Hanya dengan mengandalkan kekuatan sihir yang amat sedikit, ia mampu memenggal putus tapi pengikat antara raga dengan sisa jiwa mereka di sana. Pedang sihir yang berkelap-kelip bagai bintang di langit, warna kebiruan yang murni dengan cahaya terang, sangatlah indah.Terlebih setelah diayunkan ke sana kemari, tuk menyelamatkan para boneka malang ini, kilau cahaya putih kebiruan mengekor dengan cepat namun pergerakannya sangat halus.Demi apa ia mengayunkan pedang? Untuk sesaat kalimat tanya seperti itu terlintas dalam benaknya. Jika Halbert dalam posisi sebagai kesatria termuda di beberapa tahun sebelumnya, maka ia akan menjawab, "Demi rakyat dan bersumpah pada Raja."Tetapi sekarang jelas tidak begitu, walau cara yang ia gunakan terlihat kasar.“Demi masa depan. Aku harus mengotori tanganku sendiri!” Slash! Slash!Sayatan pedang yang terus menari tanpa henti. Kilat putih kebiruan yang sekilas mirip dengan langit di saat terang, semakin lama semakin jelas kelihatannya. Sebagian para
“Kalian semua berkumpulah.” Sang Raja Dunia Bawah memberi perintah pada ke-5 anak buahnya. Dalam sekejap mereka berteleportasi secara bersamaan, tepat berada di hadapan Sang bencana. Mereka menundukkan kepala tanda hormat sera setia kepadanya.“Anda membutuhkan sesuatu?”Salah satu dari mereka yang mengenakan pakaian serba hitam dengan rambut pendek bertanya.“Aku hanya ingin memerintahkan kalian semua untuk menghabisi titisan Valkyrie saat ini juga.”“Anda yakin, memperbolehkan kami melakukannya?”“Tentu saja. Memangnya untuk apa aku menciptakan kalian? Selain untuk hal ini. Terlebih, aku tidak bisa berhadapan dengannya dalam kondisi lemah begini.”“Bukankah Anda memiliki tubuh yang sehat?”“Bukan itu maksudku. Tapi benar tubuh ini sungguh sangat sehat, namun aku tidak bisa mengumpulkan mana dengan benar dengan raga titisan Valkyrie.”“Sepertinya itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Baiklah, kami akan pergi.”Sang Raja Dunia Bawah, Bencana tersenyum menanggapi mereka sebagai anak b
Sosok pengguna sihir api hitam, melawan Salamander Sang Roh Api. Namun ada kejadian tidak menyenangkan, lantaran Salamander kalah saja itu sulit dipercaya. Salamander terhempas karena benturan dari dua api, dari miliknya sendiri serta api hitam milik musuh. Api hitam itu terlihat seakan menjadikan api milik Roh Api menjadi miliknya, terkesan seperti Api hitam itu memiliki kehidupannya sendiri lalu melahap api lain dengan ganas. Membuat ledakan yang cukup besar sampai akhirnya Salamander terpukul mundur ke belakang, jauh dari posisi semulanya. Adapun terdapat sisa-sisa api Salamander jatuh ke rumah tak berpenghuni, membuat kerusakan yang cukup parah.Mendengar dan melihat adanya pertarungan dahsyat antara seseorang dengan Roh Api, jelas sangat menarik perhatian para penduduk di sana.“Selamat sore, wahai titisan Valkyrie. Bagaimana kabarmu?” Si pengguna sihir Api Hitam menyapa sekaligus bertanya pada Halbert.“Ya, aku baik-baik saja. Siapa kau?”“Sebut saja penyihir gelap. Sama sepe
Salamander yang terhempas menjauh, dirinya yang hampir menabrak pemukiman itu segera mengendalikan sayapnya yang besar. Tubuh yang sama besarnya ini juga merugikan apabila pertarungan dilanjutkan di tempat ini, namun akan tetapi, Salamander sepertinya tidak punya pilihan lain.“Wah, kita kedatangan seekor naga merah!” seru seorang wanita bertudung terang, sembari menepuk kedua tangannya dengan heboh.“Naga merah? Bukankah dia adalah Roh Api—Salamander?” sahut lelaki yang berada di sampingnya.“Heh, ada yang mengenalku dengan baik rupanya ya. Baguslah kalau begitu!”Dengan sombong, Salamander membusungkan dada ke depan. Tampaknya ia gila akan pujian, walau mungkin ia bisa mengendalikan diri atas emosinya itu.“Aku menyesal telah memujinya.” Lelaki itu mengangkat telapak tangannya ke depan.“Hei, Salamander. Katakan, apa kau terlibat dengan titisan Valkyrie?” tanya lelaki itu kemudian.Lantas Salamander menjawab, “Haruskah aku menjawabnya?” Dengan sebuah pertanyaan.“Ya. Tentu saja. Kar
Keempat Penyihir Gelap telah mengepung mereka berdua dari segala sisi. Salah satu dari mereka berdiri di rerumputan sementara yang lain berada di atas udara. Takut apabila serangan mereka berdampak ke pemukiman, lantas Halbert berlari menjauhi mereka sekaligus kota itu sendiri. “Kau melarikan diri?!” pekik Salamander tak percaya.“Niatnya begitu. Karena musuhku satu-satunya adalah bencana. Tapi karena tidak memungkinkan, maka aku akan menjauhkan mereka dari kota.”“Itu kau lakukan demi mereka.”“Ya.”Dengan langkah percepatan, Halbert sedikit lebih unggul dari mereka semua. Setelah begitu jauh, Halbert berhenti secara mendadak. Saat ini, tempat mereka berada adalah lapangan hijau yang bersih. “Sudah cukup lama tidak menghirup udara segar. Walaupun itu tidak diperlukan untukku.”“Aku akan—”“Berkatmu, aku bisa menargetkan mereka satu persatu,” sahut Halbert dengan sengaja memotong kalimat Salamander. Halbert meninggalkan Salamander, lantaran ia mengincar orang yang lebih mudah untuk
Dalam satu waktu, dirinya yang tengah disibukkan oleh Penyihir Api Hitam, justru diganggu oleh seorang wanita dengan sihir yang belum diketahui. Tak berselang lama, wanita itu menyerang. Serta mengubah tempat ini, atau mungkin bisa dikatakan pandangan Halbert sajalah yang telah dimanipulasi olehnya. “Ruangan gelap. Aku tidak ingat aku berada di sini sebelumnya. Ternyata ini ulahnya? Ulah wanita itu?”Halbert mencoba untuk tenang, lantaran ia langsung tahu sihir apa yang menimpanya. “Sihir ilusi. Ini benar-benar terjadi padaku. Aku mungkin sedang terdiam di sini, di depan musuhku tanpa aku bisa melihatnya.” “Bagaimana kau akan bisa keluar dari ini? Bagaimana? Bagaimana?” Suaranya menggaung di sekitar, sungguh memusingkan.Tak peduli seberapa seringnya ia menengok ke segala arah, Halbert takkan bisa menemukan keberadaan si pengguna sihir tersebut. “Hm, ini terasa tidak menyenangkan. Aku harus keluar dari sini secepatnya, tapi sulit kalau dengan cara paksa.” Mudah saja untuk memata
Satu persatu, musuh mulai muncul. Tidak perduli mereka adalah manusia atau monster, Halbert takkan ragu melayangkan serangan sekejap. Tetapi, ia sendiri tidak pernah menyangka bahwa lawan akan sesulit ini dikalahkan. Timing kedatangan mereka sungguh pas, lantaran setelah Halbert menghabisi para boneka Raja Dunia Bawah, mereka langsung datang. Terang-terangan menghalanginya untuk pergi ke tempat di mana Raja Dunia Bawah berada. “Ck, kenapa jadi semerepotkan ini. Inilah mengapa aku tidak mau melawan mereka.”“Itu karena kau makin melemah. Di samping itu, sebagai titisan Valkyrie dalam keadaan bukan manusia, kau pasti sudah sulit bertahan.”“Jangan pikirkan itu. Itu tidak ada gunanya dipikirkan kalau semua telah terjadi. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan, mencoba melawan atau lari.” Teman mereka yang sengaja diabaikan, wanita itu sekarang sudah tewas. Tetapi entah kenapa jasadnya tidak ada. “Wanita yang aku bunuh ada di mana?”“Eh? Kalau kau yang membunuhnya saja tidak tahu, la
Jatuh bangun merupakan hal biasa, namun rasanya sulit tuk dibayangkan jika mengingat siapa yang terjatuh di sini. Ya, tidak salah lagi itu adalah Halbert, ia sekarang benar-benar dalam kondisi berbahaya, ia tidak bisa melakukan apa-apa dengan fungsi yang menurun di beberapa bagian tubuhnya. Rasa sakit akibat sihir gelap membuat ia sangat kewalahan. Meski begitu, ia tidak pernah berpikir atau bahkan memang tidak ingin menggunaan kekuatan titisan Valkyrie, lantas mengapa?“Tentu saja. Kekuatan itu bukan untuk digunakan pada kalian yang merupakan musuh kecil!” seru Halbert begitu berani. Banyak musuh meremehkan dirinya. Halbert disudutkan seperti tikus kecil yang hendak dimangsa. Adapun kekuatannya pun melemah seiring waktu berjalan, kelihatannya Halbert sudah tidak sanggup untuk berdiri. Salamander yang melihat hal itu, kini hanya diam saja tanpa mengoceh apa-apa. Bukan karena takut melainkan bingung harus melakukan apa. Sementara tekanan kuat terus ia rasakan, seperti dihantam oleh