Setelah kepergian Audrey, barulah Stefan terbangun. Stefan melihat ke sisi ranjangnya dan mendapati bahwa wanita yang menemaninya semalam telah pergi.
"Dia pergi, aku bahkan belum memberikannya cek," pikir Stefan.
Stefan mengernyitkan alisnya ketika meliha jejak darah di spreinya, Stefan pun bangkit lalu merapihkan dirinya. Ketika Stefan turun dari kapal pesiar, nampak Tuan Jorge tengah menunggunya.
"Halo Tuan," sapa Tuan Jorge.
"Ini adalah Nona Claudia," Tuan Jorge memperkenalkan.
"Dia yang akan menemani Tuan, seperti janjiku," ujar Tuan Jorge.
"Bukankah dia sudah mengirimakannya tadi malam?" pikir Stefan.
"Hari ini Claudia baru saja kembali dari Italia," jelas Tuan Jorge.
"Ah berarti semalam ….?" pikir Stefan lagi.
Stefan hanya memandangi Claudia dengan acuh, lalu berlalu begitu saja masuk ke dalam mobilnya.
"Jalan!" perintah Stefan kepada supirnya.
Sementara itu Cedric menghampiri Xavier, "jadi bagaimana semalam?" tanya Cedric.
"Apakah indah?" tanya Cedric.
"Indah kepalamu!" jawab Xavier.
"Gadis yang kau kirim tidak pernah datang," jawab Xavier lagi.
"Maksudmu?" tanya Cedric.
"Aku menunggu semalaman, namun pelayan itu tidak datang," jawab Xavier.
Salah satu dari mereka menyela perdebatan antara Cedric dan Xavier, "itu sepertinya pelayan yang kau perintah salah memasukan wanita itu, dia memasukannya ke kamar 666" ujarnya.
"Haissh bodoh sekali!" ujar Cedric kesal.
"666 ? Harusnya 999," ujar Cedric lagi.
Xavier pun segera masuk ke mobilnya dan melajukannya. Sementara itu, setengah nyawa Audrey nampak telah hilang di ambil oleh Stefan pada malam itu.
"Hei!" sapa Xander.
"Apa kau sedang sakit?" tanya Xander.
"Tidak, aku baik-baik saja," jawab Audrey.
"Kau terlihat pucat," ujar Xander.
"Aku baik-baik saja, istirahat sebentar akan terasa cukup," jawab Audrey.
"Ayo! aku antar kau pulang," tarik Xander ke lengan Audrey dan memaksanya masuk ke mobilnya.
Merasa memang sedang sakit, Audrey pun patuh dengan pengaturan dari Xander. Sebelumnya Xander ke apotik terdekat dan membelikan obat penurun panas untuk Audrey.
"Terima kasih," ujar Audrey.
"Masuklah dan beristirahatlah!" ujar Xander.
Audrey membaringkan tubuhnya di sofa, pikirannya masih melayang di malam pertamanya. Keindahan yang dia ingin jaga untuk orang yang akan di takdirkan untuknya kelak telah hancur dalam hitungan satu malam saja.
"Stefan Wyatt," ujar Audrey.
Audrey meminum obat pereda panas dari Xander dan mulai tertidur karena pengaruh obat yang baru saja di minumnya.
Di Gedung Wyatt Corporation, nampak Stefan sedang memikirkan sesuatu,
"Arthur," panggil Stefan kepada asistennya.
Stefan ingin mengatakan sesuatu, namun tertahan di kerongkongannya. Ini pertama kalinya dia merasa tertarik ingin tahu tentang seorang gadis, merasa ini janggal dan sesuatu yang terasa aneh, Stefan pun mengurungkan niatnya yang ingin meminta Ethan menyelidiki tentang wanita yang menemaninya semalam.
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Stefan kepada asistennya, Arthur.
Artgur pun menyebutkan rangkaian agenda kerja Stefan. Wyatt Corporation semakin memperkuat bisnis di dunia entertaiment. Stefan mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja kerja mahoni solidnya.
"Apa saja yang di kerjakan Xavier akhir-akhir ini?" tanya Stefan.
"Bermain dan sekolah," jawab Arthur.
"Setelah ini aturlah sekolah asrama yang bagus untuknya!" Perintah Stefan.
"Baik Tuan," jawab Arthur
Xavier adalah adik kesayangannya, sebelum ibu mereka tiada karena kanker. Ibunya berpesan kepada Stefan agar menjaga Xavier kesayangannya itu. Karena itulah Stefan sangat memperhatikan Xavier yang akan segera memasuki masa perkuliahan.
Audrey semakin menenggelamkan diri dalam kesedihannya, sepekan lebih hanya mengurung diri di Apartemennya saja.
'Dzrt' ponsel Audrey menerima notifikasi pesan pekerjaan paruh waktu berikutnya. Audrey tak merespon, sampai pada akhirnya Mia mendatangi Apartemen Audrey.
"Hei kau nampak kacau sekali," ujar Mia.
Audrey hanya tersenyum mendengarkan gumaman sahabatnya itu dan malah menarik selimutnya lagi.
"Hei kau ini kenapa?" tanya Mia.
"Apa kau sakit?" tanyanya lagi seraya menarik selimut dari tubuh Audrey.
"Ayolah! Kemana semangatmu pergi?" tanya Mia.
"Ayo bangun!" perintah Mia.
Mia menarik sahabatnya itu untuk bangun dan mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.
"Cepatlah! aku akan menunggumu disini," ujar Mia.
Mia sangat pandai dalam membujuk Audrey, jika Audrey sedang murung. Mia adalah teman sedari kecil yang Audrey miliki. Sebagai pengidap Autisme, sungguh hidup terasa tidak mudah untuk Audrey. Ketika Audrey dikucilkan dari keluarganya, Mia dan keluarganyalah yang mendukung Audrey sehinga sedikit demi sedikit bisa keluar dari kotak yang bernama Autisme.
Mia bahkan membantu Audrey merapihkan dirinya, sebagai teman yang mendampingi Audrey dalam masa-masa pemulihan diri dari Autisme, Mia sangat memahami bagaimana menangani Audrey. Mia tidak ingin Audrey kembali kedalam masa-masa kesendirianya, memblock jiwa dan emosinya hanya untuk dirinya sendiri.
"Ayo saatnya kita bekerja!" ajak Mia.
"Mia ….!" panggil Audrey.
"Kau tidak bisa menolaknya sayang, jadi patuhlah!" ujar Mia.
Audrey pun patuh ikut mau Mia, karena baginya Mia adalah separuh nyawanya dan juga seperti saudari kandung yang tidak pernah dia miliki.
Mia mengepang dua rambut panjang hitam Audrey, "nah sudah rapih," ujar Mia.
Audrey masih terlihat kikuk, karena dirinya masih merasa trauma atas apa yang terjadi di kapal pesiar kala itu, tak jarang Audrey kehilangan fokusnya. Melihatnya Mia segera saja mengambil alih pekerjaan Audrey.
"Hei kau ini kenapa?" tanya Mia.
"Aku …." jawab Audrey meragu.
"Aku tidak apa," jawab Audrey dengan suara tercekat.
"Aku sangat mengenalmu, katakan ada apa?" tanya Mia.
Audrey langsung saja memeluk Mia dan menangis sejadi-jadinya, "hei tenanglah aku ada di sini," ujar Mia menenangkan.
"Jadi katakanlah kepadaku apa yang terjadi!" pinta Mia.
Audrey menceritakan apa yang terjadi pada dirinya malam itu, di Autumn of the Seas. Mendengarnya membuat darah Mia terasa mendidih, Mia adalah orang yang paling mengerti bagaimana Audrey berjuang keluar dari keadaan Autismenya, dan sekarang dia harus menyaksikan teman baiknya ini mengalami trauma seperti ini.
"Maafkan aku ...." ujar Mia tak bisa berkata-kata lagi.
"Maafkan aku karena tidak ada bersamamu di malam itu, tidak menjagamu dengan baik," ujar Mia.
"Kau tidak salah, hanya saja nasibku begitu buruk," ujar Audrey.
"Apa kau ingat bagaimana wajahnya?" tanya Mia.
"Ya, sangat jelas," jawab Audrey.
"Sayang! Ini pasti sangat berat untukmu," ujar Mia lagi sambil memeluki Audrey.
"Kau duduk tenanglah disini, aku akan menanangani bagianmu," ujar Mia seraya bangkit berdiri dan meninggalkan Audrey.
"Stefan Wyatt," ucap Audrey lirih sendu.
Tiba-tiba saja nama Stefan Wyatt menjadi nama yang tidak bisa dihapus jejaknya dari hati dan ingatan Audrey.
Audrey berdiri lalu pergi ke arah balkon roof toop hotel tempat dia bekerja paruh waktu. Audrey melepaskan ikatan kepangan rambutnya, Angin malam mengehebuskan tiupan yang indah ke rambut hitam Audrey. Audrey mendongak ke atas, menatap bintang di langit seraya menahan butiran bening dari matanya agar tidak terjatuh.
Audrey merentangakan tangannya dan mengehela nafas panjang, lalu menghapus air matanya yang sedikit terjatuh di sudut matanya. Audrey merapihkan rambutnya lalu bergegas kembali bekerja, karena tak ingin membuat Mia bekerja keras mengerjakan pekerjaan bagiannya."Mia biakarkan aku yang mengerjakannya, kau ini adalah malaikatku. Mana boleh membiarkanmu sakit," ujar Audrey."Apa sudah merasa lebih baik?" tanya Mia."Ya aku sudah jauh merasa lebih baik," jawab Audrey.Mia menyerahkan pekerjaan yang ada di tangannya kepada Audrey. Lalu pergi bergegas menangani bagian pekerjaannya.Audrey kembali bersibuk mengerjakan pekerjaannya, "Hei kau!" panggil kapten pelayan."Antarkan ini ke meja VIP disana!" perintah kapt
Audrey menjalani hari-hari tenangnya, Audrey berkuliah seperti biasa, belajar bersama Xander di perpustakaan. Hari ini akan ada seminar tentang bisnis, dengan narasumber pengusaha sukses yang namanya dirahasiakan."Audrey! Ayo," ajak Xander seraya membantu membawakan tumpukan buku ditangan Audrey lalu menggandengnya masuk ke dalam aula. Sebuah mata memandang tajam kepada Audrey dan Xander dari balik jendela Aston Martin.Audrey dan Xander duduk di kursi barisan paling depan. Sesekali Xander memperlihatkan ponselnya kepada Audrey untuk memperlihatkan video-video lucu. Mereka nampak tersenyum bersama dengan bahagia.Sepasang mata yang menatapi mereka tadi merasa tidak senang hati, "Arthur!" panggil Stefan.Stefan membisikan sesuatu kepada Arthur, "baik Tuan," jawab Arthur.
Audrey memandangi kamar utama tersebut, "Ini lebih luas dari Apartemenku," ujar Audrey."Panggil kami jika membutuhkan sesuatu, makan malam akan siap pada jam tujuh malam," ujar pelayan tersebut."Baik terima kasih," jawab Audrey.Audrey duduk di lantai, memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya.Audrey tak bisa menahan kesedihan dihatinya, dan akhirnya pun menangis. Audrey benar-benar merasa sendirian, tidak ada pelindung.Setelah makan malam, beberapa pelayan membantu Audrey berbersih diri , "hei, aku bisa melakukannya sendiri," ujar Audrey."Tuan Stefan meminta kami mempersiapkan Nona, Tuan akan datang malam ini," jawab mereka.'Degh' hati Audrey
"Ada apa?" tanya Audrey kepada Stefan."Kita akan makan siang," jawab Stefan."Tuan Wyatt!" panggil Audrey sedikit marah."Apa ini tidak keterlaluan? memanggilku hanya untuk ini," ujar Audrey."Bukankah kau bisa meminta tunanganmu untuk menemanimu makan," ujar Audrey lagi."Siapa?" tanya Stefan."Tunanganmu," jawab Audrey mengeraskan suaranya."Hari ini dia datang ke Villa, Tuan jika kau sudah memiliki tunangan. Lalu mengapa masih menginginkanku?" tanya Audrey."Tidak bisakah kau melepaskanku?" tanya Audrey."Dengar wanita! jika aku sudah
Setelah berkali-kali memuaskan diri atas tubuh Audrey, Stefan pun terlelap dengan nyenyaknya. Audrey terbangun memgambil ponsel diatas nakasnya untuk melihat jam."Jam delapan pagi," gumam Audrey."Ah dasar brengsek, benar-benar tak tahu batas," Audrey merutuki Stefan seraya memandangi tanda merah-merah di tubuhnya.Audrey duduk bersandar di ranjang, lalu ingin sedikit membuka artikel di media sosial, Audrey perlahan mengambil jari jempol Stefan dan memindainya di ponsel Stefan untuk membuka kunci ponsel Stefan.Audrey membaca-baca artikel yang sedang viral, tiba-tiba tangannya terhenti di satu artikel. Itu adalah artikel tentang Stefan yang terlihat baru keluar dari klub malam mewah bersama artis papan atas.Audrey menghela nafas
Dokter segera datang dan memeriksa keadaan Audrey. Mengecek dan memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi dokter pun meninggalkan kamar Audrey. Stefan masuk ke kamar Audrey, berdiri bersedekap di depan Audrey, "Wanita ini benar-benar keras kepala," pikir Stefan. Stefan bersimpuh di sisi ranjang Audrey, melihat Audrey tertidur dengan mengernyitkan alisnya, "Apa yang ada di pikiranmu, terkadang aku benar-benar tidak bisa membacanya," pikir Stefan lagi. Stefan meninggalkan Audrey yang ternyenyak di kamarnya. Stefan mengambil kunci mobilnya dan melajukannya ke salah satu klub mewah yang biasa dia datangi. Stefan memanggil beberapa temannya untuk menemaninya. Grey dan Gerson, yang biasa di juluki 2G adalah teman baik Stefan. "Ada apa ini, Tuan Wyatt berinisiatif mengundang k
Grey memandangi Audrey yang masih belum tersadar, wajah Audrey masih terlihat pucat.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang di geser dengan keras, Grey melihat ke arah pintu lalu melihat seorang wanita tengah berdiri disana."Audrey!" panggil Mia dengan panik.Mia mengetahui tentang keadaan Audrey, dari sepupunya yang bekerja di ruang IGD di rumah sakit ini."Apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan kepadanya?" tanya Mia lalu menampar keras pipi Grey.Nafas Mia naik turun menahan marah dengan mata memerah menahan tangis, "Brengsek katakan apa yang telah kau lakukan padanya?.Grey menahan kebas di pipinya baru kali ini dia ditampar oleh wanita dengan sangat keras.
Audrey membuka buku sketsa yang baru saja dia beli, Audrey sudsh terbiasa menggambar design pakaian semenjak dia kecil. Sebagai penderita Autisme Audrey membatasi minatnnya hanya pada melukis design. Hal inilah yang sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi Audrey terhadap orang lain. Ibu dan adik tiri Audrey menjadikan kelemahan Audrey ini untuk mengusir Audrey dari rumah. Merangkai rencana seakaan Audrey adalah anak yang liar dan berbahaya. Mereka melakukan cara kotor, memprovokasi Audrey sehingga Audrey merasa kesal saat rutinitasnnya terganggu. Penderita Autisme juga memiliki gangguan kecemasan dan cenderung mudah depresi. Ibu dan anak membuat Audrey terlihat sebagai pengacau di dalam keluarga yang selalu saja mengamuk, meraung tidak bisa berbicara. Karena itulah A
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s
"Mengapa kau begitu tega kepada kami?' tanya Mia dengan suara tercekat menahan tangis."Maafkan aku, maafkan aku," tukas Audrey.Audrey menceritakan kejadian malam itu, alasan mengapa dia lebih memilih menghilang bersama bayinya, Mia langsung saja memeluk Audrey, "jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi," pinta Mia."Aku janji," ujar Audrey.Begitu mereka memasuki ruangan tempat para pria mereka menunggu, dengan tiba-tiba saja Mia berdiri di depan Stefan. Merasa bingung Stefan dan Gery pun bangun secara bersamaan. Dengan tiba-tiba saja Mia melayangkan tangannya dan "plak" tangan Mia mendarat di pipi Stefan."Itu karena telah membuat Audrey-ku pergi meninggalkanku selama bertahun- tahun!" tukas kesal Audrey.Stefan hanya mengusap-usap lembut pipinya, tidak melawan sama sekali karena memang merasa dirinya bersalah. Gery segera menarik Audrey, menenangkan MIa yang masih bersungut kesal., "sayang tenanglah, ada Hugo di sini," nasehat Gery.
Setelah meminum air buah timun buatan Nyonya Aleida maka barulah Stefan sedikti merasa lebih baik, Audrey berjalan kearah Stefan yang terlihat lemas itu. Sementara Hugo yang tadi telah mencuri dengar sedikit merasa tiba melihat Papa-nya yang sedang sakit itu. Hugo masuk ke kamarnya, lalu merebakan dirinya di ranjang besarnya, memandangi langit-langit seraya berpikir tentang sesuatuSementara Audrey berdiam duduk di sofa menjaga Stefan. Audrey terlelap sambil duduk, Stefan membuka kedua matanya. Merasa sudah lebih baik maka Stefan pun mencoba bangun. Stefan memperhatikan Audrey yang sedah terlelap dan merasa jika kecantikan Audrey tidak memudar sedikitpun. Stefan mencoba bangun, namun masih tersisa sedikti rasa sakit di perutnya sehingga Stefan sediit meringis. Mendengar suara Stefan yang sedang menahan sakit, langsung saja Audrey berdiri dan duduk di sisi Stefan."Apakah masih sakit, katakan bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya Audrey dengan terlihat panik.
Audrey masuk ke rumah sambil bersungut tak percaya jika Stefan mau berkemping di depan rumah mereka, "lihat saja mereka akan bertahan sampai kapan," gumam Audrey.Nyonya Aleida dan Hugo juga ada mengintip dari balik tirai jendela rumah mereka, "itu, apakah mereka benaran akan tidur di luar?" ujar Nyonya Aleida."Biarkan saja jika mereka mau, tak usah pikir lagi dan tak usah dilihat lagi!" tukas Audrey seraya menggendong Hugo untuk masuk kedalam kamarnya.Dalam hati, Hugo juga ada sedikit rasa kasihan terhadap Papa-nya itu. Namun Hugo masih belum bisa menerima kehadiran Stefan setelah mengetahui cerita keadaan sebenarnya. Ketika tengah malam, Audrey terbangun perlahan karena tidak ingin membangunkan Hugo, Audrey berjalan ke ruang tam lalu menyibak tirai jendela mereka dan mengintip keadaan Stefan dan Xavier."Mereka benaran tidur diluar sana," ujar pelan Audrey.Audrey masih sangat mencintai pria yang sedang menungguinya di luar rumahnya itu, namun
"Sebentar," ujar Xavier menarik tangan Stefan."Tidak! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tukas Stefan."Hei! sabarlah, ku akan mengecek lokasi mereka dulu ada dimana sekarang," jelas Xavier."Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.Xavier mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai membuka media sosial, mulai menggerakan jarinya di layar ponselnya lalu xavier tersenyum."Dapat," ujarnya kesenangan."Apa?" tanya Stefan bertambah bingung."Ayo!" ajak Xavier.Di media sosial tadi, Xavier mencari tahu Food Truck Hugo sedang berjualan di daerah mana. Xavier pun melajukan mobilnya dengan cepat. Sementara Stefan berdebar-debar. Mobil yang sedang dilajukan ini akan segera membawa dirinya bertemu dengan Audrey dan putranya.Setelah berkendara beberapa jam, maka mereka pun tiba. Terlihat banyak antrian di depan Food Truck, Stefan pun tak bisa menguasai diri dan ingin menyelak antrian. Namun malam memancing keributan, Audrey
Begitu tiba, Xavier segera saja masuk ke kamar Stefan, melihat Stefan sudah tertidur langsung saja Xavier menarik selimut Stefan."Hei ada apa ini?" tanya Stefan limbung.Xavier mengambil rambut Stefan beserta akarnya, "kelak kau akan berterima kasih kepadaku," ujar Xavier langsung saja bergegas pergi lagi keluar."Apakah dia sedang keracunan makanan," gumam Stefan seraya melihat jam diatas nakasnya yang menunjukan jika ini masih jam lima pagi.Stefan pergi ke rumah sakit menemui dokter kenalannya, "aku ingin kau melakukan tes DNA untuk ini," ujar Xavier."Kau memintaku datang pagi-pagi sekali hanya untuk ini?" tanya Alex."Sudah lakukan saja, nanti akan kupastikan kakak-ku mem
panggilan Hugo membuyarkan lamunan Audrey, "Ma!" panggil Hugo lagi.Audrey pun segera mengembalikan kesadarannya, dirinya masih begitu mencintai Stefan namun tidak bisa memaafkan sikap Stefan waktu itu yang lebih memilih menyelamatkan dirinya ketimbang buah cinta mereka, "Maaf! Mama hanya sedikti haus saja," jawab Audrey yang melihat tatapan kekhawatiran dimata putranya itu.Sementara itu di Wyatt Group, Stefan tengah dilanda kebosanan dan kerinduan mendalam, lalu mencoba mengecek lagi rekaman CCTV waktu itu. Satu persatu Stefan memperhatikan untuk melihat kejanggalan namun tidak menemukan apa-apa, sekali lagi Stefan memutar rekaman CCTV ketika Nyonya Aleida keluar dari kamar rawat Audrey.Stefan menghentikan rekaman lalu memutar balik kembali, Stefan memperhatikan pada saat itu ada sebuah tali gelang yang sedikit menjuntai. Itu adalah gelang pasangan yang pernah Stefan berikan untuk Audrey. Dengan impulsif Stefan segera keluar ruanganya m