Share

54. PART TIME

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-17 20:20:11

Sebelum memasuki semester baru, para jajaran dosen dan staff departemen sejarah melaksanakan rapat. Untuk kali ini, Irene merasa ingin absen dari rapat. Dia masih belum siap untuk bertemu Juna.

Setelah mengetahui fakta bahwa Jun adalah Juna. Irene dilanda kegelisahan dan overthinking. Ternyata orang yang selama ini dia puaskan adalah Juna. Dan, orang yang bisa membangkitkan sensasi aneh pada dirinya juga Juna. Rasanya dia ingin tenggelam di dasar samudera. Atau kemana pun, asal dia tidak bertemu dengan Juna.

Namun, ada satu pertanyaan yang terlintas di benak

Irene. Kenapa Juna melakukan hal seperti itu? Apakah alasan dirinya enggan memulai hubungan yang serius dengan seseorang itu hanya alasan saja?

“Dia tuh ganteng, banyak yang naksir. Tapi kenapa harus begitu?” gumam Irene. Ia sedang merapikan perlengkapannya yang akan dia bawa saat rapat.

Irene mengakui, kalau memang Juna itu tampan. Walau terkadang sikapnya dingin, tapi terkadang itu menjadi daya tarik tersendiri.

“Siapa yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
uEr
Part time jd istri ya pak Jun...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   55. SAYA IMPOTEN

    Di hari liburnya, Irene harus bertemu dengan seseorang. Kondisinya lagi-lagi sedang membutuhkan uang. Apalagi dia harus segera mencari kosan baru. Karena sudah hampir satu bulan ini, dia menumpang di apartemen milik Zee. Pasca kejadian mengerikan itu, Irene memutuskan untuk pergi meninggalkan kosan yang sudah ia huni selama lebih dari empat tahun. Namun, dia tidak mendapatkan kosan yang harganya—minimal sama dengan kosan sebelumnya. Memang ada kosan yang harganya murah, tapi lokasinya terlalu jauh. Dia masih harus mengeluarkan ongkos untuk transportasi umum. “Sudah lama menunggu?” Suara seorang pria mengejutkan Irene yang sedang melamun. Kemudian pria itu duduk di depan Irene. “Tidak, Pak,” jawab Irene. Hari ini, Irene memang memiliki janji temu dengan Juna. Kemarin pria itu menawarkan pekerjaan untuk Irene. Awalnya sedikit ragu, tapi setelah dia menghitung-hitung kebutuhannya dengan sang adik. Tabungan Irene hanya cukup untuk bulan depan. “Jangan panggil Bapak, kalau sedang t

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   56. TIDAK PERCAYA

    “I-impoten?” ucap Irene. Wajahnya menunjukkan bahwa dirinya terkejut dan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Sebenernya Juna malu, karena harus mengungkapkan rahasia terbesarnya di depan umum seperti ini. Untung saja parkiran itu sedang sepi. Hanya ada beberapa mobil yang terparkir rapi.“Iya, saya im-po-ten,” ulang Juna dengan menekan kata terakhirnya. Irene bukan anak kecil, yang tidak tahu arti dari kata tersebut. Namun, dia tidak menyangka kalau penyakit itu nyata.“Ikut saya,” ajak Juna. Dia membawa Irene masuk ke dalam mobilnya. Berlama-lama di parkiran tidak enak, khawatir ada orang lain yang mengenal mereka dan mendapati mereka sedang berduaan.“Saya nggak salah denger, kan?” tanya Irene saat mereka sudah berada di dalam mobil milik Juna. Sepertinya Irene mengurungkan niat untuk pergi, dan merasa sedikit penasaran dengan pengakuan Juna. “Nggak.” Juna menjawab tegas. Lalu kedua bola mata cokelat milik Irene itu memindai tubuh Juna. Apakah benar, pria segagah d

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   57. MENONTON

    “Jun, hentikan mobilnya. Kalau nggak aku bakal teriak!” ancam Irene. Dia mencoba menurunkan kaca mobil di sampingnya. Namun, sial dia tidak bisa menggunakannya. “Kok, nggak bisa, sih?” ucapnya sambil menekan-nekan tombol berwarna hitam. Tak ada balasan dari Juna, Irene langsung menoleh ke arah laki-laki itu. “Juna! Kamu mau culik saya, ya?” teriak Irene di dekat kuping pria itu. Juna langsung mengernyitkan wajah. Telinganya terasa sakit, karena Irene berteriak lumayan keras. “Bisa diam? Bukannya tadi kamu bilang nggak percaya. Saya sekarang mau buktikan agar kamu percaya!” tegasnya. Irene hanya diam, melihat wajah samping Juna yang terlihat serius. Apa benar pria ini mengidap impotensi? Karena jika tidak, sepertinya dia tidak akan bersikeras seperti ini. Mobil SUV hitam milik Juna berhenti di sebuah parkiran tempat karaoke. Juna pun segera keluar, menuju pintu samping dan memaksa Iren untuk turun. “Diam dan ikuti saja. Jangan melawan, kalau kamu tidak mau kehilangan pekerjaan ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   58. RUMOR (18+)

    Semakin lama, Irene merasa atmosfer di ruangan ini memanas. Beberapa kali dia harus menarik napas dalam, bahkan sampai meminum air putih yang tersedia di sana. Dia sudah merasa tak sanggup melihat aksi Juna dan Monica yang bergulat di atas sofa. Walau mereka belum sampai menanggalkan pakaiannya, tapi aksi mereka sukses membuat Irene gerah. ‘Astaga, pengin keluar,’ batinnya gelisah. Ia ingin menenangkan dirinya. Minimal pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya yang sudah memanas. Bohong rasanya, jika Irene tidak merasakan perasaan aneh. Jantungnya saja sudah berdegup dengnan sangat kencang. Memompa aliran darah ke seluruh tubuh. Tak hanya itu, napasnya pun berderu dengan cepat. Bahkan ia bisa merasakan napasnya sedikit panas. ‘Ternyata begini visual dua orang yang sedang dilanda hasrat.’ Lagi-lagi Irene hanya bisa bermonolog dalam hatinya. Selama ini, dia hanya berimajinasi sendiri saat membaca setiap adegan dalam novel dewasa yang ia baca. Namun, dia hanya sekedar membayangkan, tak

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   59. KESEPATAKAN BARU

    “Irene, kenapa bengong terus?” tanya Zee. Saat ini mereka sedang berada di kantin fakultas. Karena hari ini Zee ada bimbingan dengan dosennya. Akhirnya saat jam makan siang, mereka memutuskan bertemu untuk sekedar makan Mie ayam favorit-nya. “Hah? Nggak.” Dengan cepat Irene menggeleng, lalu dia menyantap makanannya. Zee menyipitkan kedua matanya, jelas-jelas ada yang sedang dipikirkan oleh Irene. “Dari kemarin aku perhatikan kamu banyak diemnya, Ren. Kenapa? Kamu mikirin tempat tinggal? Tenang, kamu masih punya banyak waktu sampai aku sidang,” terangnya.“Tapi kamu sidang bulan depan,” timpal Irene. Memang benar, salah satu yang sedang Irene pikirkan adalah tempat tinggal. Dia tahu, kalau sebentar lagi Zee akan lulus. Setelah dia lulus, gadis itu akan kembali ke pekerjaannya di dunia entertain. Maka sudah jelas, sahabatnya itu akan meninggalkan kota kembang.. Namun, selain itu ada hal lain yang lebih mengganggu pikirannya. Apalagi kalau bukan tentang Juna. Pasca hari pembuktian i

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   60. REUNI

    Sudah satu minggu sejak perjanjian itu ditandatangani. Irene pun akhirnya pindah ke unit apartemen milik Juna. Mereka tidak tinggal satu tempat. Hanya saja unit yang dihuni oleh Irene, tepat berada di depan unit milik Juna. Hari ini, Juna sengaja berangkat pagi. Karena dia harus menyelesaikan pekerjaan, yang kemarin tertinggal di ruangannya. Setelah semuanya siap, Juna langsung melangkahkan kaki keluar dari flat-nya. Matanya pun kemudian bertemu dengan Irene yang sama-sama baru saja keluar. “Berangkat selalu jam segini?” tanya Juna. “Oh, i-iya,” jawab Irene. Padahal mereka sudah tinggal satu gedung bersama selama satu minggu. Namun, Irene masih terlihat canggung. Selama ini, belum ada yang terjadi di antara mereka. Karena Juna ingin memberikan Irene kesempatan menyesuaikan diri. “Pagi banget, ya,” komentar Juna. Sekarang masih pukul 06:15. Sedangkan jam masuk kantor pukul setengah delapan pagi.“Iya, saya memang suka berangkat pagi. Kalau begitu, saya duluan, ya,” pamit Irene. “

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   61. YES, IRENE (18+)

    “Bercanda lo nggak seru, Yan. Masa iya Juna impoten?” ucap Abby, yang baru saja mendengar sebuah informasi dari Tryan.“Sumpah, gue bener-bener nggak bohong. Istri gue itu temennya suami Amara, mantan istri Juna,” ujar Tryan dengan wajah yang serius berbicara dengan ketiga temannya. “Istri gue pernah jenguk Amara yang baru saja melahirkan. Dan dia bilang kalau happy banget bisa punya anak. Karena dari pernikahan pertamanya, mustahil buat punya anak. Alasannya, karena si Juna impoten.”“Emang Amara bilang langsung kalau Juna impoten?” sela Stefan. Dia adalah satu-satunya orang yang mengetahui rahasia terbesar Juna. Sebisa mungkin, Stefan mengontrol raut wajahnya. Tryan terdiam, dia langsung mengalihkan pandangannya. “Ya nggak sampai bilang gitu juga, sih. Tapi istri gue yakin, kalau arah pembicaraan Amara ke sana. Lo tahu? Feeling cewek itu kuat, bro,” akunya. Sebisa mungkin Tryan mempertahankan argumennya.“Huh!” Stefan menghela napas sambil menggelengkan kepalanya, “parah, sih. Itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   62. MENJENGUK

    Memori tentang kejadian di mana Irene pertama kali melayani Juna, selalu terngiang di pikirannya. Bahkan setelah satu minggu berlalu, Irene masih memikirkan apa yang ia lakukan malam itu. Setiap kenangan itu terlintas di benaknya. Perasaan Irene mendadak tak karuhan. Jantungnya selalu berdentum dengan cepat. Sensasi panas terasa di sekujur tubuhnya. Wajahnya kadang memerah, karena malu membayangkan dirinya berbuat demikian. Padahal Irene sudah berjanji pada dirinya sendiri. Untuk pelayanan pertama dia cukup menggunakan tangannya saja. Dia merasa belum siap dan jijik, jika harus memasukkan milik Juna ke dalam mulutnya. Namun, malam itu perasaan jijik seketika hilang. Karena dirinya sudah hanyut dalam permainan panas tersebut. “Ouh! Irene kamu mikirin apaan, sih? Masih pagi juga,” ucapnya sambil menggelengkan kepala. Menepis semua pikiran kotornya. Kemudian ia menarik napas dalam. “Oke, sudah jangan dipikirkan. Bersikap biasa saja, Irene. Lagi pula ke depannya kamu akan terbiasa,” im

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26

Bab terbaru

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 5

    “Apa? Ada anak laki-laki yang menggoda anak perempuan Papa?” Tiba-tiba saja Juna datang dengan pakaian yang sudah lengkap. Dia langsung menghampiri anak dan istrinya. “Siapa dia, Nathan?” tanya Juna lagi. Nathan menoleh ke arah sang ayah, dia merasa memiliki teman sekarang. “Ada, Pa. Dia anak laki-laki di kelas sebelah. Nathan tidak suka Freya dekat dengan Farrel, karena laki-laki itu sering kali memberikan anak perempuan ikat rambut. Sudah jelas dia bukan laki-laki baik, kan, Pa?” ucap Nathan. “Wah, jelas. Dia bukan laki-laki yang baik. Dia dekat dengan semua perempuan. Bagus, Sayang, kamu harus melindungi adikmu.” Juna langsung mengelus puncak kepala Nathan. Sedangkan anak laki-lakinya itu tersenyum penuh kemenangan. Berbeda dengan Nathan yang merasa dibela oleh sang ayah. Freya terlihat matanya berkaca. “Papa kok membela Kak Nathan?” ucap Freya dengan suaranya yang bergetar, “padahal Papa bilang kalau kita harus menerima pemberian dan niat baik dari orang lain. Freya tahu kal

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 4

    “Pa, sebaiknya Papa di rumah saja. Nanti Jessica akan mengirim kabar secepatnya,” ucap Jessica pada ayah mertuanya.Kini mereka sedang di rumah sakit. Tidak, tidak ada yang sakit, hanya saja ada seseorang yang hendak melahirkan.“Tidak, Papa tidak bisa menunggu di rumah dengan tenang. Papa sudah sangat menantikan cicit dari Juna,” jawab Jodi yang sedang duduk di kursi roda dan di temani dengan asisten pribadinya.Kesehatan Jodi tidak seprima sebelumnya. Namun, begitu dia sangat mengayomi Irene. Bahkan hampir setiap minggu Jodi selalu mendatangi kediaman Jessica. Karena selama Irene hamil, perempuan itu tinggal dengan ibu mertuanya.Kehadiran anak Juna dan Irene sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang, bukan hanya ibu bapaknya saja. Hampir seluruh keluarga besar Juna dan Irene menantikan kelahiran mereka. Bahkan tak sedikit dari mereka yang bertaruh, anaknya akan mirip seperti Juna atau Irene.“Suami Bu Irene apa sudah

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 3

    “Good evening, My Honey.”Irene masih diam bagaikan patung. Dia merasa sangat sangat terkejut dengan kedatangan Juna. Ya, benar Juna suaminya, kini ada di hadapan Irene.“Kaget, ya?” goda Juna.“Kamu kok ada di sini? Kapan berangkatnya?” tanya Irene dengan mulut sedikit menganga.“Kemarin kalau waktu Indonesia,” jawab Juna cepat, “aku nggak dipersilakan masuk?” tanyanya lagi.Irene mengerejap, dia benar-benar dibuat ternganga oleh kedatangan Juna yang sangat tiba-tiba.“Ah, iya. Ayok masuk, tapi kamar apartemenku kecil. Cuman tipe studio,” ucap Irene.Juna menggeleng. “Tidak apa. Asal bersamamu, tempat sekecil lemari pun aku merasa nyaman,” gombalnya.Irene mendengus, lalu sedikit mendelik. Karena tak banyak bahan makanan yang tersedia. Irene hanya memasak mie instan untuk suaminya.“Maaf aku cuman bisa kasih ini. Kalau kamu bilang, aku bisa prepare,” ucap Irene.“No problem, Honey. Kalau aku bilang, bukan surprise namanya.”Irene menghela napas, lalu memberikan semangkuk mie instan p

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 2

    Atmosfer di kamar itu terasa sangat panas. Bahkan peluh dua insan manusia itu sudah melebur menjadi satu. Suara napas mereka saling berderu satu sama lain. Tak ketinggalan suara desahan demi desahan terdengar jelas keluar dari mulut sang perempuan muda.“Tahan, ini akan terasa sakit di awal,” ucap Juna sambil menatap kedua mata cokelat milik istrinya.Setelah pemanasan di kamar mandi, mereka pun kembali ke kamar, sesuai dengan permintaan Irene. Pasalnya Irene merasa tidak nyaman dan tidak leluasa. Apalagi dengan nol pengalaman yang dimiliki Irene.“Jun, aku takut,” rintih Irene. Namun, begitu rintihan itu terdengar seperti seseorang yang sedang menikmati nikmatnya dunia.“Tenang, kamu percayakan saja padaku,” kata Juna meyakinkannya. Kemudian dia mengecup kening istrinya.Irene pun mengangguk, walau perasaan takut kini mulai bisa ia rasakan. Dia sedikit ngeri ketika membayangkan sesuatu masuk ke dalam tubuhnya. Apalagi milik Juna terlihat sangat besar dan juga gagah. Apa bisa miliknya

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   EKSTRA PART 1

    “Silakan, Mas Juna kita sudah sampai,” ucap seorang sopir yang duduk di balik kemudi. Setelah acara pesta selesai, Juna dan Irene menuju sebuah hotel mewah di ibu kota. Mereka belum sempat menyusun acara bulan madu, karena besok Juna ada agenda penting yang tidak bisa ia tinggalkan. Ya, wajarlah, mereka menikah itu the power of dadakan. Ketika Irene sudah mengatakan bahwa dia akan kembali pada Juna. Hanya berselang satu minggu, Juna langsung mempersunting Irene. Bahkan untuk momen tunangan saja mereka melewati hal tersebut. Juna merasa sedikit khawatir, kalau saja Irene kembali berubah pikiran. Atau sebenarnya memang Juna sendiri sudah merasa tidak tahan dengan statusnya sebagai duda loyo? Tak hanya Juna yang memiliki agenda penting, Irene pun sama demikian. Dia harus kembali ke Inggris untuk sementara waktu. Menyelesaikan apa yang seharusnya dia selesaikan terlebih dahulu. “Selamat datang Pak Juna Atmadjadarma dan juga istri,” sambut seorang pria jangkung dan mempunyai tubuh gagah

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   144. PELABUHAN TERAKHIR (END)

    Juna merasa gelisah, karena dirinya khawatir tidak sempat untuk bertemu dengan Irene. Dirinya langsung keluar dari mobil SUV hitam dan langsung berlari memasuki bandara. Beberapa kali Juna harus menyalip beberapa kerumunan, dan dia terus meminta maaf. “Please, Tuhan. Semoga sempat,” batin Juna, yang tak pernah memperlambat langkahnya. Sampai di suatu titik di mana Juna melihat gadis yang sedang dicarinya sedang berlari dari arah yang berlawanan. Entah apa yang sedang gadis itu lakukan, tapi Juna merasa bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengannya. Juna rela meninggalkan rapat penting demi menyusul Irene. Dia tidak ingin kehilangan gadis itu untuk kesekian kalinya. Juna tidak bisa membiarkan Irene pergi meninggalkannya sendiri. Walau Juna siap menunggu Irene sampai kapan pun, tapi jika masih bisa untuk menahannya maka akan Juna lakukan. Gadis itu semakin dekat dengannya. Juna bisa melihat kalau Irene pun ikut memandangnya. Sedetik kemudian, Juna melihat kalau

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   143. WE MEET AGAIN

    Padang rumput yang sangat hijau kini menghiasi pandangan Irene. Bunga butercup terlihat menghiasi di atasnya. Kombinasi warna hijau dan hiasan berwarna kuning, begitu menyejukkan mata.Irene sedang berdiri di tengah-tengah padang rumput itu. Angin sepoi-sepoi sesekali menyibak rambutnya. Ia sesekali menyisir rambut hitamnya itu. Kemudian, tiba-tiba di ujung sana, Irene melihat sebuah objek yang membuat matanya menyipit untuk mengamati objek tersebut.“Mama? Papa?” gumam Irene kecil.Objek itu semakin jelas. Irene bisa melihat sosok kedua orang tuanya sedang memandang Irene dari kejauhan. Terlihat mereka tersenyum lebar, sembari tangannya terulur.“Mama! Papa!” teriak Irene, saat dirinya sudah yakin bahwa yang dilihatnya adalah sosok kedua orang tuanya.Dalam hitungan detik, Irene pun berlari mendekati kedua orang tuanya. Tanpa berpikir panjang, dia langsung memeluk mereka berdua.“Ma, Pa, aku kangen,” lirih Irene. Air matanya pun tumpah ruah seketika.“Kamu sudah besar, ya, Sayang,” b

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   142. TEH HANGAT

    Irene sedikit terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Saat dirinya sedang berjalan mundur, tanpa sengaja dia menabrak nenek yang sudah tua dan renta, yang sedang membawa kayu bakar di punggungnya. Seketika kayu yang dibawa sang nenek berjatuhan. Dengan cepat Irene langsung berjongkok dan membantu sang nenek merapikan ranting dan juga kayu tersebut. “Nek, sekali lagi maafkan saya. Saya tidak sengaja,” ucap Irene dengan perasaan sangat bersalah. “Ndak papa, Nduk,” balas sang nenek yang sudah renta tersebut sambil menatap Irene dan tersenyum. “Biar saya yang bawa saja, Nek. Nenek tinggal di mana? Biar saya antarkan.” Merasa sangat bersalah, Irene pun berinsiatif menawarkan bantuan. “Tidak usah. Tidak apa-apa, rumah Nenek masih jauh,” balas sang Nenek. Irene mendesah, “Apalagi rumah Nenek jauh. Biar saya yang batu, ya, Nek. Nenek jangan menolak,” paksa Irene. Saking tidak mau ditolak bantuanya, Irene langsung menggendong kayu tersebut di punggungnya. Dia sedikit merin

  • Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten   141. PERMOHONAN SEORANG IBU

    Entah sejak kapan Jessica ada di tempat itu. Namun, sekarang wanita yang sudah terlihat tua itu duduk di hadapan Irene. Mau tidak mau, Irene harus meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol dengannya.“Apa kabar?” tanya Jessica membuka pembicaraan.“Baik, Tante,” jawab Irene sambil tersenyum canggung.Jessica pun balas melemparkan senyumannya. “Kamu tambah cantik saja. Gimana kerjaan di sana?” Wanita itu masih berbasa-basi.“Terima kasih banyak, Tante. Lumayan nyaman. Tante dan Om Justin bagaimana kabarnya?” tanya Irene.“Kabar kami baik, Ren.”“Tante, kenapa harus repot-repot datang ke mari?” tanya Irene dengan raut wajah yang sedikit kurang nyaman.Bukan, Irene bukan merasa kurang nyaman dengan Jessica. Melainkan, dia merasa sedikit tidak nyaman karena tiba-tiba saja Jessica ada di sini. Kota yang bisa dibilang lumayan jauh dari tempat tinggalnya.“Tante dapat kabar dari Irgie, kalau kamu pulang ke Indonesia. Jadi, Tante menyempatkan hadir. Tadinya Om Justin juga ingin datang, tapi ka

DMCA.com Protection Status