"Ada apa?" tanya Audrey kepada Stefan.
"Kita akan makan siang," jawab Stefan.
"Tuan Wyatt!" panggil Audrey sedikit marah.
"Apa ini tidak keterlaluan? memanggilku hanya untuk ini," ujar Audrey.
"Bukankah kau bisa meminta tunanganmu untuk menemanimu makan," ujar Audrey lagi.
"Siapa?" tanya Stefan.
"Tunanganmu," jawab Audrey mengeraskan suaranya.
"Hari ini dia datang ke Villa, Tuan jika kau sudah memiliki tunangan. Lalu mengapa masih menginginkanku?" tanya Audrey.
"Tidak bisakah kau melepaskanku?" tanya Audrey.
"Dengar wanita! jika aku sudah tidak menginginkanmu tapi jika aku menginginkan pria lain tidak ada yang menyentuhmu, maka mereka selangkah pun tidak akan berani mendekatimu," jelas Stefan.
"Jadi pahamilah kedudukanmu," ujar Stefan.
Audrey mengeratkan rahangnya menahan marah, tak habis pikir mengapa dirinya bisa terjerat semakin dalam dengan pria yang duduk disampingnya ini.
Stefan membawa Audrey ke salah satu restoran mewah, Meski bukan orang dari kalangan mampu namun Mia dan keluarganya mengajari etika makan dengan baik kepada Audrey. Mereka benar-benar memperlalukan Audrey layaknya putri kandung, berperan besar atas kesembuhan Audrey dari Autisme. karena itu Audrey rela mengorbankan dirinya hanya demi menolong Mia dan keluarganya. Audrey menganggap ini adalah balas budinya.
Audrey berjalan di belakang Stefan, semua mata memandangi Audrey, sungguh sangat tidak enak menerima tatapan mendelik seperti itu. Stefan berhenti sesaat karena sebuah panggilan telpon masuk ke ponselnya.
Audrey sedikit melangkah menjauh, melihat-lihat suasana restoran mewah tersebut, tiba-tiba ada yang menarik lengan Audrey lalu menyiramnya dengan segelas air.
Audrey: "…."
Stefan melihatnya dan segera memutuskan sambungan ponselnya, "apa yang kau lakukan?" tanya Stefan dengan nada mendalam.
Philia: "…."
"Ahh …." gumam Audrey.
Mata Audrey memerah memandangi Stefan, karena pria dihadapannya ini maka dirinya bisa diperlakukan dan dipermalukan seperti ini. Audrey segera bergegas pergi meninggalkan restoran dan langsung menaiki taksi yang ada di depannya.
"Stefan!" panggil Philia dengan marah.
"Aku ini tunanganmu," ujar Philia.
"Aku tidak pernah menyetujuinya," jawab Stefan.
"Hubungan kita hanya sebatas perjanjian bisnis keluarga, tidak ada kaitannya denganku. Jadi dengan siapa aku memilih menghabiskan hariku bukan urusanmu!" jawab Stefan dingin.
"Lagipula kita belum pernah meresmikan pertunangan!" ujar Stefan lagi mempertegas.
Stefan pergi meninggalkan Philia yang berdiri menahan marah. Stefan segera masuk ke mobilnya untuk mengejar Audrey.
"Pergi kemana?" tanya Stefan kepada Ethan.
"Nona Audrey menaiki taksi, kembali ke apartemenya," jawan Ethan.
"Pergi kesana!" perintah Stefan.
Merasa sangat marah, dengan impulsifnya Audrey memasukan baju-baju yang ada di aprtemennya ke dalam koper. Audrey berniat melarikan diri dari Stefan, meski itu mustahil. Audrey terkejut begitu membuka pintu, Stefan telah berdiri di depannya.
"Mau melarikan diri?" tanya Stefan.
"Aku …." jawab Audrey.
Stefan mengambil koper Audrey lalu menendangnya, "sekali lagi kau berani kembali ke apartemen ini! Maka akan kuhancurkan apartemen ini!" ancam Stefan.
"Pria ini sudah benar-benar gila," ujar Audrey.
"Tuan Wyatt, kau sudah memiliki tunangan lalu mengapa kau menahanku untuk bersamamu?" tanya Audrey.
"Lepaskanlah aku!" pinta Audrey.
Stefan mendorong tubuh Audrey ke dinding, Stefan meraih dagu Audrey.
"Tidak ada yang bisa mendikteku, termasuk kau!" jawab Stefan.
"Jika aku sudah bosan, barulah kau bisa pergi," jawab Stefan lagi seraya mencium dalam-dalam bibir Audrey, dan sedikit menggigitnya sehingga sedikit berdarah disana.
Pada akhirnya Stefan membawa kembali Audrey ke Villa, "Tempatmu di sini, priamu hanya boleh aku dan hanya aku!" ujar Stefan dengan angkuhnya seraya melemparkan tubuh Audrey ke ranjang.
"Katakan dengan siapa kau melakukannya sebelum dengan aku?" tanya Stefan dengan nada marah namun saling tetap memeluki tubuh Audrey.
"Apakah dia lebih hebat dariku?" tanya Stefan lagi sambil menggingit leher Audrey.
"Kau benar-benar sudah gila!" Jawab Audrey.
Stefan lagi-lagi merengkuh tubuh Audrey, ini seakan sudah menjadi candu tubuh Stefan. Yang tak pernah merasa puas jika hanya sekali merengkuhnya, tubuh Stefan selalu menagih berkali-kali akan tubuh Audrey.
Setelah puas, Stefan meninggalkan kamar Audrey begitu saja dengan dinginnya. Aufdrey masih di atas ranjang, melihat langit-langit kamarnya, butiran-butiran bening terjatuh dalam hening. Di setiap kali Stefan menguasai tubuhnya, Audrey benar-benar merasa jijik dan benci.
"Ibu," panggil Audrey lirih.
"Bisakah kau menjemputku!" pinta Audrey dalam hati.
Sementara itu Mia dan Xander merasa sangat khawatir karena beberapa hari tidak ada kabar dari Audrey. Karena percobaan melarikan diri kemarin, Stefan mengurung Audrey di kamarnya tanpa ponsel. Stefan benar-benar membuat Audrey hanya menunggu kedatangan dirinya ke Villa. Jika Stefan datang maka barulah Audrey bisa keluar kamar, berjalan sebentar di taman.
Hari ini pelayan mengatakan bahwa Tuan Wyatt akan datang. Audrey pun segera bersiap, dia harus bisa merayu Stefan untuk mengijinkannya kembali beraktifitas di luar.
Selesai mandi, Audrey mengeringkan rambutnya, memakai body lotion di seluruh tubuhnya, lalu memakai lip balm dan parfum kesukaan Stefan.
Semua parfum yang ada di atas meja rias Audrey adalah parfum kesukaan Stefan. Audrey berdiri di depan lemari Stefan, lalu memilih kali ini kemeja mana yang akan dia pakai. Audrey sudah memahami jika Stefan sangat menyukainya dia memakai kemeja. Jika ini adalah satu-satunya cara mengembalikan kebebasannya meski hanya setengah kebebasan, maka ini patut dicoba pikir Audrey.
Stefan datang di malam hari, hari ini Stefan baru saja kembali dari dinas luar. Beberapa hari tak merasakan tubuh Audrey, Stefan sudah seperti menggila, ini seperti melebihi candu heroin yang menjangkiti seluruh syaraf tubuh. Stefan menuju ke kamar utama seraya membuka kancing lengan kemejanya dan mengendurkan dasinya dengan gerakan yang elegan. Gerakan Stefan terhenti ketika melihat Audrey tengah berdiri menunggunya dengan manis di kamar mereka.
"Apa kau sedang menungguku?' tanya Stefan.
Audrey berjalan ke arah Stefan, lalu melingkarkan kedua tangannya ke leher Stefan dan memberikan senyuman indahnya kepada Stefan.
Audrey menciumi leher Stefan, lalu membuka beberapa kancing kemeja Stefan, "Tuan bisakah kau mengijinkan aku kekuar lagi!" pinta Audrey.
Perasaan senang yang baru saja Stefan rasakan tadi seketika jatuh menghilang, Audrey bersikap manis kepadanya karena sedang meminta kebebasan kepadanya.
Stefan meraih pinggang Audrey untuk semakin erat dekat kepada tubuhnya, "itu tergantung bagaimana kerjamu hari ini di ranjang, sayang!" jawab Stefan.
Hati Audrey benar-benar bergemuruh, namun apa daya dirinya saat ini hanyalah seorang tawanan yang ingin lepas.
Audrey tiba-tiba saja meloncat kedalam gendongan tangan Stefan, "kalau begitu bawa aku ke ranjang, sekarang!" bisik Audrey sambil menjilati telinga Stefan.
Merasa jika tubuhnya sudah sangat merindu dengan tubuh Audrey, Stefan segera membawa Audrey ke ranjang besar mereka.
Audrey segera saja menarik tubuh Stefan lalu Audrey duduk diatas tubuh Stefan.
"Tuan! kau jangan ingkar janji yah!" pinta Audrey sekaligus mengingatkan.
Setelah berkali-kali memuaskan diri atas tubuh Audrey, Stefan pun terlelap dengan nyenyaknya. Audrey terbangun memgambil ponsel diatas nakasnya untuk melihat jam."Jam delapan pagi," gumam Audrey."Ah dasar brengsek, benar-benar tak tahu batas," Audrey merutuki Stefan seraya memandangi tanda merah-merah di tubuhnya.Audrey duduk bersandar di ranjang, lalu ingin sedikit membuka artikel di media sosial, Audrey perlahan mengambil jari jempol Stefan dan memindainya di ponsel Stefan untuk membuka kunci ponsel Stefan.Audrey membaca-baca artikel yang sedang viral, tiba-tiba tangannya terhenti di satu artikel. Itu adalah artikel tentang Stefan yang terlihat baru keluar dari klub malam mewah bersama artis papan atas.Audrey menghela nafas
Dokter segera datang dan memeriksa keadaan Audrey. Mengecek dan memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi dokter pun meninggalkan kamar Audrey. Stefan masuk ke kamar Audrey, berdiri bersedekap di depan Audrey, "Wanita ini benar-benar keras kepala," pikir Stefan. Stefan bersimpuh di sisi ranjang Audrey, melihat Audrey tertidur dengan mengernyitkan alisnya, "Apa yang ada di pikiranmu, terkadang aku benar-benar tidak bisa membacanya," pikir Stefan lagi. Stefan meninggalkan Audrey yang ternyenyak di kamarnya. Stefan mengambil kunci mobilnya dan melajukannya ke salah satu klub mewah yang biasa dia datangi. Stefan memanggil beberapa temannya untuk menemaninya. Grey dan Gerson, yang biasa di juluki 2G adalah teman baik Stefan. "Ada apa ini, Tuan Wyatt berinisiatif mengundang k
Grey memandangi Audrey yang masih belum tersadar, wajah Audrey masih terlihat pucat.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang di geser dengan keras, Grey melihat ke arah pintu lalu melihat seorang wanita tengah berdiri disana."Audrey!" panggil Mia dengan panik.Mia mengetahui tentang keadaan Audrey, dari sepupunya yang bekerja di ruang IGD di rumah sakit ini."Apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan kepadanya?" tanya Mia lalu menampar keras pipi Grey.Nafas Mia naik turun menahan marah dengan mata memerah menahan tangis, "Brengsek katakan apa yang telah kau lakukan padanya?.Grey menahan kebas di pipinya baru kali ini dia ditampar oleh wanita dengan sangat keras.
Audrey membuka buku sketsa yang baru saja dia beli, Audrey sudsh terbiasa menggambar design pakaian semenjak dia kecil. Sebagai penderita Autisme Audrey membatasi minatnnya hanya pada melukis design. Hal inilah yang sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi Audrey terhadap orang lain. Ibu dan adik tiri Audrey menjadikan kelemahan Audrey ini untuk mengusir Audrey dari rumah. Merangkai rencana seakaan Audrey adalah anak yang liar dan berbahaya. Mereka melakukan cara kotor, memprovokasi Audrey sehingga Audrey merasa kesal saat rutinitasnnya terganggu. Penderita Autisme juga memiliki gangguan kecemasan dan cenderung mudah depresi. Ibu dan anak membuat Audrey terlihat sebagai pengacau di dalam keluarga yang selalu saja mengamuk, meraung tidak bisa berbicara. Karena itulah A
Audrey merapihkan gaunnya dengan mata sembab, begitu sampai di Villa Audrey segera keluar dari mobil dan berlari kecil menjauhi Stefan.Stefan hanya menatapi dingin kepergian Audrey, "kembali ke mansion!" perintah Stefan.Stefan menyenderkan kepalanya di kursi mobilnya, memejamkan matanya dan memijit-mijit pelipisnya. Stefan merasa semakin Audrey menentangnya maka semakin ingin Stefan menguasai Audrey.Stefan menimang-nimang rasa di hatinya, namun semua tertutup oleh sikap egois dan arogantnya."Dia tidak berbeda jauh dengan wanita-wanita yang bersedia berbagi ranjang denganku," ujar Stefan dalam hati, meyakinkan pendapatnya sendiri.Audrey menghabiskan hari-harinya seperti hari-hari sebelumnya, menunggu kedatangan Stefan. Sementara itu
Telah berjuang keras keluar dari dunia Autisme maka itu membuat Audrey bisa menaikan tingkat daya juang Audrey untuk hidup. Audrey mengamati sekeliling, Audrey memiliki keahlian bisa dengan cepat menfokuskan diri. Audrey melihat sebuah alat yang biasa dipakai untuk memangkas rumput liar diladang.Audrey mengambilnya dengan susah payah meletakannya agak sedikit berdiri disanggah sedikit oleh sebuah celah, lalu mulai menggesek ikatan tali di tangannya. Dan berhasil terbuka.Audrey mulai mencari cara untuk melarikan diri. Satu-satunya pintu keluar hanya ada satu, dan itu terkunci.Audrey mengambil alat yang tadi baru saja dia gunakan untuk membuka tali ikat tangannya. Lalu berdiri menunggu di balik pintu. Dengan sabar Audrey menunggu, akhirnya pintu terbuka, dan langsung saja Audrey menancapkan alat itu di tubuh pria asing yang me
"Aku akan membawanya pergi dari neraka ini," ujar Mia.Mia memapah Audrey turun dari ranjang, "ayo sayang, aku akan membebaskanmu dari neraka ini," ujarnya lagi."Berhenti!" perintah Stefan."Apa kau ingin benar-benar membunuhnya?" tanya Mia dengan marah."Lepaskanlah dia!" pinta Mia."Dia tidak berhutang apa-apa kepadamu, tapi kaulah yang berhutang banyak kepadanya," jawab Mia."Katakan sekali lagi tentang apa yang baru saja kau katakan sebelumnya!" ujar Stefan.Mia terdiam, mengambil nafas panjang lalu mulai menceritkan kejadian malam itu di kamar 666."Jika malam terlaknat itu t
"Hei! apakah kita makan di restoran itu saja," pinta Grey.Stefan menutup berkasnya dengan tetap memandangi Audrey, berjuta kata ingin di ucap saat Audrey pergi namun semua tertahan.Stefan pun mengangguk dengan permintaan Grey. Mereka pun masuk ke dalam restoran tersebut, Stefan memilih tempat duduk yang tak bisa dilihat Audrey, namun dirinya dapat melihat jelas Audrey.Stefan ingin sekali menepis semua serpihan rindu yang telah ditahannya selama bertahun-tahun.Kedua teman baik itu makan dengan leluasanya, tak merasa jika sedang di perhatikan oleh dua pria.Ketika sedang asyik menikmati seorang pria mendekati mereka dan menyapa Audrey."Nona Audrey," sapa dokter harold.
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s
"Mengapa kau begitu tega kepada kami?' tanya Mia dengan suara tercekat menahan tangis."Maafkan aku, maafkan aku," tukas Audrey.Audrey menceritakan kejadian malam itu, alasan mengapa dia lebih memilih menghilang bersama bayinya, Mia langsung saja memeluk Audrey, "jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi," pinta Mia."Aku janji," ujar Audrey.Begitu mereka memasuki ruangan tempat para pria mereka menunggu, dengan tiba-tiba saja Mia berdiri di depan Stefan. Merasa bingung Stefan dan Gery pun bangun secara bersamaan. Dengan tiba-tiba saja Mia melayangkan tangannya dan "plak" tangan Mia mendarat di pipi Stefan."Itu karena telah membuat Audrey-ku pergi meninggalkanku selama bertahun- tahun!" tukas kesal Audrey.Stefan hanya mengusap-usap lembut pipinya, tidak melawan sama sekali karena memang merasa dirinya bersalah. Gery segera menarik Audrey, menenangkan MIa yang masih bersungut kesal., "sayang tenanglah, ada Hugo di sini," nasehat Gery.
Setelah meminum air buah timun buatan Nyonya Aleida maka barulah Stefan sedikti merasa lebih baik, Audrey berjalan kearah Stefan yang terlihat lemas itu. Sementara Hugo yang tadi telah mencuri dengar sedikit merasa tiba melihat Papa-nya yang sedang sakit itu. Hugo masuk ke kamarnya, lalu merebakan dirinya di ranjang besarnya, memandangi langit-langit seraya berpikir tentang sesuatuSementara Audrey berdiam duduk di sofa menjaga Stefan. Audrey terlelap sambil duduk, Stefan membuka kedua matanya. Merasa sudah lebih baik maka Stefan pun mencoba bangun. Stefan memperhatikan Audrey yang sedah terlelap dan merasa jika kecantikan Audrey tidak memudar sedikitpun. Stefan mencoba bangun, namun masih tersisa sedikti rasa sakit di perutnya sehingga Stefan sediit meringis. Mendengar suara Stefan yang sedang menahan sakit, langsung saja Audrey berdiri dan duduk di sisi Stefan."Apakah masih sakit, katakan bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya Audrey dengan terlihat panik.
Audrey masuk ke rumah sambil bersungut tak percaya jika Stefan mau berkemping di depan rumah mereka, "lihat saja mereka akan bertahan sampai kapan," gumam Audrey.Nyonya Aleida dan Hugo juga ada mengintip dari balik tirai jendela rumah mereka, "itu, apakah mereka benaran akan tidur di luar?" ujar Nyonya Aleida."Biarkan saja jika mereka mau, tak usah pikir lagi dan tak usah dilihat lagi!" tukas Audrey seraya menggendong Hugo untuk masuk kedalam kamarnya.Dalam hati, Hugo juga ada sedikit rasa kasihan terhadap Papa-nya itu. Namun Hugo masih belum bisa menerima kehadiran Stefan setelah mengetahui cerita keadaan sebenarnya. Ketika tengah malam, Audrey terbangun perlahan karena tidak ingin membangunkan Hugo, Audrey berjalan ke ruang tam lalu menyibak tirai jendela mereka dan mengintip keadaan Stefan dan Xavier."Mereka benaran tidur diluar sana," ujar pelan Audrey.Audrey masih sangat mencintai pria yang sedang menungguinya di luar rumahnya itu, namun
"Sebentar," ujar Xavier menarik tangan Stefan."Tidak! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tukas Stefan."Hei! sabarlah, ku akan mengecek lokasi mereka dulu ada dimana sekarang," jelas Xavier."Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.Xavier mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai membuka media sosial, mulai menggerakan jarinya di layar ponselnya lalu xavier tersenyum."Dapat," ujarnya kesenangan."Apa?" tanya Stefan bertambah bingung."Ayo!" ajak Xavier.Di media sosial tadi, Xavier mencari tahu Food Truck Hugo sedang berjualan di daerah mana. Xavier pun melajukan mobilnya dengan cepat. Sementara Stefan berdebar-debar. Mobil yang sedang dilajukan ini akan segera membawa dirinya bertemu dengan Audrey dan putranya.Setelah berkendara beberapa jam, maka mereka pun tiba. Terlihat banyak antrian di depan Food Truck, Stefan pun tak bisa menguasai diri dan ingin menyelak antrian. Namun malam memancing keributan, Audrey
Begitu tiba, Xavier segera saja masuk ke kamar Stefan, melihat Stefan sudah tertidur langsung saja Xavier menarik selimut Stefan."Hei ada apa ini?" tanya Stefan limbung.Xavier mengambil rambut Stefan beserta akarnya, "kelak kau akan berterima kasih kepadaku," ujar Xavier langsung saja bergegas pergi lagi keluar."Apakah dia sedang keracunan makanan," gumam Stefan seraya melihat jam diatas nakasnya yang menunjukan jika ini masih jam lima pagi.Stefan pergi ke rumah sakit menemui dokter kenalannya, "aku ingin kau melakukan tes DNA untuk ini," ujar Xavier."Kau memintaku datang pagi-pagi sekali hanya untuk ini?" tanya Alex."Sudah lakukan saja, nanti akan kupastikan kakak-ku mem
panggilan Hugo membuyarkan lamunan Audrey, "Ma!" panggil Hugo lagi.Audrey pun segera mengembalikan kesadarannya, dirinya masih begitu mencintai Stefan namun tidak bisa memaafkan sikap Stefan waktu itu yang lebih memilih menyelamatkan dirinya ketimbang buah cinta mereka, "Maaf! Mama hanya sedikti haus saja," jawab Audrey yang melihat tatapan kekhawatiran dimata putranya itu.Sementara itu di Wyatt Group, Stefan tengah dilanda kebosanan dan kerinduan mendalam, lalu mencoba mengecek lagi rekaman CCTV waktu itu. Satu persatu Stefan memperhatikan untuk melihat kejanggalan namun tidak menemukan apa-apa, sekali lagi Stefan memutar rekaman CCTV ketika Nyonya Aleida keluar dari kamar rawat Audrey.Stefan menghentikan rekaman lalu memutar balik kembali, Stefan memperhatikan pada saat itu ada sebuah tali gelang yang sedikit menjuntai. Itu adalah gelang pasangan yang pernah Stefan berikan untuk Audrey. Dengan impulsif Stefan segera keluar ruanganya m