Satu persatu, musuh mulai muncul. Tidak perduli mereka adalah manusia atau monster, Halbert takkan ragu melayangkan serangan sekejap. Tetapi, ia sendiri tidak pernah menyangka bahwa lawan akan sesulit ini dikalahkan. Timing kedatangan mereka sungguh pas, lantaran setelah Halbert menghabisi para boneka Raja Dunia Bawah, mereka langsung datang. Terang-terangan menghalanginya untuk pergi ke tempat di mana Raja Dunia Bawah berada. “Ck, kenapa jadi semerepotkan ini. Inilah mengapa aku tidak mau melawan mereka.”“Itu karena kau makin melemah. Di samping itu, sebagai titisan Valkyrie dalam keadaan bukan manusia, kau pasti sudah sulit bertahan.”“Jangan pikirkan itu. Itu tidak ada gunanya dipikirkan kalau semua telah terjadi. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan, mencoba melawan atau lari.” Teman mereka yang sengaja diabaikan, wanita itu sekarang sudah tewas. Tetapi entah kenapa jasadnya tidak ada. “Wanita yang aku bunuh ada di mana?”“Eh? Kalau kau yang membunuhnya saja tidak tahu, la
Jatuh bangun merupakan hal biasa, namun rasanya sulit tuk dibayangkan jika mengingat siapa yang terjatuh di sini. Ya, tidak salah lagi itu adalah Halbert, ia sekarang benar-benar dalam kondisi berbahaya, ia tidak bisa melakukan apa-apa dengan fungsi yang menurun di beberapa bagian tubuhnya. Rasa sakit akibat sihir gelap membuat ia sangat kewalahan. Meski begitu, ia tidak pernah berpikir atau bahkan memang tidak ingin menggunaan kekuatan titisan Valkyrie, lantas mengapa?“Tentu saja. Kekuatan itu bukan untuk digunakan pada kalian yang merupakan musuh kecil!” seru Halbert begitu berani. Banyak musuh meremehkan dirinya. Halbert disudutkan seperti tikus kecil yang hendak dimangsa. Adapun kekuatannya pun melemah seiring waktu berjalan, kelihatannya Halbert sudah tidak sanggup untuk berdiri. Salamander yang melihat hal itu, kini hanya diam saja tanpa mengoceh apa-apa. Bukan karena takut melainkan bingung harus melakukan apa. Sementara tekanan kuat terus ia rasakan, seperti dihantam oleh
Salamander adalah nama dari seekor naga, itu adalah bentuk wujudnya sebagai roh api. Setelah melayani sang majikan yang berasal dari anggota keluarga kerajaan yakni seorang putri di istana, dirinya pun memiliki kontrak dengan seorang pria bernama Farel Branson. Farel Branson merupakan seorang pria yang dulunya adalah bagian dari kelompok Pedang Raja. Tapi sekarang orang itu sudah mati di tangan mantan pemimpinnya sendiri yakni Halbert Stanley. Melihat orang kuat seperti Halbert, membuat kesan salamander terhadap seorang manusia sedikit berubah. Dari yang bermula, berpikir bahwa dirinya dibutuhkan karena manusia itu lemah tanpa penjaga roh, tapi sekarang berbeda. “Seharusnya aku melayani orang sekuat dirimu sejak awal. Bukan manusia lemah seperti yang pernah aku layani,” tuturnya. Semakin kuat orang yang ia layani, maka semakin kuat pula lah Salamander. Itupun berlaku pada kontrak tak langsung, yang mana itu terjadi padanya dengan Halbert sekarang. “Hei, undead. Kapan-kapan perlih
Raja Dunia Bawah yang mulai merasakan aura Valkyrie, merasa tidak tenang dari waktu ke waktu. Dalam raga Gaston, Raja Dunia Bawah itu selalu berpikir cara agar terhindar dari titisan Valkyrie. Namun di satu sisi ia ingin menghancurkannya berkeping-keping. Karena tidak ingin turun tangan langsung, maka ia pun memberi perintah pada anak buahnya, berjumlah 5 orang. Salah satunya dapat menghisap sihir segalanya, lalu pengendali waktu, Api Hitam, ilusi yang digunakan oleh dua orang wanita dalam satu tubuh. Berniat menghindari mereka, justru Halbert sendiri dibuat kewalahan. Bahkan Naga Merah sang Roh Api yang Agung saja tidak bisa menghentikan pergerakan mereka karena sihir gelap yang berbahaya tersebut. Alhasil ia tidak bisa kabur untuk segera mencapai keberadaan sang bencana. Mau tidak mau, Halbert Stanley yang kini adalah undead sekaligus titisan Valkyrie, harus menghadapi mereka berlima. Sungguh sangat menguras tenaga, bahkan melawan salah satu saja sudah membuat Halbert ingin menye
Rose berjalan dengan pelan, mendekati Halbert yang sedang beristirahat sekarang. Halbert menatapnya tajam, sebab ia merasa tak nyaman dengan keberadaan seorang wanita di dekatnya.“Kenapa dengan tatapanmu itu?” Rose bertanya selagi ia duduk di dekatnya dengan memeluk kedua kaki. Ia juga tersenyum. Halbert menyahut, “Kau baru dari mana saja? Aku sempat merasakan hal aneh.” Ia balas bertanya sembari menunjuk ke bawah leher. “Hal aneh? Hal aneh apa yang kau rasakan, Mr. Undead?” “Tandanya sempat tergores sesuatu. Tapi setelah itu tidak lagi. Kadangkala aku merasakan rasa sakit di tempat yang sama. Ini pasti berkaitan denganmu. Apa yang kau lakukan sampai nyawamu terancam?” Kembali Halbert bertanya. Rose mengalihkan pandangannya. Ia menatap langit seakan merindukan suatu hal yang besar. Lantas wanita itu pun menjawab, “Aku sempat mati.”“Apa?”“Iya. Sempat mati,” jawabnya sambil menghadap wajah Halbert. Rose menjelaskan kejadian yang telah terjadi padanya dan beberapa orang yang meng
Penyihir Api Hitam yang seharusnya takkan bisa bangkit kembali, justru ia kembali terbangun dengan keadaan tanpa luka. Semuanya pulih seakan ia tidak pernah terluka sebelum ini. Kejanggalan itu membuat Halbert tertegun, tanpa bisa mengatakan apa-apa. “Kenapa? Kaget ya?” Sementara ia seperti sedang mengejek dirinya. “Kau ...kenapa bisa bangun lagi? Seharusnya kau sudah tidak mampu.”“Coba tebak saja.”“Mana sudi aku menebak apalagi harus melawanmu. Aku sudah banyak dijahit, takkan aku merugikan diriku sendiri,“ tukas Halbert.“Ho, ternyata kau ingin secepatnya menyerah? Jangan harap!”Tidak hanya itu, kecepatannya semakin bertambah, sulit untuk mengikutinya dengan kedua mata. Halbert hanya bisa berfokus untuk bertahan sekalipun sampai harus terdorong mundur ke belakang akibat serangan barusan. “Sepertinya dia bukan manusia sungguhan. Tapi apa ya? Hm, aku merasa aneh dengan musuhnya Mr. Undead,” gumam Rose. Ia diam memperhatikan pertarungan antara Halbert dan Penyihir Api Hitam itu.
“Kita terus memutarinya karena memang mustahil lari ya?” Rose bergumam.“Dia memang anak yang sulit diperhitungkan. Di samping dia kehabisan waktu, dia merasa ingin mengalahkan lawannya sebagai bahan uji coba,” sahut Salamander.Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Itu adalah makna dari sebuah api. Setiap api memiliki suhunya masing-masing. Api itu menakutkan dan sekalinya tersambar maka habis sudah. Mati dengan cara tersiksa begitu takkan membuat orang senang. Sihir api, sihir yang cocok untuk para bawahan Raja Dunia Bawah. Sihir api ini pun membuat Halbert kewalahan. Alhasil dirinya kembali disambar oleh api hitam yang terlihat begitu mengerikan. Namun di sana, dirinya sama sekali tidak berteriak justru berusaha untuk memadamkan, tapi tak perduli seberapa keras usahanya dalam mencoba untuk memadamkan api jahat ini, api ini tidak kunjung padam justru semakin membesar seiring waktu berjalan. Kenyataan yang mengerikan. Benar apa kata Halbert sendiri, ia sulit dilawan dan apa pun
Penyihir Api Hitam ditinggal oleh semua rekannya yang sudah pergi menuju ke tempat Raja Dunia Bawah berada. Percakapan antara Rose dengan Penyihir Api Hitam, Rose berencana untuk menguak kelemahannya secara langsung namun tetap sulit rasanya.“Hei, bukankah kau adalah Penyihir gelap sama seperti diriku?” tanya si penyihir itu sembari mendekat.“Ya. Lalu kenapa?” sahutnya ketus.“Lalu kenapa? Bukankah sudah jelas Itu aneh? Kau yang adalah penyihir gelap malah jadi budaknya Valkyrie. Ini di luar dugaan.”“Kau mungkin benar. Rasanya aneh aku yang terkesan jahat ini justru bersanding dengan mahluk suci. Tapi aku tidak sama seperti kalian. Aku manusia sementara kalian bukan.” Rose mengatakannya sambil menunjuk ke arahnya dengan berani.Penyihir Api Hitam tersebut pun tersenyum. Ia mendekati Rose sampai tidak ada jarak di antara mereka. Sesaat penyihir ini mulai tertarik dengan wanita bernama Rose. “Kalau benar, kau mau apa?” Begitulah jawabannya, ia sengaja berbisik di dekat telinga.“Bi