakah ini efek dari kegiatan bersama Chang Mei? Huh...Tak kusangka dia akan meminta lebih dari sepuluh kali...Kekuatan ku seperti dihisap habis olehnya..." batin Bara.Namun dia merasa puas meski tubuhnya sedikit lelah. Setelah dia tertidur, Xue Ruo hanya duduk di atas kasur sambil cemberut. Dia menatap Bara Sena yang telah terkapar."Aneh sekali...Padahal dia itu sangat kuat dan jarang lelah. Kali ini dia terlihat kelelahan. Apakah dia mengeluarkan banyak tenaga saat menyelamatkan nona Chang?" batin Xue Ruo bertanya-tanya.Akhirnya Xue Ruo pun merebahkan tubuhnya disebelah Bara Sena. Dia pun ikut tertidur sambil memeluk punggung sang pemuda.Diluar penginapan, nampak satu sosok bayangan hitam
Lu Shi merasa sangat bahagia diperhatikan begitu rupa oleh orang yang selama ini dia puja-puja. Sepanjang waktu yang Lu Shi lalui di dalam dunia penyimpanan itu hanyalah melamun dan melamun saja. Dia sangat ingin bertemu dan berbincang dengan Bara Sena, yang dia anggap sebagai tuannya. Dan akhirnya hal itu terwujud sekarang. Hanya saja, Lu Shi sangat minder bertemu dengan Bara saat wujudnya menjadi seperti itu."Waktu itu aku tengah duduk di sungai yang ada di bawah sana dimana tempat tinggalku berada. Saat itulah aku merasakan hawa kekuatan dari Pedang Sepasang Naga Emas. Aku ingat sebuah pesan dari ayahku melalui mimpi...Bahwa di luar Hutan Kematian, ada sepasang pedang yang sangat melegenda. Dan ayahku juga berpesan padaku bahwa aku memiliki kekuatan yang dia warisan ke dalam janin yang dikandung ibu, itu adalah aku..." kata Lu Shi bercerita."Ayahmu adalah orang yang sangat Sakti rupanya..." ucap Bara."Dia memiliki kemampuan melihat masa lalu, dan aku pun memiliki kemampuan yang