Sosok pengguna sihir api hitam, melawan Salamander Sang Roh Api. Namun ada kejadian tidak menyenangkan, lantaran Salamander kalah saja itu sulit dipercaya. Salamander terhempas karena benturan dari dua api, dari miliknya sendiri serta api hitam milik musuh. Api hitam itu terlihat seakan menjadikan api milik Roh Api menjadi miliknya, terkesan seperti Api hitam itu memiliki kehidupannya sendiri lalu melahap api lain dengan ganas. Membuat ledakan yang cukup besar sampai akhirnya Salamander terpukul mundur ke belakang, jauh dari posisi semulanya. Adapun terdapat sisa-sisa api Salamander jatuh ke rumah tak berpenghuni, membuat kerusakan yang cukup parah.Mendengar dan melihat adanya pertarungan dahsyat antara seseorang dengan Roh Api, jelas sangat menarik perhatian para penduduk di sana.“Selamat sore, wahai titisan Valkyrie. Bagaimana kabarmu?” Si pengguna sihir Api Hitam menyapa sekaligus bertanya pada Halbert.“Ya, aku baik-baik saja. Siapa kau?”“Sebut saja penyihir gelap. Sama sepe
Salamander yang terhempas menjauh, dirinya yang hampir menabrak pemukiman itu segera mengendalikan sayapnya yang besar. Tubuh yang sama besarnya ini juga merugikan apabila pertarungan dilanjutkan di tempat ini, namun akan tetapi, Salamander sepertinya tidak punya pilihan lain.“Wah, kita kedatangan seekor naga merah!” seru seorang wanita bertudung terang, sembari menepuk kedua tangannya dengan heboh.“Naga merah? Bukankah dia adalah Roh Api—Salamander?” sahut lelaki yang berada di sampingnya.“Heh, ada yang mengenalku dengan baik rupanya ya. Baguslah kalau begitu!”Dengan sombong, Salamander membusungkan dada ke depan. Tampaknya ia gila akan pujian, walau mungkin ia bisa mengendalikan diri atas emosinya itu.“Aku menyesal telah memujinya.” Lelaki itu mengangkat telapak tangannya ke depan.“Hei, Salamander. Katakan, apa kau terlibat dengan titisan Valkyrie?” tanya lelaki itu kemudian.Lantas Salamander menjawab, “Haruskah aku menjawabnya?” Dengan sebuah pertanyaan.“Ya. Tentu saja. Kar
Keempat Penyihir Gelap telah mengepung mereka berdua dari segala sisi. Salah satu dari mereka berdiri di rerumputan sementara yang lain berada di atas udara. Takut apabila serangan mereka berdampak ke pemukiman, lantas Halbert berlari menjauhi mereka sekaligus kota itu sendiri. “Kau melarikan diri?!” pekik Salamander tak percaya.“Niatnya begitu. Karena musuhku satu-satunya adalah bencana. Tapi karena tidak memungkinkan, maka aku akan menjauhkan mereka dari kota.”“Itu kau lakukan demi mereka.”“Ya.”Dengan langkah percepatan, Halbert sedikit lebih unggul dari mereka semua. Setelah begitu jauh, Halbert berhenti secara mendadak. Saat ini, tempat mereka berada adalah lapangan hijau yang bersih. “Sudah cukup lama tidak menghirup udara segar. Walaupun itu tidak diperlukan untukku.”“Aku akan—”“Berkatmu, aku bisa menargetkan mereka satu persatu,” sahut Halbert dengan sengaja memotong kalimat Salamander. Halbert meninggalkan Salamander, lantaran ia mengincar orang yang lebih mudah untuk
Dalam satu waktu, dirinya yang tengah disibukkan oleh Penyihir Api Hitam, justru diganggu oleh seorang wanita dengan sihir yang belum diketahui. Tak berselang lama, wanita itu menyerang. Serta mengubah tempat ini, atau mungkin bisa dikatakan pandangan Halbert sajalah yang telah dimanipulasi olehnya. “Ruangan gelap. Aku tidak ingat aku berada di sini sebelumnya. Ternyata ini ulahnya? Ulah wanita itu?”Halbert mencoba untuk tenang, lantaran ia langsung tahu sihir apa yang menimpanya. “Sihir ilusi. Ini benar-benar terjadi padaku. Aku mungkin sedang terdiam di sini, di depan musuhku tanpa aku bisa melihatnya.” “Bagaimana kau akan bisa keluar dari ini? Bagaimana? Bagaimana?” Suaranya menggaung di sekitar, sungguh memusingkan.Tak peduli seberapa seringnya ia menengok ke segala arah, Halbert takkan bisa menemukan keberadaan si pengguna sihir tersebut. “Hm, ini terasa tidak menyenangkan. Aku harus keluar dari sini secepatnya, tapi sulit kalau dengan cara paksa.” Mudah saja untuk memata
Satu persatu, musuh mulai muncul. Tidak perduli mereka adalah manusia atau monster, Halbert takkan ragu melayangkan serangan sekejap. Tetapi, ia sendiri tidak pernah menyangka bahwa lawan akan sesulit ini dikalahkan. Timing kedatangan mereka sungguh pas, lantaran setelah Halbert menghabisi para boneka Raja Dunia Bawah, mereka langsung datang. Terang-terangan menghalanginya untuk pergi ke tempat di mana Raja Dunia Bawah berada. “Ck, kenapa jadi semerepotkan ini. Inilah mengapa aku tidak mau melawan mereka.”“Itu karena kau makin melemah. Di samping itu, sebagai titisan Valkyrie dalam keadaan bukan manusia, kau pasti sudah sulit bertahan.”“Jangan pikirkan itu. Itu tidak ada gunanya dipikirkan kalau semua telah terjadi. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan, mencoba melawan atau lari.” Teman mereka yang sengaja diabaikan, wanita itu sekarang sudah tewas. Tetapi entah kenapa jasadnya tidak ada. “Wanita yang aku bunuh ada di mana?”“Eh? Kalau kau yang membunuhnya saja tidak tahu, la
Jatuh bangun merupakan hal biasa, namun rasanya sulit tuk dibayangkan jika mengingat siapa yang terjatuh di sini. Ya, tidak salah lagi itu adalah Halbert, ia sekarang benar-benar dalam kondisi berbahaya, ia tidak bisa melakukan apa-apa dengan fungsi yang menurun di beberapa bagian tubuhnya. Rasa sakit akibat sihir gelap membuat ia sangat kewalahan. Meski begitu, ia tidak pernah berpikir atau bahkan memang tidak ingin menggunaan kekuatan titisan Valkyrie, lantas mengapa?“Tentu saja. Kekuatan itu bukan untuk digunakan pada kalian yang merupakan musuh kecil!” seru Halbert begitu berani. Banyak musuh meremehkan dirinya. Halbert disudutkan seperti tikus kecil yang hendak dimangsa. Adapun kekuatannya pun melemah seiring waktu berjalan, kelihatannya Halbert sudah tidak sanggup untuk berdiri. Salamander yang melihat hal itu, kini hanya diam saja tanpa mengoceh apa-apa. Bukan karena takut melainkan bingung harus melakukan apa. Sementara tekanan kuat terus ia rasakan, seperti dihantam oleh
Salamander adalah nama dari seekor naga, itu adalah bentuk wujudnya sebagai roh api. Setelah melayani sang majikan yang berasal dari anggota keluarga kerajaan yakni seorang putri di istana, dirinya pun memiliki kontrak dengan seorang pria bernama Farel Branson. Farel Branson merupakan seorang pria yang dulunya adalah bagian dari kelompok Pedang Raja. Tapi sekarang orang itu sudah mati di tangan mantan pemimpinnya sendiri yakni Halbert Stanley. Melihat orang kuat seperti Halbert, membuat kesan salamander terhadap seorang manusia sedikit berubah. Dari yang bermula, berpikir bahwa dirinya dibutuhkan karena manusia itu lemah tanpa penjaga roh, tapi sekarang berbeda. “Seharusnya aku melayani orang sekuat dirimu sejak awal. Bukan manusia lemah seperti yang pernah aku layani,” tuturnya. Semakin kuat orang yang ia layani, maka semakin kuat pula lah Salamander. Itupun berlaku pada kontrak tak langsung, yang mana itu terjadi padanya dengan Halbert sekarang. “Hei, undead. Kapan-kapan perlih
Raja Dunia Bawah yang mulai merasakan aura Valkyrie, merasa tidak tenang dari waktu ke waktu. Dalam raga Gaston, Raja Dunia Bawah itu selalu berpikir cara agar terhindar dari titisan Valkyrie. Namun di satu sisi ia ingin menghancurkannya berkeping-keping. Karena tidak ingin turun tangan langsung, maka ia pun memberi perintah pada anak buahnya, berjumlah 5 orang. Salah satunya dapat menghisap sihir segalanya, lalu pengendali waktu, Api Hitam, ilusi yang digunakan oleh dua orang wanita dalam satu tubuh. Berniat menghindari mereka, justru Halbert sendiri dibuat kewalahan. Bahkan Naga Merah sang Roh Api yang Agung saja tidak bisa menghentikan pergerakan mereka karena sihir gelap yang berbahaya tersebut. Alhasil ia tidak bisa kabur untuk segera mencapai keberadaan sang bencana. Mau tidak mau, Halbert Stanley yang kini adalah undead sekaligus titisan Valkyrie, harus menghadapi mereka berlima. Sungguh sangat menguras tenaga, bahkan melawan salah satu saja sudah membuat Halbert ingin menye
Aku Halbert Stanley. Sedari lahir, aku hidup sendiri. Entah siapa yang mengurusku saat masih bayi namun aku tahu siapa yang berada di sampingku sampai detik ini juga. Dia adalah Gaston Bruke. Kami berdua sama-sama tidak punya keluarga, hidup di antara tumpukan sampah di desa kecil yang sudah tak layak ditinggali manusia. Tetapi, kami berdua bisa hidup dengan bahagia. Saat perang kecil-kecilan datang, kami yang masih berusia belia justru merampas jatah perang. Beberapa pedang atau bahkan bahan makanan beku yang tertinggal akan kami ambil. Ketika ingat itu, aku jadi tersenyum dan merasa ingin kembali ke masa kecil meski dulu sangat buruk. Sekarang, aku di sini sebagai Halbert yang adalah mahluk undead. Aku adalah titisan Valkyrie, yang seharusnya bisa mengalahkan bencana dari awal. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Sementara yang kuingat hanyalah ingatan buruk saat Gaston membunuhku. Saat itu aku tidak menyangka itu akan terjadi padamu tapi sekarang aku mengerti. “Pemimpin Halber
Saat kepulan asap yang merupakan racun aktif, dan Halbert dibuat panik karenanya. Suara seorang dewi itu kembali didengarnya. Dewi itu berkata, “Janganlah takut. Baju perang akan menghalau segalanya, dan sayapnya dapat mengibaskan apa pun. Kau merasakan sakit karena aku membuatmu hidup sementara agar dapat menahan kekuatanku ini.” Dari kalimat itu ia akhirnya sadar, memang benar ia merasakan sakit tapi tidak lama setelah itu, racunnya menghilang sedikit demi sedikit. “Sayap? Kalau dipikir-pikir aku baru sadar kalau wujudku ini sangat berbeda,” tukas Halbert.Raja Dunia Bawah tertawa bahak-bahak, tampaknya ia berpikir bahwa titisan Valkyrie akan kalah. Tapi ia jelas salah. “Jangan tertawa sebelum tahu akhirnya akan bagaimana, hei, dasar bencana kurang ajar!” pekiknya selagi menunjuk ke arah Raja Dunia Bawah dengan tatapan kesal.Ia kemudian kembali berdiri tegak, mengenggam pedang besar namun terasa ringan di kedua tangan ini untuk menyerang sang bencana sekali lagi.“Hah? Dia masi
Pertarungan akhir telah dimulai! Halbert melancarkan sihir serangan yang berdampak cukup besar sampai membangunkan jiwa Gaston yang tertidur lelap. Dengan itu, Halbert mencoba untuk memperingatkan bahwa dirinya akan benar-benar membunuh Gaston. Di samping itu, sihir serangan yang dilapisi tekad kuat pun membumbung tinggi. Raja Dunia Bawah kesulitan bereaksi lantaran kecepatan Halbert hampir menyerupai cahaya sehingga sulit diprediksi akan menyerang di bagian mana. Dengan tombak bercahaya sekaligus berselimutkan elemen petir tertancap di tubuh Gaston, sang Raja Dunia Bawah lah yang paling terkena dampak besar dari sihir serangan tersebut. Ia sempat tak sadarkan diri, namun sayang hanya berlaku beberapa detik saja. Setelah itu ia kembali terbangun. “Aku tidak akan lemah hanya karena serangan ini saja. Seharusnya kau tahu itu,” tutur sang Raja Dunia Bawah.“Aku tahu. Aku bahkan tidak pernah berpikir akan menghabisimu dengan mudah begitu. Apalagi aku bukan orang yang suka berbelas ka
Raja Dunia Bawah lantas saling bertukar pandang. Kebencian dan amarah, saat itu Raja Dunia Bawah seakan sudah terdesak lebih awal. Ia merasa sesak saat melihat keberadaan Valkyrie di dalam dirinya. “Pria itu sampai ke tempat ini. Ck, apa yang sebenarnya mereka lakukan?!”amuknya dengan gelisah.Amarah yang jelas terlihat itu membuat Halbert semakin ingin mempercepat serangannya sebagai awal mula. Rose dan Salamander hanya diam dan memperhatikan pria itu, sementara Halbert, ia benar-benar fokus pada musuhnya saja.“Mr. Undead tidak boleh diganggu 'kan? Aku yakin para bawahan yang diciptakan oleh bencana akan segera datang.”“Mereka akan segera datang? Bukankah mereka pergi lebih awal dari kita?”“Ya, kalau menurut Mr. Undead, mereka pergi saat tahu bahwa titisan Valkyrie dalam bahaya. Jadi mungkin, mereka sedang menikmati waktunya selagi bisa, dilakukan sebelum kembali ke majikan?”“Aku tidak yakin bahwa mereka sedang bersenang-senang.”“Aku juga berpikir begitu.”Entah apa maksud Ros
Halbert melirik ke segala arah. Sedang memastikan apakah musuh lain masih mengintai atau tidak. Ternyata ia sadar bahwa selama pertarungannya, para bawahan lain telah memperhatikan dirinya. Meskipun sadar ia tak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula di mata mereka, sekuat apa pun serangan fisik maupun sihir Halbert pada mereka, takkan pernah melukainya sama sekali. Mereka tidak tahu bahwa Penyihir Api Hitam telah benar-benar tewas di tangan Halbert dengan mudah. “Kenapa kau mau melawannya saja? Padahal dengan bertelportasi, kita bisa kabur,” ujar Salamander.“Jika aku kabur mereka akan mengejar. Jangan lupa kalau mereka termasuk ke dalam penyihir gelap tak peduli wujud aslinya seperti apa.”“Kau benar.”“Ngomong-ngomong kenapa kau tahu kalau intinya ada di dada?” tanya Rose penasaran. “Padahal aku tidak tahu di mana itu.”“Aku selalu memotong tubuhnya menjadi dua dari pinggang. Kadang juga di lehernya tapi tak merasa sudah membunuhnya. Begitu tahu dia hanyalah Batu magma api, maka satu ha
Penyihir Api Hitam ditinggal oleh semua rekannya yang sudah pergi menuju ke tempat Raja Dunia Bawah berada. Percakapan antara Rose dengan Penyihir Api Hitam, Rose berencana untuk menguak kelemahannya secara langsung namun tetap sulit rasanya.“Hei, bukankah kau adalah Penyihir gelap sama seperti diriku?” tanya si penyihir itu sembari mendekat.“Ya. Lalu kenapa?” sahutnya ketus.“Lalu kenapa? Bukankah sudah jelas Itu aneh? Kau yang adalah penyihir gelap malah jadi budaknya Valkyrie. Ini di luar dugaan.”“Kau mungkin benar. Rasanya aneh aku yang terkesan jahat ini justru bersanding dengan mahluk suci. Tapi aku tidak sama seperti kalian. Aku manusia sementara kalian bukan.” Rose mengatakannya sambil menunjuk ke arahnya dengan berani.Penyihir Api Hitam tersebut pun tersenyum. Ia mendekati Rose sampai tidak ada jarak di antara mereka. Sesaat penyihir ini mulai tertarik dengan wanita bernama Rose. “Kalau benar, kau mau apa?” Begitulah jawabannya, ia sengaja berbisik di dekat telinga.“Bi
“Kita terus memutarinya karena memang mustahil lari ya?” Rose bergumam.“Dia memang anak yang sulit diperhitungkan. Di samping dia kehabisan waktu, dia merasa ingin mengalahkan lawannya sebagai bahan uji coba,” sahut Salamander.Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Itu adalah makna dari sebuah api. Setiap api memiliki suhunya masing-masing. Api itu menakutkan dan sekalinya tersambar maka habis sudah. Mati dengan cara tersiksa begitu takkan membuat orang senang. Sihir api, sihir yang cocok untuk para bawahan Raja Dunia Bawah. Sihir api ini pun membuat Halbert kewalahan. Alhasil dirinya kembali disambar oleh api hitam yang terlihat begitu mengerikan. Namun di sana, dirinya sama sekali tidak berteriak justru berusaha untuk memadamkan, tapi tak perduli seberapa keras usahanya dalam mencoba untuk memadamkan api jahat ini, api ini tidak kunjung padam justru semakin membesar seiring waktu berjalan. Kenyataan yang mengerikan. Benar apa kata Halbert sendiri, ia sulit dilawan dan apa pun
Penyihir Api Hitam yang seharusnya takkan bisa bangkit kembali, justru ia kembali terbangun dengan keadaan tanpa luka. Semuanya pulih seakan ia tidak pernah terluka sebelum ini. Kejanggalan itu membuat Halbert tertegun, tanpa bisa mengatakan apa-apa. “Kenapa? Kaget ya?” Sementara ia seperti sedang mengejek dirinya. “Kau ...kenapa bisa bangun lagi? Seharusnya kau sudah tidak mampu.”“Coba tebak saja.”“Mana sudi aku menebak apalagi harus melawanmu. Aku sudah banyak dijahit, takkan aku merugikan diriku sendiri,“ tukas Halbert.“Ho, ternyata kau ingin secepatnya menyerah? Jangan harap!”Tidak hanya itu, kecepatannya semakin bertambah, sulit untuk mengikutinya dengan kedua mata. Halbert hanya bisa berfokus untuk bertahan sekalipun sampai harus terdorong mundur ke belakang akibat serangan barusan. “Sepertinya dia bukan manusia sungguhan. Tapi apa ya? Hm, aku merasa aneh dengan musuhnya Mr. Undead,” gumam Rose. Ia diam memperhatikan pertarungan antara Halbert dan Penyihir Api Hitam itu.
Rose berjalan dengan pelan, mendekati Halbert yang sedang beristirahat sekarang. Halbert menatapnya tajam, sebab ia merasa tak nyaman dengan keberadaan seorang wanita di dekatnya.“Kenapa dengan tatapanmu itu?” Rose bertanya selagi ia duduk di dekatnya dengan memeluk kedua kaki. Ia juga tersenyum. Halbert menyahut, “Kau baru dari mana saja? Aku sempat merasakan hal aneh.” Ia balas bertanya sembari menunjuk ke bawah leher. “Hal aneh? Hal aneh apa yang kau rasakan, Mr. Undead?” “Tandanya sempat tergores sesuatu. Tapi setelah itu tidak lagi. Kadangkala aku merasakan rasa sakit di tempat yang sama. Ini pasti berkaitan denganmu. Apa yang kau lakukan sampai nyawamu terancam?” Kembali Halbert bertanya. Rose mengalihkan pandangannya. Ia menatap langit seakan merindukan suatu hal yang besar. Lantas wanita itu pun menjawab, “Aku sempat mati.”“Apa?”“Iya. Sempat mati,” jawabnya sambil menghadap wajah Halbert. Rose menjelaskan kejadian yang telah terjadi padanya dan beberapa orang yang meng