Setelah berkali-kali memuaskan diri atas tubuh Audrey, Stefan pun terlelap dengan nyenyaknya. Audrey terbangun memgambil ponsel diatas nakasnya untuk melihat jam.
"Jam delapan pagi," gumam Audrey.
"Ah dasar brengsek, benar-benar tak tahu batas," Audrey merutuki Stefan seraya memandangi tanda merah-merah di tubuhnya.
Audrey duduk bersandar di ranjang, lalu ingin sedikit membuka artikel di media sosial, Audrey perlahan mengambil jari jempol Stefan dan memindainya di ponsel Stefan untuk membuka kunci ponsel Stefan.
Audrey membaca-baca artikel yang sedang viral, tiba-tiba tangannya terhenti di satu artikel. Itu adalah artikel tentang Stefan yang terlihat baru keluar dari klub malam mewah bersama artis papan atas.
Audrey menghela nafas panjang, menggigit bibirnya dan menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Audrey segera bangkit dari ranjang dan mulai membersihkan dirinya, Audrey menggosok-gosok tubuhnya dengan keras seakaan ingin menghapus aroma jejak Stefan semalam.
Audrey sudah berpakaian rapih, melihat sejenak kearah Stefan yang masih terpulas, ada rasa pahit menyelimuti hati Audrey. Semalam Stefan memberikan setengah kebebasan kepada Audrey, dan untuk ini Audrey benar-benar harus membayar mahal. Merayu lebih dulu Stefan agar memberikan ijin.
Di depan gerbang Universitas nampak Mia sedang menunggu Audrey, "Kau kemana saja?" tanya Mia.
"Aku ….," jawab Audrey terdiam.
"K-kau apakah tidak berkuliah, mengapa datang kesini?" tanya Audrey.
"Ih kau ini, bagaimana aku bisa berkuliah jika aku sangat mengkhawatirkanmu," jawab Mia.
"Audrey!" panggil Xander.
"Kau kemana saja?" tanya Xander.
"Kalian berdua ini sangat cocok sekali," jawab Audrey.
Mia dan Xander saling berpandangan, "Mia kenalkan ini Xander, dan Xander kenalkan ini Mia," jelas Audrey.
"Kalian berdua adalah sahabat dan penjaga terbaikku," ujar Audrey.
Setelah berbincang sebentar, Mia pun pergi pamit. Xander memandangi Audrey lalu menghelan nafas panjang.
"Mengapa kau tak ingin bersandar kepadaku?" tanya Xander.
"Bukankah kita pernah membahas tentang ini," jawab Audrey.
"Ok, ok aku akan berhenti membahasnya," janji Xander.
Mereka pun pergi untuk masuk ke kelas. Sementara itu di mansion, Stefan baru saja terbangun. Stefan meraih sebelah ranjangnya namun menemukan sisi ranjangnya sudah kosong.
Stefan teringat jika semalam dirinya sudah memberikan ijin kepada Audrey. Sedikit menyesali namun dirinya bukanlah pria yang ingkar janji.
Stefan bangkit dari ranjangnya dan berbersih diri lalu pergi ke Wyatt Corporation.
"Bagaimana Xavier?" tanya Stefan.
"Tuan Xavier sedikit bermain dengan teman-temannya, namun tetap kembali ke asrama tepat waktu," jawab Arthur.
"Bagus, tetap perhatikan!" perintah Stefan.
Stefan benar-benar menjaga Xavier, karena musuh yang dimiliki Stefan sangat banyak. Stefan khawatir salah satu dari mereka akan menyakiti Xavier.
"Nona Audrey?" tanya Stefan.
"Hari ini Nona Audrey ada kelas," jawab Arthur.
Setalah itu Arthur menjelaskan jadwal-jadwal Stefan yang lain. Malam ini akan ada perjamuan makan malam resmi kenegaraan. Para tetua keluarga Wyatt meminta Stefan datang menghadiri dengan mengajak Philia, jelas saja Stefan menolak.
"Hubungi Bianca, biarkan dia yang menemaniku!" perintah Stefan.
"Baik Tuan," jawab Arthur.
Di Villa, Audrey merasa damai karena Stefan tidak akan datang. Audrey menyalakan televisi melihat pernikahan megah putri sofia dari spanyol dan putra mahkota.
"Sungguh pernikahan yang indah," puji Audrey sambil memakan keripik kentangnya.
Audrey memindahkan saluran lain dan melihat acara kenegaraan yang Stefan hadiri. Audrey masih dengan tenang memakan keripik kentangnya. Audrey berhenti mengunyah keripik kentangnya melihat Stefan menggandeng mesra wanita cantik.
"Benar-benar merusak mood," ujar Audrey seraya mematikan televisi.
Audrey pergi ke balkon, melihat pemandangan di luar sungguh berharap dirinya adalah seekor merpati yang dapat pergi terbang bebas semaunya. Audrey terduduk di lantai balkon, memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya. Sedari kecil duduk dengan posisi seperti ini sungguh menenangkan hati Audrey.
Sementara itu Stefan dan Bianca masih menikmati acara perjamuan kenegaraannya, "Tuan Wyatt apakah malam ini kau akan menghabiskan malam bersamaku?" tanya Bianca.
"Apa kau sedang kekurangan uang?" tanya Sarkasme Stefan.
"Ada berlian yang ingin kubeli," jawab Bianca.
Mendengar jawaban Bianca, Stefan teringat Audrey yang tak menginginkan apa-apa, tak pernah meminta. Bahkan Audrey berada di sisinya karena dirinya yang memaksa.
"Arthur!" panggil Stefan.
"Buku cek!" pinta Stefan.
Stefan menulis nominal angka yang cukup besar untuk Bianca lalu menandatanganinya.
"Coret nama Nona Bianca, lain kali tak perlu memanggilnya lagi!" perintah Stefan .
Mendengar hal itu Bianca pun terkejut, tak ingin kehilangan sumber hartanya Bianca mencoba mengejar Stefan, namun Arthur menghalanginya.
"Nona itu adalah cek kompensasi yang sepadan, jadi harap tahu diri," ujar Arthur.
Melihat isi nominal cek yang cukup besar, Bianca pun akhirnya menerimanya. Baginya tak ada rugi, esok dia akan mencari sumber yang lain.
Stefan kembali ke Villa dengan rasa merindu sentuhan kulit Audrey. Sesampainya di Villa Stefan melihat Audrey terpulas dengan damainya. Stefan memilah-milah hatinya dan merasa bingung sejak kapan hanya dengan melihat gadis ini hatinya terasa menjadi begitu senang.
Stefan bergegas kembali melajukan mobilnya kembali ke mansionnya. Stefan malam ini akan melepaskan Audrey, karena dirinya berhari-hari sudah mencicipi Audrey tanpa jeda. Stefan sedikit melonggarkan cengkramannya kepada gadis mungil tersebut.
Beberapa hari kemudian, Xavier datang ke Villa ibunya, karena sedang merasa rindu. Namun alngkah terkejutnya ketika Xavier melihat sosok Audrey.
"Dia bukankan wanita di kapal pesiar itu?" pikir Xavier.
"K-kau siapa ….?" tanya Xavier dengan tatapan penasaran dan ingin tahu.
"A-aku …." Audrey pun merasa bingung menjawabnya.
"Aku berkerja pada Tuan Stefan Wyatt," jawab Audrey sembarang.
"Bekerja ….?" pikir Xavier.
"Apa kau selirnya yang baru?" tanya Xavier.
"Bukan urusanmu!" jawab ketus Audrey.
"Jelas ini urusanku! aku tidak mengijinkanmu tinggal di Villa ini," ujar Xavier.
"Terserah saja, bukan aku yang ingin tinggal disini. Namun Tuan Stefan yang membawaku ke sini," jelas Audrey.
"Aku akan sangat berterima kasih kepadamu, jika bisa membuatku keluar dari Villa ini," ujar Audrey.
Xavier langsung saja mengambil ponsel dari sakunya dan mulai menelpon Stefan.
"Ada apa ini, kau menaruh selirmu di Villa ibu kita?" tanya Xavier.
"Itu sudah jadi keputusanku, tidak usah ikut campur!" jawab Stefan.
"Tapi …." ujar Xavier, namun Stefan segera memutuskan panggilan tersebut.
Xavier menatapi ponselnya yang meredup. Dari dulu memang Stefan tidak pernah bisa di dikte untuk hal apapun juga. Stefan adalah pilar utama keluarga Wyatt, di tangannya Wyatt corporation mendapatkan keuntungan yang benar-benar berlipat. Jadi meski Stefan mendominasi di sana-sini satupun tidak ada yang berani melawannya.
"Jadi bagaimana? apakah dia menyetujuinya?" tanya Audrey dengan mata berbinar.
"Tidak," jawab Xavier.
"Ah ternyata kau pun tak bisa membantuku agar diusir pergi dari Villa ini," ujar lirih Audrey sambil bergegas pergi meninggalkan Xavier yang masih menatapi Audrey dalam kelimbungannya.
"Mengapa pelayan itu bisa ada disini dan mengenal kakak-ku?" pikir Xavier lagi.
Sementara itu karena Audrey tidak bisa pergi dengan seenak hatinya, Audrey memutuskan berjalan-jalan ke taman Villa.
"Villa ini sangat indah, namun mengapa pemiliknya sepertinya tidak memiliki hati," ujar Audrey sedikit mendengus kesal.
Audrey melihat-lihat ada rumah kaca yang berisi bunga-bunga aneka warna dan juga ada danau buatan.
Audrey memasuki rumah kaca tersebut dan sangat mengagumi keindahan-keindahan bunga-bunga yg ditanam. Audrey baru saja ingin menyentuh salah satu bunga, namun tiba-tiba tangannya di tarik oleh seseorang.
"Hei!" pekik Stefan.
"Siapa yang mengijinkanmu datang kemari!" tanya Stefan.
"A-aku hanya sedikit merasa bosan lalu memutuskan berjalan-jalan," jawab Audrey.
"Tidakkah di kontrak tertulis jika area ini adalah area terlarang," ujar Stefan.
"Kontrak?" pikir Audrey.
Audrey pun teringat jika dia waktu itu menandatangani kontrak tanpa membacanya dulu.
Merasa kesal, Audrey mendorong tubuh Stefan, "persetan dengan perjanjian itu, aku sungguh membencimu!" pekik Audrey sambil berlalu pergi.
"Hei! apa kau baru saja menantangku," hardik Stefan.
"Ya kau adalah pria pengecut yang pernah kutemui, memakai kekuasaanmu hanya untuk menahanku," jawab Audrey.
"Kau ini benar-benar lemah," balas hardik Audrey kepada Stefan.
Tak senang hati, Stefan mempercepat langkahnya mengejar Audrey. Melihat Stefan mengejarnya Audrey mempercepat langkahnya juga, tak memperhatikan langkahnya Audrey tiba-tiba saja terjatuh kedalam danau buatan yang memisahkan rumah kaca dengan taman Villa.
Audrey tak bisa berenang dan semakin jatuh mendalam ke dalam danau. Stefan yang melihatnya segera saja melepas jaketnya dan melompat kedalam danau untuk menyelamtkan Audrey.
Stefan berhasil meraih tangan Audrey lalu menariknya keatas. Stefan mengenakan jaketnya ke tubuh Audrey lalu membawanya masuk ke Villa.
"Panggil dokter!" perintah Stefan kepada salah satu pelayan.
Dokter segera datang dan memeriksa keadaan Audrey. Mengecek dan memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi dokter pun meninggalkan kamar Audrey. Stefan masuk ke kamar Audrey, berdiri bersedekap di depan Audrey, "Wanita ini benar-benar keras kepala," pikir Stefan. Stefan bersimpuh di sisi ranjang Audrey, melihat Audrey tertidur dengan mengernyitkan alisnya, "Apa yang ada di pikiranmu, terkadang aku benar-benar tidak bisa membacanya," pikir Stefan lagi. Stefan meninggalkan Audrey yang ternyenyak di kamarnya. Stefan mengambil kunci mobilnya dan melajukannya ke salah satu klub mewah yang biasa dia datangi. Stefan memanggil beberapa temannya untuk menemaninya. Grey dan Gerson, yang biasa di juluki 2G adalah teman baik Stefan. "Ada apa ini, Tuan Wyatt berinisiatif mengundang k
Grey memandangi Audrey yang masih belum tersadar, wajah Audrey masih terlihat pucat.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang di geser dengan keras, Grey melihat ke arah pintu lalu melihat seorang wanita tengah berdiri disana."Audrey!" panggil Mia dengan panik.Mia mengetahui tentang keadaan Audrey, dari sepupunya yang bekerja di ruang IGD di rumah sakit ini."Apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan kepadanya?" tanya Mia lalu menampar keras pipi Grey.Nafas Mia naik turun menahan marah dengan mata memerah menahan tangis, "Brengsek katakan apa yang telah kau lakukan padanya?.Grey menahan kebas di pipinya baru kali ini dia ditampar oleh wanita dengan sangat keras.
Audrey membuka buku sketsa yang baru saja dia beli, Audrey sudsh terbiasa menggambar design pakaian semenjak dia kecil. Sebagai penderita Autisme Audrey membatasi minatnnya hanya pada melukis design. Hal inilah yang sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi Audrey terhadap orang lain. Ibu dan adik tiri Audrey menjadikan kelemahan Audrey ini untuk mengusir Audrey dari rumah. Merangkai rencana seakaan Audrey adalah anak yang liar dan berbahaya. Mereka melakukan cara kotor, memprovokasi Audrey sehingga Audrey merasa kesal saat rutinitasnnya terganggu. Penderita Autisme juga memiliki gangguan kecemasan dan cenderung mudah depresi. Ibu dan anak membuat Audrey terlihat sebagai pengacau di dalam keluarga yang selalu saja mengamuk, meraung tidak bisa berbicara. Karena itulah A
Audrey merapihkan gaunnya dengan mata sembab, begitu sampai di Villa Audrey segera keluar dari mobil dan berlari kecil menjauhi Stefan.Stefan hanya menatapi dingin kepergian Audrey, "kembali ke mansion!" perintah Stefan.Stefan menyenderkan kepalanya di kursi mobilnya, memejamkan matanya dan memijit-mijit pelipisnya. Stefan merasa semakin Audrey menentangnya maka semakin ingin Stefan menguasai Audrey.Stefan menimang-nimang rasa di hatinya, namun semua tertutup oleh sikap egois dan arogantnya."Dia tidak berbeda jauh dengan wanita-wanita yang bersedia berbagi ranjang denganku," ujar Stefan dalam hati, meyakinkan pendapatnya sendiri.Audrey menghabiskan hari-harinya seperti hari-hari sebelumnya, menunggu kedatangan Stefan. Sementara itu
Telah berjuang keras keluar dari dunia Autisme maka itu membuat Audrey bisa menaikan tingkat daya juang Audrey untuk hidup. Audrey mengamati sekeliling, Audrey memiliki keahlian bisa dengan cepat menfokuskan diri. Audrey melihat sebuah alat yang biasa dipakai untuk memangkas rumput liar diladang.Audrey mengambilnya dengan susah payah meletakannya agak sedikit berdiri disanggah sedikit oleh sebuah celah, lalu mulai menggesek ikatan tali di tangannya. Dan berhasil terbuka.Audrey mulai mencari cara untuk melarikan diri. Satu-satunya pintu keluar hanya ada satu, dan itu terkunci.Audrey mengambil alat yang tadi baru saja dia gunakan untuk membuka tali ikat tangannya. Lalu berdiri menunggu di balik pintu. Dengan sabar Audrey menunggu, akhirnya pintu terbuka, dan langsung saja Audrey menancapkan alat itu di tubuh pria asing yang me
"Aku akan membawanya pergi dari neraka ini," ujar Mia.Mia memapah Audrey turun dari ranjang, "ayo sayang, aku akan membebaskanmu dari neraka ini," ujarnya lagi."Berhenti!" perintah Stefan."Apa kau ingin benar-benar membunuhnya?" tanya Mia dengan marah."Lepaskanlah dia!" pinta Mia."Dia tidak berhutang apa-apa kepadamu, tapi kaulah yang berhutang banyak kepadanya," jawab Mia."Katakan sekali lagi tentang apa yang baru saja kau katakan sebelumnya!" ujar Stefan.Mia terdiam, mengambil nafas panjang lalu mulai menceritkan kejadian malam itu di kamar 666."Jika malam terlaknat itu t
"Hei! apakah kita makan di restoran itu saja," pinta Grey.Stefan menutup berkasnya dengan tetap memandangi Audrey, berjuta kata ingin di ucap saat Audrey pergi namun semua tertahan.Stefan pun mengangguk dengan permintaan Grey. Mereka pun masuk ke dalam restoran tersebut, Stefan memilih tempat duduk yang tak bisa dilihat Audrey, namun dirinya dapat melihat jelas Audrey.Stefan ingin sekali menepis semua serpihan rindu yang telah ditahannya selama bertahun-tahun.Kedua teman baik itu makan dengan leluasanya, tak merasa jika sedang di perhatikan oleh dua pria.Ketika sedang asyik menikmati seorang pria mendekati mereka dan menyapa Audrey."Nona Audrey," sapa dokter harold.
Ah sudah tak mau pikir lagi, aku lelah," jawab Audrey."Issh … kau ini," ujar Mia.Audrey pun mematikan lampu kamarnya, Stefan yang melihat lampu kamar Audrey telah padam lalu meletakan teropongnya di atas nakas, dan mulai merebahkan dirinya di ranjang besarnya. Stefan juga menyimpan teropong yang sama seperti yang ada di ruang kerjanya.Di pagi hari, Grey dan Stefan memulai sarapannya dengan keheningan. Grey ingin bertanya tentang teropong yang dia lihat tadi malam namun mengurungkan niatnya."Apa kau sudah mengurusnya?" tanya Stefan kepada Arthur."Ya Tuan," jawab Arthur."Kerja bagus," puji Stefan."Mengatur apa?" tanya Grey.
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s
"Mengapa kau begitu tega kepada kami?' tanya Mia dengan suara tercekat menahan tangis."Maafkan aku, maafkan aku," tukas Audrey.Audrey menceritakan kejadian malam itu, alasan mengapa dia lebih memilih menghilang bersama bayinya, Mia langsung saja memeluk Audrey, "jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi," pinta Mia."Aku janji," ujar Audrey.Begitu mereka memasuki ruangan tempat para pria mereka menunggu, dengan tiba-tiba saja Mia berdiri di depan Stefan. Merasa bingung Stefan dan Gery pun bangun secara bersamaan. Dengan tiba-tiba saja Mia melayangkan tangannya dan "plak" tangan Mia mendarat di pipi Stefan."Itu karena telah membuat Audrey-ku pergi meninggalkanku selama bertahun- tahun!" tukas kesal Audrey.Stefan hanya mengusap-usap lembut pipinya, tidak melawan sama sekali karena memang merasa dirinya bersalah. Gery segera menarik Audrey, menenangkan MIa yang masih bersungut kesal., "sayang tenanglah, ada Hugo di sini," nasehat Gery.
Setelah meminum air buah timun buatan Nyonya Aleida maka barulah Stefan sedikti merasa lebih baik, Audrey berjalan kearah Stefan yang terlihat lemas itu. Sementara Hugo yang tadi telah mencuri dengar sedikit merasa tiba melihat Papa-nya yang sedang sakit itu. Hugo masuk ke kamarnya, lalu merebakan dirinya di ranjang besarnya, memandangi langit-langit seraya berpikir tentang sesuatuSementara Audrey berdiam duduk di sofa menjaga Stefan. Audrey terlelap sambil duduk, Stefan membuka kedua matanya. Merasa sudah lebih baik maka Stefan pun mencoba bangun. Stefan memperhatikan Audrey yang sedah terlelap dan merasa jika kecantikan Audrey tidak memudar sedikitpun. Stefan mencoba bangun, namun masih tersisa sedikti rasa sakit di perutnya sehingga Stefan sediit meringis. Mendengar suara Stefan yang sedang menahan sakit, langsung saja Audrey berdiri dan duduk di sisi Stefan."Apakah masih sakit, katakan bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya Audrey dengan terlihat panik.
Audrey masuk ke rumah sambil bersungut tak percaya jika Stefan mau berkemping di depan rumah mereka, "lihat saja mereka akan bertahan sampai kapan," gumam Audrey.Nyonya Aleida dan Hugo juga ada mengintip dari balik tirai jendela rumah mereka, "itu, apakah mereka benaran akan tidur di luar?" ujar Nyonya Aleida."Biarkan saja jika mereka mau, tak usah pikir lagi dan tak usah dilihat lagi!" tukas Audrey seraya menggendong Hugo untuk masuk kedalam kamarnya.Dalam hati, Hugo juga ada sedikit rasa kasihan terhadap Papa-nya itu. Namun Hugo masih belum bisa menerima kehadiran Stefan setelah mengetahui cerita keadaan sebenarnya. Ketika tengah malam, Audrey terbangun perlahan karena tidak ingin membangunkan Hugo, Audrey berjalan ke ruang tam lalu menyibak tirai jendela mereka dan mengintip keadaan Stefan dan Xavier."Mereka benaran tidur diluar sana," ujar pelan Audrey.Audrey masih sangat mencintai pria yang sedang menungguinya di luar rumahnya itu, namun
"Sebentar," ujar Xavier menarik tangan Stefan."Tidak! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tukas Stefan."Hei! sabarlah, ku akan mengecek lokasi mereka dulu ada dimana sekarang," jelas Xavier."Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.Xavier mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai membuka media sosial, mulai menggerakan jarinya di layar ponselnya lalu xavier tersenyum."Dapat," ujarnya kesenangan."Apa?" tanya Stefan bertambah bingung."Ayo!" ajak Xavier.Di media sosial tadi, Xavier mencari tahu Food Truck Hugo sedang berjualan di daerah mana. Xavier pun melajukan mobilnya dengan cepat. Sementara Stefan berdebar-debar. Mobil yang sedang dilajukan ini akan segera membawa dirinya bertemu dengan Audrey dan putranya.Setelah berkendara beberapa jam, maka mereka pun tiba. Terlihat banyak antrian di depan Food Truck, Stefan pun tak bisa menguasai diri dan ingin menyelak antrian. Namun malam memancing keributan, Audrey
Begitu tiba, Xavier segera saja masuk ke kamar Stefan, melihat Stefan sudah tertidur langsung saja Xavier menarik selimut Stefan."Hei ada apa ini?" tanya Stefan limbung.Xavier mengambil rambut Stefan beserta akarnya, "kelak kau akan berterima kasih kepadaku," ujar Xavier langsung saja bergegas pergi lagi keluar."Apakah dia sedang keracunan makanan," gumam Stefan seraya melihat jam diatas nakasnya yang menunjukan jika ini masih jam lima pagi.Stefan pergi ke rumah sakit menemui dokter kenalannya, "aku ingin kau melakukan tes DNA untuk ini," ujar Xavier."Kau memintaku datang pagi-pagi sekali hanya untuk ini?" tanya Alex."Sudah lakukan saja, nanti akan kupastikan kakak-ku mem
panggilan Hugo membuyarkan lamunan Audrey, "Ma!" panggil Hugo lagi.Audrey pun segera mengembalikan kesadarannya, dirinya masih begitu mencintai Stefan namun tidak bisa memaafkan sikap Stefan waktu itu yang lebih memilih menyelamatkan dirinya ketimbang buah cinta mereka, "Maaf! Mama hanya sedikti haus saja," jawab Audrey yang melihat tatapan kekhawatiran dimata putranya itu.Sementara itu di Wyatt Group, Stefan tengah dilanda kebosanan dan kerinduan mendalam, lalu mencoba mengecek lagi rekaman CCTV waktu itu. Satu persatu Stefan memperhatikan untuk melihat kejanggalan namun tidak menemukan apa-apa, sekali lagi Stefan memutar rekaman CCTV ketika Nyonya Aleida keluar dari kamar rawat Audrey.Stefan menghentikan rekaman lalu memutar balik kembali, Stefan memperhatikan pada saat itu ada sebuah tali gelang yang sedikit menjuntai. Itu adalah gelang pasangan yang pernah Stefan berikan untuk Audrey. Dengan impulsif Stefan segera keluar ruanganya m