Beranda / Fantasi / Leah dan Rahasia Sihir / BAB 4 - Tanaman Obat

Share

BAB 4 - Tanaman Obat

Penulis: Kamila Rahma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-15 21:41:53

Hari itu adalah hari keluarga bagi kediaman Duke. Duchess sengaja meminta butler untuk mengosongkan jadwal Duke, sore hari ini. Ia ingin membawa anggota keluarganya pergi minum teh bersama di taman. Seakan dirinya tahu, tak akan ada lagi hari keluarga untuk mereka.

Namun harapan Duchess gagal begitu saja, ketika Emperor tiba-tiba memanggil Duke untuk segera ke Istana.

"Kenapa Yang Mulia tiba-tiba memanggilmu. Apa yang sebenarnya ingin ia bicarakan."

Lilyana menghentikan suaminya, tepat sebelum Duke memasuki ruang kerja.

"Tenanglah, sayang. Mungkin Yang Mulia hanya ingin menyapaku, setelah sekian lama aku tidak kembali ke kota."

"Ia yang mengirimmu ke perbatasan dan sekarang ia berpura-pura ingin menyapamu. Apa itu masuk akal."

Jika Count Kris adalah kapten dari ksatria tim A, maka Duke Hans adalah kapten dari ksatria tim B. Para ksatria yang ditugaskan untuk menjaga wilayah gerbang perbatasan Murloc dari para monster.

"Ayah akan pergi?" tanya Arez saat melihat kedua orang tuanya tengah berbicara, berada di sebuah lorong dekat ruang kerja Duke.

"Emperor lagi-lagi memanggil ayahmu" kata Lilyana ketus.

"Ada urusan apa?"

"Itulah yang ibumu tanyakan. Bukankah kau juga berpikir hal yang sama, putraku?"

Duchess merasa kesal setiap kali suaminya dipanggil oleh Emperor Rashzan. Karena setiap Duke dipanggil ke istana, maka itu artinya ia harus kembali berpisah dengan suaminya. Emperor terus meminta Duke untuk pergi ke wilayah ujung dan melawan para monster di perbatasan Murloc, tanpa memikirkan solusinya. Sangat berbeda dengan mendiang raja sebelumnya dan para raja terdahulu. Mereka lebih memilih membuka gerbang Bumera, daripada harus membuat para ksatria kewalahan.

"Ibu penasaran, apa Yang Mulia Rashzan, akan terus membuat ayahmu bertemu dengan monster hingga akhir."

Lilyana terus melontarkan kalimat ketus dan sarkasnya, sementara Duke juga terus berusaha menenangkan istrinya.

"Sayang, bagaimana pun kita tinggal di Brigstone. Mengabdi kepada Yang Mulia adalah tugas kita, kaum bangsawan."

"..Kau selalu seperti itu. Setidaknya berikan kita satu hari saja untuk menikmati waktu keluarga" ucap Duchess dengan raut wajah sedihnya.

Duchess pun pergi meninggalkan Duke dan Arez di sana. Kekesalannya sudah tak sanggup lagi ia bendung. Lilyana memutuskan untuk kembali ke kamarnya,karena tak mungkin ia menunjukkan amarahnya di tempat terbuka. Ia kesal namun tidak dapat ia tunjukan di tempat umum.

Duke yang melihat istrinya semakin menjauh, ia lantas berkata "Ayah akan menyusul ibumu terlebih dulu. Kau ada urusan di tempat lain, bukan?"

"Iya ayah."

"Berhati-hatilah" ucap Duke sebelum menghilang dari hadapan Arez.

Duke hanya bisa menghela nafasnya kasar dan segera mengejar istrinya. Melihat ayah dan ibunya menghilang begitu saja, Arez kemudian turut bergegas menemui Leah untuk memenuhi janjinya.

Letak kediaman Count Kris dan Duke Hans tidaklah jauh. Hanya perlu waktu beberapa menit untuk sampai, jika Arez menunggangi kuda. Sementara jika ia berjalan kaki, membutuhkan kisaran 5 hingga 7 menit untuk tiba di sana.

"Bawa ini dan ikuti aku."

"Sebanyak ini untuk apa?"

"Sudah ikuti aku saja. "

"Kak, tunggu aku."

"Cepatlah!"

Setibanya Arez di sana, ia disuguhkan dengan pemandangan yang mengherankan. Seorang pria yang bahkan belum dewasa nampak tergopoh-gopoh mengejar Leah.

"Kakak tunggu, ini terlalu banyak."

Ia adalah Galen, adik bungsu Leah. Satu lagi sepupu Arez.

"Kau ini seorang pria, jangan lemah begitu!"

"Tapi ini terlalu banyak kakak. Aku bahkan tidak bisa melihat jalan di depan ku!"

Leah segera menoleh ketika mendengar adiknya mengomel, berniat ingin memarahi Galen karena membuatnya kesal. Tetapi saat melihat tumpukan karung di lengan Galen dan menutupi sebagaian wajahnya, saat itulah amarah Leah tergantikan dengan perasaan ingin tertawa. Namun tentusaja ia menahannya.

"..Ups, sorry. Sini aku bantu, hehe" ucap Leah seraya mengambil beberapa tumpukan karung dari lengan Galen.

Keduanya terlihat sangat sibuk. Saking sibuknya, mereka bahkan tidak sadar akan kehadiran Arez yang sejak awal terus mengamati keduanya dengan tatapan heran.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" sapa Arez menginterupsi keduanya, membuat kakak beradik itu menoleh padanya.

"Arez! Akhirnya kau datang!" ucap Leah senang.

Ia segera berlari menghampiri Arez, menariknya agar lebih dekat dengan tumpukan karung bewarna cokelat yang sedaritadi tertutup oleh tubuh Galen. Saat Galen bergeser dari posisinya, saat itulah tatapan Arez berubah.

"Kak Arez selamatkan aku!" teriak Galen menyadari kehadiran Arez.

"Kali ini apa yang kau lakukan padanya, Leah."

"Bukan apa-apa. Aku hanya memintanya untuk membantu ku membawa seluruh karung ini" balas Leah sambil menujuk seluruh karung yang ada di sampingnya.

Arez mengikuti kemana arah tangan Leah tertuju. Tempat di mana tumpukan karung telah tersusun rapi, seperti telah disesuaikan oleh Leah.

"Semua itu, apa isinya?"

"Tanaman obat. Kemarin aku seharian mencarinya di bukit belakang. Ini semua lah hasilnya."

Sore itu ia menepati janjinya bertemu Dante dan berpetualang mencari semua tanaman obat ini di rumah penelitian.

"Lalu, mau kau apakan semua ini di sini."

"Tidak. Tidak di sini. Tapi di sana" ucapnya lalu menujuk ke arah selatan, tepat di mana sebuah bangunan tua berada di atas bukit, masih berdiri dengan kokohnya sendirian.

"Jadi ini tugasku yang kau maksud itu" tanya Arez yang disambut anggukan Leah.

"Cepat tunjukkan padaku mana yang harus ku bawa."

"Tentu! Ayo Galen, kita kerjakan sama-sama!" ajak Leah kepada adiknya.

"Kan sudah ada kak Arez, aku juga-"

"Sudah, bawa ini cepat!" perintah Leah yang disusul dengan memberikan 2 buah karung kepada adiknya.

"Jangan sampai jatuh ya! Ikuti aku~" sambungnya.

Meski menahan kesal, Galen mencoba menatap Arez meminta pertolongan. Tapi Arez hanya memejamkan matanya dan menggeleng pelan, tanda bagi Galen untuk menyerah dan mengikuti perintah Leah.

Mereka bertiga pun memulai aksi mengangkut karung dan memindahkannya ke tempat yang dimaksud Leah. Tak begitu jauh, tapi jalanan yang terjal membuat tak mudah untuk sampai ke sana.

-

(Leah Pov)

Beruntungnya aku hari ini. Coba saja kalau Arez waktu itu tidak meminta bantuan padaku, bisa jadi aku harus bolak-balik hanya untuk mengangkut karung bersama Galen.

Kekuatan Galen tak sebanding dengan Arez. Pantas saja ayah selalu memujinya di mana saja. Sepertinya aku harus sering memanfatkan kekuatannya itu.

"Taruh di sini saja," kata ku sembari meletakkan karung itu di rumah penelitian.

Disusul dengan karung-karung milik Arez dan Galen.

Bruk!

"Hah-hah-hah.. Akhirnya selesai!" teriak Jadda sembari menjatuhkan dirinya di sebuah sofa di rumah tersebut.

Lihatlah itu. Arez bahkan dengan santainya membawa semua karung itu tanpa terlihat lelah. Sementara Jadda yang hanya membawa 4 karung, wajah dan nafasnya sudah seperti kipas angin rusak.

"Sekarang apalagi?" tanya Arez.

"Tak ada, kalian sudah boleh pulang."

"Kau akan mengerjakan ini semua ini dengannya?" tanyanya sekali lagi.

"Yap! Hari ini akan menjadi hari panjang untuk kami."

Kami yang ku maksud adalah aku dan Dante. Kami sudah merencanakan untuk melakukan penelitian tanaman obat di sini, rumah penelitian kami.

"Baiklah, aku akan pergi kalau begitu." ujar Arez sembari terus menatap ke sekeliling.

Entahlah apa yang membuatnya terus menatap ke sekeliling. Padahal ini bukan pertama kalinya ia ke sini.

"Kau tidak istirahat sebentar?"

"Tak perlu."

"Baiklah, hati-hati di jalan. Terimakasih bantuanmu hari ini-"

Belum sempat ku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba Galen terperanjat dari tidurnya dan segera menyusul Arez.

"Kak Arez, aku ikut denganmu!" kata Galen lantang.

Ini adalah kesempatan emas untuknya kabur, aku tahu itu Galen.

"Terimakasih bantuannya untuk hari ini. Hati-hati di jalan ya!" teriakku mengiringi langkah keduanya yang mulai menghilang dari balik pintu.

Bab terkait

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 5 - Langit Kemerahan

    Kini tinggal aku sendirian di bangunan tua ini. Kedua manusia yang tadi membantuku mulai menghilang dari pandanganku. "Lebih baik aku bersiap-siap agar nanti bisa langsung dikerjakan" ucapku seraya menghampiri karung-karung yang telah diletakkan oleh Arez dan Galen. Aku mulai menata tumpukkan karung-karung dan memisahkan beberapa tumbuhan sesuai jenisnya. Jumlahnya tak terlalu banyak, namun tanaman yang ku peroleh jauh lebih banyak dari biasanya. "Ini adalah penemuan terbaruku. Dante pasti sangat bangga padaku!" ucapku puas saat melihat tanaman obat di sekelilingku. "Apalagi tanaman itu, ia pasti terkejut ketika melihatnya" ungkapku sembari menatap salah satu tanaman obat yang memang sangat sulit untuk didapatkan. Khusus tanaman tersebut akan aku simpan terlebih dahulu, dan ketika ulangtahunnya tiba akan aku jadikan tanaman itu sebagai kado spesial dariku. Bukan hanya tanaman yang cukup langka saja yang ku sisihkan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 6 - Forest Cabin

    Leah masih belum mampu mencerna semua hal di otaknya. Lengannya terasa sakit, sama seperti kepalanya yang terus berdenyut seakan memaksa dirinya untuk kembali terpejam. Kejadian di rumah penelitian bersama Dante ataupun keadaan di hadapannya sat ini, Leah berusaha menguhubungkan keduanya. "Sebenarnya, sudah berapa lama aku tak sadarkan diri.." gumam Leah. Ia berusaha melihat di sekelilingnya melalui celah dari bahu Galen. Namun sayang, tatapannya terus terganggu oleh lautan manusia yang berlalu lalang, beserta jeritan yang saling bersahut. Tak sedikit orang yang bahkan memang sengaja menubrukkan diri mereka ke Galen, karena rasa takut menyelimuti pandangan mereka. "Kakak. Berpegangan lah yang erat. Orang-orang mulai tidak bisa mengendalikan diri mereka" ucap Galen. Galen memperkuat genggamannya untuk memastikan, agar Leah tidak akan terlepas darinya. "Kita akan kemana?" tanya Leah lirih. "Kak Arez telah menunggu kita di dek

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 7 - Galen dan Ingatannya

    "Huwah! Terimakasih kak Arez telah menyelamatkan aku dari belenggu kakak!" Sepanjang perjalanan pulang, Galen terus mengeluh menggunakan suara lantangnya. Pria itu terus mengeluhkan kakaknya yang selalu memberikan banyak perintah. "Kak Leah itu sama seperti ibu. Tidak akan pernah berhenti memberi perintah dari A hingga A lagi. Rasanya aku bisa gila kalau terus menerus begini!" lanjutnya. Arez yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, ia sengaja mengacak-acak rambut Galen, bersamaan dengan tawa kecil yang masih melekat di wajahnya. Ia sangat hafal dengan sifat Leah, dan membuatnya paham dengan segala kekesalan Galen. Setelah pergi dari rumah penelitian milik Leah, kedua orang itu terus berjalan menuju ke istana. Arez sengaja ingin ke istana karena tahu kalau ayahnya sedang berada di sana. Sedangkan Galen tak ada alasan khusus, karena ia hanya ingin mengikuti saudara laki-lakinya pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 8 - Sihir Merah

    "Arez!" Terdengar suara seorang wanita yang tak asing untuknya, memanggil nama Arez dari belakang. Suara itu adalah milik ibunya, Duchess Lilyana, bersama Countess Lianne di sampingnya. Duchess memeriksa Arez dari ujung kepala hingga kakinya, memastikan tidak terlihat darah di sana. Lalu ia segera memeluk Arez, bersyukur karena putranya dalam keadaan baik-baik saja. Lilyana sangat cemas karena tidak melihat kedua putranya sejak tadi. Apalagi setelah mendengar dari Lianne bahwa ia sempat bertemu Arez, Duchess segera berlari ke tempat di mana yang diceritakan oleh Lianne, untuk melihat putranya. "Syukurlah kau tak terluka.." ucap Duchess sembari melepas pelukannya. "Arez, dimana Galen?" Kini bibinya lah yang memanggil namanya. "Ia pergi menjemput Leah, bibi. Kami telah berjanji akan bertemu di bangunan tua milik keluarga Hugo." "Baiklah, bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 9 - Skye dan Sihirnya

    (Leah Pov) Usai melihat crystal ball pemberian Blair, suasana di rumah ini terasa semakin pengap. Termasuk juga untukku dan Arez, ketika melihat bagaimana sihir merah itu datang dan membawa pergi keluarga kami. "Leah." Arez memanggilku. Ia nampak sangat kusut, semenjak melihat Duchess yang telah menghilang lebih dulu. "Bagaimana keadaanmu" sambungnya. "Aku merasa lebih baik. Setelah meminum minuman dari Galen, tubuhku terasa sehat kembali." Sebenarnya bukan karena minuman dari Galen, karena aku bahkan belum meminumnya. Tetapi aku harus memastikannya terlebih dahulu kepada Blair, sebelum menyimpulkannya sendiri. "Leah, apa yang terjadi padamu" ucap Arez sembari duduk di sebelahku. Maksud dari pertanyaanya, pasti mengenai Dante beberapa saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 10 - History of the Gate

    "Bagaimana bisa kau menemukan kami di sini?" ucap Arez memulai percakapan dengan Blair. Usai pergi meninggalkan Leah, mereka berdua saat ini tengah berada di dekat perapian yang telah mati di bangunan itu. Walaupun saat itu cuaca sedang dingin, namun karena pintu dan seluruh jendela telah tertutup rapat, angin dari udara luar tidak dapat menembus masuk ke dalam. "Kedua orang tua kalian yang memberi tahu kami" jawabnya. "Sejak kapan" tanya Arez sembari menoleh ke arah Blair berada. Blair sempat terkejut saat Arez menoleh kepadanya, karena jarak mereka yang cukup dekat, memudahkan Blair untuk melihat bola mata Arez dari dekat. Tetapi ia segera menoleh ke arah berlawanan, mengembalikan kesadarannya untuk menjawab pertanyaan Arez dengan jawaban yang sedikit lebih serius dari sebelumnya. "..Mungkin kau belum mengetahui ini, Arez. Bahwa Duchess dan Countess, sebenarny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 11 - Kalimat Tajam

    Leah, bangunlah. Hari ini kita akan segera memulai perjalanan" kata Abigail sembari membangunkan Leah dari tidurnya. "..Perjalanan?" balas Leah di tengah kesadarannya. "Iya, perjalanan ke dunia sihir. Ayo cepatlah bangun." Sesuai kesepakatan, hari ini mereka telah setuju untuk mengikuti Blair dan Skye pergi ke dunia sihir, seperti pesan yang disampaikan oleh Archmage. Saat memastikan Leah telah mengerjapkan matanya, Abigail kemudian berkata "Bersiaplah, aku akan menunggu di luar" lalu pergi meninggalkannya. Leah hanya mengangguk, masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Bukan hanya tersisa Leah seorang di dalam sana, tetapi ada Hugo dan juga Galen yang masih sibuk bersiap dengan segala barangnya. Seperti Hugo yang sibuk dengan membongkar jendela-jendela di rumah itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 12 - Dunia Sihir

    (Leah POV) Kalimat yang diucapkan Arez memang menyebalkan, dan itu sudah cukup sering terdengar olehku. Tapi sepertinya kali ini aku sedang tidak bisa menerimanya. Perasaanku sedang tidak nyaman, apalagi setelah melihat crystal ball yang ditunjukkan Blair. Melihat bagaimana mereka membawa orangtua kami pergi.. Untunglah ada Blair. Kurasa dia telah membantuku berulang kali, salah satunya kejadian yang baru saja terjadi. Jika Blair tidak menghampiriku, mungkin aku akan memukul wajah Arez yang menyebalkan itu dan menimbulkan kecanggungan di antara kami nantinya. "Ini makanlah" ucap Skye sembari memberikan piring berisi makanan untukku. "Setidaknya biarkan aku duduk dulu" cibirku yang bahkan tak membuat Skye melirik sekalipun. Pagi itu Skye yang memasak sarapan untuk kami, dan ia terus pamer padaku secara tidak langsung. Bahkan aku belum sempat duduk, Skye sudah lebih dulu mendatangiku dan menunjukan masakannya, dengan raut wajah sombongnya itu. Ia juga terus menatapku dengan waja

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26

Bab terbaru

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 30 - Para Guardian

    Ketika para Raja sedang berdiskusi di ruangan mereka, sebuah diskusi kecil juga tengah terjadi di antara para Guardian. Mereka saling terhubung satu sama lain, sesuai dengan ikatan dan ingatan pemilik mereka. Seperti saat ini, meskipun tak ada Trisha di sisi mereka, namun para Guardian tetap mengkhawatirkan keadaannya dan mencari tahu keberadaannya. "Sudah pasti semua ini ulah Joanna" ucap Pegi memulai percakapan mereka. Hanya ada Pegi, Sierra dan Rvo di sana. Mereka tidak berbicara, kecuali melalui isi kepala dan berbagai gerakan tubuhnya. Salah satunya Rvo yang terus berjalan mondar-mandir dan mengepakkan sayapnya namun tidak terbang. "Joanna, siapa dia?" balas Sierra. "Ia adalah seorang penyihir yang tadi menyerang Raja Eiridis dan teman-teman Blair" balas Pegi. "Oh jadi dia pelakunya. Lain kali jika aku melihatnya akan aku hancurkan wajahnya" ucap Rvo sembari memperlihatkan taringnya yang tajam. "Tenanglah, Rvo. Sebaiknya kita fokus mencari tahu keberadaan Trisha dan menye

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 29 - Portal Sihir

    "Putra mahkota, apakah kami bebas memilihnya?" "Tentu saja Countess. Temukan kuda yang kau sukai."Lianne memang sangat mencintai kuda. Salah satu kegiatan yang paling ia sering lakukan adalah berkuda. Tentu saja berada di antara belasan kuda kerajaan membuatnya begitu senang. Ia langsung berlari mendekati kuda-kuda yang berjejer di kandangnya, mengabaikan Karzian dan Lilyana yang tertinggal di belakang."Semua kuda ini dulu milik Empress" ucap Karzian kepada Lilyana."Lantas belasan kuda itu sekarang siapa yang merawatnya?""Mereka adalah aset kerajaan dan menjadi tanggungjawab kami. Siapapun bangsawan yang ingin meminjamnya kami persilahkan."Empress mulai menyukai kuda semenjak sahabatnya, Eliza yang melatihnya."Kau tidak memilih kudamu sepertinya?" ujar Karzian seraya melirik Lianne."Haha, tidak perlu. Saya menerima kuda mana saja yang dipilih untuk saya, putra mahkota.""Aku kira kau juga sama menyukai kuda seperti Countess.""Sejak kecil hanya Lianne dan Eliza yang tertarik d

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 28 - Buku Hijau Empress

    Setelah melalui perjalanan panjang di tempat kumuh dan gelap, akhirnya Karzian bersama Duchess serta Countess, mereka telah berhasil menuju pintu rahasia yang menghubungkan langsung ke ruangan milik Empress. Sebuah ruangan bernuansa hijau yang dipenuhi oleh lemari buku menjulang tinggi. Karena lemari-lemari buku itulah, pintu rahasia yang tadi mereka lewati dapat tersembunyi dengan baik. "Akhirnya! aku terbebas dari bau busuk itu.." kata Lianne. Begitu masuk ke dalam ruangan Empress, Lianne cepat-cepat menghirup nafas lega untuk mengobati paru-parunya yang hampir terkontaminasi aroma busuk. "Putra mahkota, setelah ini kita tak perlu melewati gorong-gorong seperti barusan, bukan?" tanyanya. Karzian pun menoleh padanya. "Tenanglah Countess, tak ada lagi jalanan bau dan kotor seperti tadi." "Hah.. syukurlah" ucap Lianne lega. Countess segera membenamkan dirinya di salah satu sofa b

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 27 - Kedatangan Duke

    "Mengapa hanya kalian. Kemana Lilyana dan Lianne?" ujar Raja Eldof sesaat setelah menemui Duke dan Count.Ia mengira bahwa kedua putrinya telah tiba di istana dan tengah pergi ke suatu tempat. Awalnya raut wajah Raja Eldof nampak senang, seperti seorang ayah yang menunggu putrinya. Tetapi ekspresi senangnya pudar perlahan, tergantikan dengan kekecewaan saat melihat Duke yang justru membungkuk padanya."Rupanya aku salah paham ya?" Raja Eldof pun sadar. Lantas ia hanya terkekeh kecil, dengan bibir yang hanya terangkat di salah satu sisinya. "Tenanglah Yang Mulia. Lilyana dan Lianne baik-baik saja" ungkap Duke.Eiridis kemudian menepuk pelan bahu Eldof, bermaksud menguatkannya."Mereka ada di mana sekarang?" tanya Eiridis."Kenapa mereka tak ikut denganmu, Duke?" sahut Archmage turut menimpali."Lilyana dan Lianne saat ini tengah menjalankan tugas bersama putra mahkota Karzian, Yang Mulia. Putra Mahkota memecah

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 26 - Berkumpulnya para Raja

    "Pegi, bisakah kau memberitahu para Guardian tentang kejadian hari ini. Aku butuh bantuanmu untuk memanggil para Raja kemari." Raja Eiridis meminta bantuan Pegi untuk menggunakan kemampuan telepatinya. "Kau tak perlu memanggil Trisha, karena berada cukup jauh dari kita" sambungnya. Pegi kemudian memejamkan matanya untuk beberapa saat. Raja Eiridis menggunakan waktu tersebut untuk berbicara dengan Raja Eldof. "Eldof, terimakasih bantuanmu." Raja Eldof hanya mengangguk, kemudian ia berkata "Bagaimana dengan keadaanmu, Eiridis." "Aku sudah jauh lebih lebih baik. Ucapkan terimakasih pada Mage muda itu." Mage muda yang dimaksud adalah Skye. Ia telah menceritakan semuanya kepada Eldof saat dirinya dalam perawatan medis. "Akan aku sampaikan nanti." Mereka sempat terdiam sejenak, memastikan Pegi yang ter

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 25 - Rahasia Bersaudara

    "Kakak, apa kalian baik-baik saja" ucap Galen. Ia menunggangi Pegi bersama Abigail di depannya. Lalu setelah mereka turun, Abigail menyerahkan Pegi kepada Blair. "Terimakasih sudah membawa Pegi kemari." Abigail hanya mengangguk, tetapi wajahnya nampak letih. Mungkin membawa Pegi kemari bukanlah hal yang mudah untuk mereka, para manusia tanpa sihir. "Ayo kita selamatkan Leah" ujar Arez. Mereka berbondong-bondong menghampiri bibir tebing dan saling sahut memanggil nama Leah meski tak ada balasan. "Cepat kita harus turun." "Skye, biarkan aku saja yang turun bersama Pegi." Mereka pun mengangguk menyetujui keputusan Blair. Karena hanya Blair yang sudah cukup akrab dengan Pegi. "Berhati-hatilah, Blair." Blair segera menunggangi Pegi dan membisikannya sebuah kalimat.

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 24 - Kecurigaan Blair

    (Blair POV)Hari ini aku dan Arez sebenarnya berencana akan pergi ke perbatasan untuk mencari keberadaan monster yang tersisa. Tetapi sepertinya rencana kami harus diundur, lantaran pagi ini sudah ada keributan yang tak terduga di depan istana."Kenapa ribut sekali, ada apa di sana."Terlihat Abigail dan Galen tengah berbicara dengan seseorang di depan gerbang. Hanya ada satu orang sepertinya, tetapi suaranya samar-samar bisa terdengar olehku dan Arez."Entahlah. Ayo kita ke sana, Arez."Kami kemudian bergegas menghampiri mereka. Saat jarak kami sudah mulai cukup dekat dengan gerbang istana, barulah terlihat dengan jelas siapa sosok yang membuat keributan di depan sana. "Arez, bukankah itu raja dari duniamu?" "Kau benar, ia adalah Raja Eiridis." Raja Eirids datang terpontang panting dengan tubuh yang berlumuran darah. Ia menghampiri Abigail dan Galen yang berada lebih dekat dengannya. Sontak Arez pun sedik

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 23 - Bantuan Dante

    (Leah POV) "Hei, tunggulah di sini" ucap Skye. Ia tiba-tiba melepas tanganku dari lengannya dan menatapku lekat. "Kau mau kemana?" tanyaku. "Aku akan membawa Raja Eiridis pergi dari sana." "Baiklah, aku akan membantumu-" "Tidak perlu, aku tidak akan lama." "H-hei, tunggu!" Walaupun aku sangat ingin berteriak memanggil namanya, tetapi niatan itu harus ku urungkan. "Menyebalkan" gerutuku. Skye telah meninggalkanku di sini. Padahal tadi dia yang bilang, kalau kita tak dapat membantu apapun dan lebih baik bersembunyi. Tapi lihatlah sekarang, dia sudah berada di sana, menuntun Raja Eiridis dan merangkulnya. "Jasper, Skye, kalian berjuanglah..." ucapku lirih. Baik Jasper ataupun Skye, mereka tengah berjuang melawan sosok itu untuk menyelamatkan Raja Eiridis. Sedangkan aku hanya menunggu di sini, tanpa melakukan apapun. Aku sadar bahwa kemampuanku belum cuku

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 22 - Leah dan Jasper

    "Astaga, kemana ia pergi" gerutunya. Sejak pagi berada di sana, perempuan itu terus menggerutu seorang diri. Ia adalah Leah, dan dirinya tengah sibuk berkeliling mengitari tempat yang sama sebanyak 7 kali usai Abby menitipkan Jasper padanya. "Jasper, di mana kau?" teriaknya. Leah terus melihat ke sekitar, mencari kucing hitam milik Abby yang tiba-tiba saja menghilang dari sisinya."Abby tolong aku, Jasper hilang.." ucapnya lirih sembari terus mencari Jasper.Ia terlalu fokus mencari di mana keberadaan Jasper. Saking fokusnya, bahkan ia tak menyadari kedatangan Skye yang muncul dari belakang. "Apa yang kau cari?" ucap Skye. Mendengar ada seseorang di belakangnya, Leah segera menoleh ke arah Skye dan menjawabnya. "Jasper. Aku tak melihatnya sejak pagi" balasnya singkat, lalu kembali sibuk mencari Jasper di balik semak-semak taman. Leah seakan tak perduli dengan Skye dan lebih memilih

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status