Xiao Wang tergeletak didalam tanah yang berlubang dalam keadaan tengkurap. Raja Xue pun melayang turun dan mendarat di dekat lubang tanah sedalam setengah tombak tersebut. Matanya menatap tubuh Xiao Wang yang masih tengkurap dibawah sana."Kau tidak mati bukan? Kembalilah ke tempatmu dan jangan pernah berani lagi menginjak kan kakimu selama kami ada disini," kata Raja Xue dengan suara yang dalam.Xiao Wang berusaha bangkit berdiri. Dia merasakan sekujur tubuhnya hancur. Dengan susah payah dia pun menghadap Raja Xue."Maafkan kesalahan yang telah aku lakukan Yang Mulia. Dan terimakasih masih menahan diri untuk tidak membuatku tewas di tempat ini..." kata Xiao Wang."Hmph," sahut Raja Xue masih dengan tatapan mata yang membuat Xiao Wang mau tidak mau harus segera pergi meninggalkan tempat tersebut."Sial sekali...Aku pikir Sekte Xue tidak memiliki orang sekuat ini...Aku benar-benar bodoh!" batin Xiao Wang sambil melangkah pergi meningg
Chang Mei Geni menatap pria yang baru saja bertanya."Benar, itulah alasan kenapa perjanjian darah ini diwariskan kepada kalian anak cucunya. Jika kalian tidak ingin mewariskan nya kepada anak kalian, itu tidak masalah sama sekali. Asal kalian tidak membocorkan rahasia diriku. Kecuali jika kalian ingin mati cepat." kata Chang Mei."Kenapa leluhur kami mau membuat perjanjian darah dengan anda ketua?" tanya Wuwei memberanikan diri.Chang Mei tersenyum. Kali ini dia tersenyum lebar, menunjukkan kecantikannya yang abadi."Pertanyaan bagus. Pertanyaan ini pernah dilontarkan orang tua kalian padaku di masa lalu, begitu juga dengan kakek nenek kalian dan leluhur kalian. Pertanyaan yang sama, kenapa leluhur kalian mau mengikat janji darah seperti ini dengan diriku...Aku akan sedikit ceritakan inti dari perjanjian itu kepada kalian," kata Chang Mei.Delapan orang yang ada di sana pun saling tatap. Mereka sama-sama menganggukkan kepala."450 tahun yang lalu, saat itu usiaku baru menginjak tiga
Wuwei melangkah meninggalkan Kedai Serikat Geni menuju ke rumah obat. Hari itu sudah menjelang sore sehingga suasana di jalanan terasa hangat.Gadis itu terlihat terburu-buru sehingga memancing perhatian beberapa orang pria yang ada di dekat sebuah toko arak. "Hei gadis cantik! Mau kemana kau!?" seru salah seorang pria.Namun Wuwei tidak menggubrisnya sama sekali dan tetap melanjutkan langkahnya menuju toko obat yang berada tak jauh dari tempatnya sekarang.Merasa tersinggung, salah satu pria melompat dan langsung menghadang Wuwei. "Sombong sekali kau hah!?" ucap pria yang dalam keadaan setengah mabuk tersebut. Wuwei nampak ketakutan. Dia berharap pada kalung yang dia kenakan. Namun setelah sadar bahwa Ketua Serikat Geni itu dalam keadaan terluka, Wuwei pun tak bisa berbuat apa-apa.Pria itu menatap liar dari ujung rambut hingga ke ujung kaki Wuwei, gadis yang masih belia dan terlihat cantik tersebut."L
Wuwei dan semua orang termasuk Bara Sena pun terkejut saat melihat sambaran petir yang keluar dari arah sebuah rumah. Ledakan dahsyat itu pun menghancurkan rumah tersebut hingga luluh lantak.Semua mata tertuju pada satu sosok yang melangkah keluar dari dalam puing-puing rumah yang terbakar tersebut. Itu adalah sosok Chang Hui. Tubuhnya diselimuti aura petir yang menjilat-jilat.Seketika, Bara langsung teringat saat pertarungan antara dirinya dengan Jaka Geni ratusan tahun silam di kahyangan selatan. "Ajian Gledek Membelah Langit? Siapa pemuda ini?" batin Bara Sena.Bara masih belum menyadari bahwa pemuda itu adalah orang yang beberapa kali dia kalahkan. Begitu juga dengan Xue Ruo yang juga tidak menyadari hal tersebut."Wuwei keparat...! Kau sudah ingin cepat mati ya!?" teriak Chang Hui.Chang Hui melompat tinggi ke udara. Tubuhnya pun langsung melesat dengan cepat laksana anak panah yang lepas dari busurnya. Wuwei yang aw
Wuwei menatap Bara dan Xue Ruo selama beberapa saat. Lalu dia pun menceritakan siapa Chang Hui dan juga dirinya. Hanya saja, dia tidak menceritakan siapa sebenarnya Chang Mei Geni. Dia hanya menceritakan bahwa wanita itu adalah guru yang dihianati oleh Chang Hui.Setelah mendengar semua cerita tersebut, Bara Sena pun menggeleng-gelengkan kepalanya."Bocah bernama Chang Hui itu pantas mendapatkan kematian," ujarnya."Tapi, aku yakin nona Chang Mei akan merasa sedih setelah tahu anak angkat sekaligus muridnya itu tewas..." ucap Wuwei sambil menunduk dan bingung apa yang harus dia katakan kepada Chang Mei mengenai kematian Chang Hui.Bara menyeringai,"Kau terlalu lugu gadis, apa yang dilakukan Chang Hui sudah menbuat orang lain geram. Dia hampir mencelakai calon istriku dua kali. Aku tak peduli apa yang gurunya rasakan melihat muridnya tewas. Yang jelas, aku sudah membantunya melakukan apa yang tak bisa dia lakukan," kata Bara membuat
Chang Mei merintih kecil saat jarum perak menembus pembuluh darahnya. Bara Sena pun kembali mengambil jarum dan menancapkannya di bagian lengan lalu terus naik hingga ke bagian leher."Apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?" tanya Bara.Chang Mei hanya mengangguk pelan. Dia masih merasa aneh dengan kehadiran pemuda tersebut di dalam kamarnya. Bara pun kembali melanjutkan pekerjaannya menancap kan jarum perak miliknya. Kali ini dia melakukannya di bagian tangan sebelah kanan Chang Mei. "Dua sisi tubuhmu ini akan menekan racun yang menjalar di darahmu agar kembali ke titik awal mereka masuk. Yaitu ada di bagian luka terbuka dari pisau itu," kata Bara. Namun dia ragu untuk membuka selimut yang menutupi tubuh wanita tersebut.Seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Bara Sena, Chang Mei pun segera mengambil kain putih yang belum digunakan untuk membersihkan lukanya. Dia menutupi dadanya menggunakan kain tersebut sehingga saat Bara membuka seli
Chang Mei menatap ibunya tersebut dengan tatapan dalam. Dia merasa ragu namun karena dia juga sudah tahu ibunya seorang peramal taois yang handal dan tak pernah meleset, dia pun mempercayai apa yang dikatakan ibunya.Sejak saat itu, setiap ada pemuda yang datang kepadanya dan tertarik meminang dirinya, dia akan menatap mata pemuda tersebut untuk mencari tahu. Akan tetapi, tak pernah ada satu orang pun yang memiliki tanda-tanda dewa cahaya.Hingga ratusan tahun berlalu, dan Bara Sena datang dengan menjadi Dewa penolong yang menyelamatkan dirinya, Chang Mei akhirnya menemukan tanda dewa cahaya seperti yang ibunya katakan.Melihat wanita itu menatap tak berkedip ke arahnya membuat Bara Sena merasa jengah juga. Namun, dia pun akhirnya membalas tatapan mata tersebut. Dan saat matanya turun ke arah bibir, seketika napas pemuda itu menjadi sedikit memburu ketika dia melihat bibir merah merekah dan sedikit terbuka."Kau sangat cantik Chang Mei..." pu
Bara Sena dan Chang Mei masih sibuk di atas ranjang. Keduanya benar-benar menikmati waktu tersebut tanpa memikirkan hal lain. Sambil menggerakkan tubuhnya, Bara pun sibuk mencium leher jenjang tersebut."Chang Mei...Jika aku melakukan ini dengan perlahan, mungkin butuh satu hari untuk menyelesaikannya..." ucap Bara."Benarkah?" tanya Chang Mei sambil mendesah lirih keenakan."Tentu saja...Karena hanya dengan gerakan yang cepat aku akan selesai dengan lebih cepat pula..." kata Bara."Tapi aku lebih suka yang seperti ini. Tak peduli mau berapa hari sekalipun...Aku akan tetap menikmatinya..." sahut Chang Mei sambil meremas kepala Bara yang masih terbenam di kedua buah dadanya."Beberapa saat yang lalu kau hanya seorang wanita pemalu. Coba lihat sekarang, kau begitu bersemangat..." seloroh Bara.Memerah wajah Chang Mei mendengar ucapan setengah memuji setengah meledek tersebut."Ini semua karena dirimu...Jika bukan karena kau yang memulai, aku tak mungkin meminta yang aneh-aneh padamu," u