Share

BAB 2 - Kota Brigstone

"Arez tunggu!"

Seorang perempuan berambut panjang dengan pakaian khasnya, berjalan tegesa untuk menghampiri pria yang ia panggil sejak tadi.

Gadis itu adalah Leah, satu-satunya putri dari kediaman keluarga Count Kris.

Meskipun ia memiliki tubuh yang tidak bisa dibilang mungil, namun mengejar Arez tentu saja membutuhkan usaha lebih.

"Ku bilang tunggu!" teriak Leah yang mulai kesal karna tak kunjung bisa menyamakan langkahnya.

"Lihatlah apa yang ku temukan!" teriaknya sekali lagi berharap agar berhasil menarik perhatian Arez.

Namun usahanya gagal.

Bahkan tanpa menoleh, Arez hanya berkata "Cepat kembalikan jika kau mencurinya." lalu ia kembali melanjutkan langkahnya dan mengabaikan Leah yang masih tertinggal di belakang.

Count Kris adalah paman Arez, dan Leah adalah putrinya. Usia mereka pun hanya berjarak satu tahun Leah lebih muda, membuat keduanya menjadi sangat mudah untuk akrab.

"Apa kau sungguh tak mau memelankan sedikit langkahmu itu, Arez?!"

Seketika Arez memelankan langkah kakinya.

Namun bukan karna Leah, melainkan karena dirinya teringat akan suatu hal dan membutuhkan bantuan Leah untuk itu.

"Akhirnya kau mendengar ku," kata Leah sarkas saat dirinya kini sudah berjalan sejajar dengan sepupunya itu.

Namun Arez tak memperdulikan sindiran Leah.

"Leah."

"Ya?"

"Kapan kau menemui Dante?"

Leah sempat terdiam saat mendengar pertanyaan Arez. Ia kini mengerti alasan sepupunya itu memelankan langkahnya.

"Jadwalku dengannya masih besok. Ada apa." jawabnya sedikit ketus.

"Tanyakan padanya, kapan ia akan kembali?"

Dante adalah putra sulung keluarga Hans, kakak tertua Arez. Keluarga mereka tidaklah buruk namun juga tidak bisa dibilang harmonis. Hans dan Dante memang tidaklah akrab, keduanya seakan menyimpan rahasia satu sama lain. Setiap Hans kembali dari perang, saat itu lah Dante menyibukkan diri di rumah penelitiannya.

"Arez.." panggil Leah ragu-ragu.

"Apa besok paman telah kembali dari misinya?sambungnya.

"Entahlah, aku belum mendengar kabar dari Duke."

Duke Hans terkenal dengan julukannya pahlawan perang. Tidak ada yang berani dengannya kecuali Lilyana, ibunda Arez.

Percakapan keduanya pun terhenti. Mereka sempat berjalan berdampingan dalam keheningan.

"Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau minta. Tapi kau juga harus mengabulkan satu permintaan ku."

Arez sontak mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Leah.

"Hei kau tahu kan, kakakmu itu sangatlah mengerikan ketika ada yang mengajaknya membicarakan hal 'begini' bukan. Jadi, aku tidak mau mempertaruhkan nyawaku dengan sia-sia, oke!"

"Ya sudah kalau kau tak mau. Padahal jika kau mau, nanti sore pun aku akan menemuinya," kata Leah mengejek saat mendengar Arez menghembuskan nafasnya jengkel.

"Baiklah. Jadi cepat sebutkan apa yang kau mau."

Mendengar jawaban Arez, tanpa sadar raut wajah Leah berubah menyeringai puas. Ekspresinya seperti seseorang yang sedang menjalankan ide jahil.

"Besok siang datanglah ke sini. Aku membutuhkan bantuanmu sebagai laki-laki."

"Apa yang akan kau- hmp?!"

Leah lebih dulu membungkam mulut Arez sebelum selesai bertanya.

"Sudah, datang saja ke sini besok dan kau akan mengetahuinya," ujar Leah sembari menepuk-nepuk bahu Arez.

"Bagaimana, apa kau setuju?" tanya Leah sekali lagi yang kemudian disusul anggukan dari Arez.

"Oke, deal!" teriak Leah.

Dirinya bersorak kecil mengetahui jawaban Arez dan segera melepaskan tangannya dari sepupunya itu.

"Apa yang membuat mu sesenang itu, putriku?"

Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing bagi Arez dan Leah. Siapa lagi jika bukan count Kris.

"Ayah!" teriak Leah sembari memeluk ayahnya.

Ia adalah Count Kris, ayahanda Leah dan pemimpin para ksatria A.

"Kau datang lebih awal hari ini, Arez?" ucap count Kris menyapa Arez.

Enggan menganggu percakapan ayahnya, sontak Leah pun segera melepaskan pelukan dari Count Kris.

"Iya paman, tadi pagi Max terus memaksa ingin memakan rumput di danau bukit istana."

Max adalah kuda hitam milik Arez, hadiah dari ayahnya karena telah berhasil menunggangi kuda. Sama seperti Leah, kuda milik Arez telah menemani Arez sejak masih berusia kanak-kanak.

"Wow, sepertinya kau sangat memperhatikan kudamu itu ya daripada saudara mu sendiri." cibir Leah.

Hal itu justru memancing tawa dari paman Kris dan juga Arez, meskipun dirinya hanya tertawa tipis.

"Memiliki peliharaan itu menyenangkan, putriku. Cobalah memilih salah satu hewan dan jadikan peliharaan milikmu. Setelah itu kau akan mengerti apa yang dirasakan oleh Arez," ujar paman Kris.

"Aku tak mau memelihara kuda, ayah. Aku ingin memelihara sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat adrenalin ku tertantang!" jawab Leah.

"Hahahaha, mana ada yang seperti itu."

Ayahnya bukan menertawakan keinginan Leah, namun ia menertawakan tingkah gemas putri satu-satunya itu.

"Beri tahu ayah jika kau sudah menemukannya. Ayah bersumpah akan mengizinkan keinginan mu."

"Sungguh!" tanya Leah yang dibalas anggukan dari ayahnya.

"Wow! Ayah terbaik!!" teriak Leah sekali lagi sembari memeluk ayahnya kembali.

Namun ia segera melepaskan pelukannya saat seorang Ksatria tiba-tiba datang menghampiri. Mengalihkan pandangan Count kepadanya.

"Kapten, semua sudah siap."

Ia adalah salah satu anggota ksatria di sana. Mereka adalah ksatria kediaman Count Kris dan beberapa di antara mereka banyak yang terpilih sebagai Ksatria Kerajaan tim A.

Ksatria Kerajaan terbagi menjadi 2 tim, yaitu tim A dan B. Ksatria tim A bertugas menjaga wilayah Brigstone. Sementara ksatria kerajaan tim B memiliki tugas untuk berjaga di perbatasan, yaitu Murloc.

Brigstone adalah sebuah pusat kota di wilayah negeri Bumera, dengan luas area yang cukup besar dan dipimpin langsung oleh Emperor Rashzan. Berbeda dengan wilayah yang dipimpin oleh Raja Eiridis, area yang kerap disebut dengan perbatasan Murloc itu berada di ujung negeri dan tidak seluas Brigstone karena tertutup hutan.

"Baiklah, ayo latihan segera kita mulai!"

"Baik, kapten!"

Seluruh ksatria termasuk Arez mulai sibuk dengan latihan mereka masing-masing. Sedangkan Leah, ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan kegiatannya sebelum pergi ke tempat penelitian. Latihan Arez dan para ksatria dilakukan di kediaman Count. Tempat tujuan di mana Arez dan Leah melangkah.

Sore itu berjalan seperti biasa. Para anggota di tempat latihan itu, semuanya berlatih dengan sungguh-sungguh. Hingga tanpa sadar, matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya.

"Latihan cukup sampai di sini. Kalian boleh beristirahat."

Count mengakhiri latihan sore itu dan mempersilahkan mereka untuk beristirahat termasuk Arez.

"Arez."

Mendengar namanya dipanggil, sang pemilik nama pun menoleh ke sumber suara bersamaan dengan langkahnya yang terhenti.

"Iya paman?"

Ternyata Count Kris lah pemilik suara yang memanggil Arez. Ia datang dengan keranjang cokelat yang berada di tangan kanannya.

"Ini, berikan ini pada ibumu. Bibimu yang menyuruhku memberikannya," ucapnya sembari memberikan sebuah keranjang yang berisikan buah-buahan segar.

Bibi Lannie adalah nama dari istri paman Kris. Ia adalah adik kandung Lilyana, ibunda Arez.

"Ucapkan salam dan terimakasihku pada bibi Lannie, paman." ucap Arez yang dibalas anggukan pamannya.

"Kalau begitu, aku pamit pulang paman," lanjut Arez.

"Berhati-hatilah."

Bersamaan dengan keranjang buah yang Arez bawa pergi, count juga turut pergi meninggalkan tempat latihan. Menyisakan peralatan latihan yang memang telah terpasang di sana.

Hari itu sudah cukup gelap untuk Arez berjalan kembali ke rumahnya. Namun dirinya justru menikmati menyusuri malam hari di kota Brigstone bersama kuda di sebelahnya.

"Bukankah ini kota yang sangat nyaman, Max?"

Seakan mengerti ucapan tuannya, Max mengeluarkan suara miliknya hingga membuat Arez terkekeh.

"Aku ingin berterimakasih kasih ke paduka raja karena telah menciptakan suasana kota senyaman ini."

Kota Brigstone adalah kota yang nyaman bagi penduduknya. Rakyatnya satu sama lain hidup damai dan tenang, tidak ada penjahat ataupun pengemis di sana. Semuanya satu sama lain saling bahu membahu. Termasuk membantu menciptakan lingkungan yang asri dengan banyaknya tanaman dan melarang sampah berserakan sembarang. Bahkan air sungai dapat diminum karena sangat bersih dan segar.

Sungguh kota yang menakjubkan bagi Arez, kala itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status