Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia.
"Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia.
"ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey.
"Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya.
"Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.
Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey.
"Mia ..." Gery menjawab meragu.
"Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.
Audrey merasa s
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Audrey Smith, bergegas meninggalkan universitasnya. Audrey harus bisa menghidupi dirinya sendiri. Setelah perbuatan ibu tiri dan adik tirinya yang membuat dia menjadi putri yang terbuang."Lekas-lekas! jangan sampai telat, jika telat kali ini pemotongan gajinya akan sangat besar," gumam Audrey dalam hati."Audrey!" panggil Xander."Aku harus pergi bekerja, nanti aku salin catatanmu yah!" jawab dan pinta Audrey.Xander mengejar langkah Audrey dan menarik lengan Audrey, "hei! bukankah sudah kukatakan. Aku bisa meminjamimu uang," ujar Xander."Xander kau memang kaya dan juga sahabatku," ujar Audrey."Tapi bukan berarti aku bisa memanfaatknmu sesuka hatiku," jelas Audrey.
Setelah kepergian Audrey, barulah Stefan terbangun. Stefan melihat ke sisi ranjangnya dan mendapati bahwa wanita yang menemaninya semalam telah pergi."Dia pergi, aku bahkan belum memberikannya cek," pikir Stefan.Stefan mengernyitkan alisnya ketika meliha jejak darah di spreinya, Stefan pun bangkit lalu merapihkan dirinya. Ketika Stefan turun dari kapal pesiar, nampak Tuan Jorge tengah menunggunya."Halo Tuan," sapa Tuan Jorge."Ini adalah Nona Claudia," Tuan Jorge memperkenalkan."Dia yang akan menemani Tuan, seperti janjiku," ujar Tuan Jorge."Bukankah dia sudah mengirimakannya tadi malam?" pikir Stefan."Hari ini Claudia baru saja
Audrey merentangakan tangannya dan mengehela nafas panjang, lalu menghapus air matanya yang sedikit terjatuh di sudut matanya. Audrey merapihkan rambutnya lalu bergegas kembali bekerja, karena tak ingin membuat Mia bekerja keras mengerjakan pekerjaan bagiannya."Mia biakarkan aku yang mengerjakannya, kau ini adalah malaikatku. Mana boleh membiarkanmu sakit," ujar Audrey."Apa sudah merasa lebih baik?" tanya Mia."Ya aku sudah jauh merasa lebih baik," jawab Audrey.Mia menyerahkan pekerjaan yang ada di tangannya kepada Audrey. Lalu pergi bergegas menangani bagian pekerjaannya.Audrey kembali bersibuk mengerjakan pekerjaannya, "Hei kau!" panggil kapten pelayan."Antarkan ini ke meja VIP disana!" perintah kapt
Audrey menjalani hari-hari tenangnya, Audrey berkuliah seperti biasa, belajar bersama Xander di perpustakaan. Hari ini akan ada seminar tentang bisnis, dengan narasumber pengusaha sukses yang namanya dirahasiakan."Audrey! Ayo," ajak Xander seraya membantu membawakan tumpukan buku ditangan Audrey lalu menggandengnya masuk ke dalam aula. Sebuah mata memandang tajam kepada Audrey dan Xander dari balik jendela Aston Martin.Audrey dan Xander duduk di kursi barisan paling depan. Sesekali Xander memperlihatkan ponselnya kepada Audrey untuk memperlihatkan video-video lucu. Mereka nampak tersenyum bersama dengan bahagia.Sepasang mata yang menatapi mereka tadi merasa tidak senang hati, "Arthur!" panggil Stefan.Stefan membisikan sesuatu kepada Arthur, "baik Tuan," jawab Arthur.
Audrey memandangi kamar utama tersebut, "Ini lebih luas dari Apartemenku," ujar Audrey."Panggil kami jika membutuhkan sesuatu, makan malam akan siap pada jam tujuh malam," ujar pelayan tersebut."Baik terima kasih," jawab Audrey.Audrey duduk di lantai, memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya.Audrey tak bisa menahan kesedihan dihatinya, dan akhirnya pun menangis. Audrey benar-benar merasa sendirian, tidak ada pelindung.Setelah makan malam, beberapa pelayan membantu Audrey berbersih diri , "hei, aku bisa melakukannya sendiri," ujar Audrey."Tuan Stefan meminta kami mempersiapkan Nona, Tuan akan datang malam ini," jawab mereka.'Degh' hati Audrey
"Ada apa?" tanya Audrey kepada Stefan."Kita akan makan siang," jawab Stefan."Tuan Wyatt!" panggil Audrey sedikit marah."Apa ini tidak keterlaluan? memanggilku hanya untuk ini," ujar Audrey."Bukankah kau bisa meminta tunanganmu untuk menemanimu makan," ujar Audrey lagi."Siapa?" tanya Stefan."Tunanganmu," jawab Audrey mengeraskan suaranya."Hari ini dia datang ke Villa, Tuan jika kau sudah memiliki tunangan. Lalu mengapa masih menginginkanku?" tanya Audrey."Tidak bisakah kau melepaskanku?" tanya Audrey."Dengar wanita! jika aku sudah
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s
"Mengapa kau begitu tega kepada kami?' tanya Mia dengan suara tercekat menahan tangis."Maafkan aku, maafkan aku," tukas Audrey.Audrey menceritakan kejadian malam itu, alasan mengapa dia lebih memilih menghilang bersama bayinya, Mia langsung saja memeluk Audrey, "jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi," pinta Mia."Aku janji," ujar Audrey.Begitu mereka memasuki ruangan tempat para pria mereka menunggu, dengan tiba-tiba saja Mia berdiri di depan Stefan. Merasa bingung Stefan dan Gery pun bangun secara bersamaan. Dengan tiba-tiba saja Mia melayangkan tangannya dan "plak" tangan Mia mendarat di pipi Stefan."Itu karena telah membuat Audrey-ku pergi meninggalkanku selama bertahun- tahun!" tukas kesal Audrey.Stefan hanya mengusap-usap lembut pipinya, tidak melawan sama sekali karena memang merasa dirinya bersalah. Gery segera menarik Audrey, menenangkan MIa yang masih bersungut kesal., "sayang tenanglah, ada Hugo di sini," nasehat Gery.
Setelah meminum air buah timun buatan Nyonya Aleida maka barulah Stefan sedikti merasa lebih baik, Audrey berjalan kearah Stefan yang terlihat lemas itu. Sementara Hugo yang tadi telah mencuri dengar sedikit merasa tiba melihat Papa-nya yang sedang sakit itu. Hugo masuk ke kamarnya, lalu merebakan dirinya di ranjang besarnya, memandangi langit-langit seraya berpikir tentang sesuatuSementara Audrey berdiam duduk di sofa menjaga Stefan. Audrey terlelap sambil duduk, Stefan membuka kedua matanya. Merasa sudah lebih baik maka Stefan pun mencoba bangun. Stefan memperhatikan Audrey yang sedah terlelap dan merasa jika kecantikan Audrey tidak memudar sedikitpun. Stefan mencoba bangun, namun masih tersisa sedikti rasa sakit di perutnya sehingga Stefan sediit meringis. Mendengar suara Stefan yang sedang menahan sakit, langsung saja Audrey berdiri dan duduk di sisi Stefan."Apakah masih sakit, katakan bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya Audrey dengan terlihat panik.
Audrey masuk ke rumah sambil bersungut tak percaya jika Stefan mau berkemping di depan rumah mereka, "lihat saja mereka akan bertahan sampai kapan," gumam Audrey.Nyonya Aleida dan Hugo juga ada mengintip dari balik tirai jendela rumah mereka, "itu, apakah mereka benaran akan tidur di luar?" ujar Nyonya Aleida."Biarkan saja jika mereka mau, tak usah pikir lagi dan tak usah dilihat lagi!" tukas Audrey seraya menggendong Hugo untuk masuk kedalam kamarnya.Dalam hati, Hugo juga ada sedikit rasa kasihan terhadap Papa-nya itu. Namun Hugo masih belum bisa menerima kehadiran Stefan setelah mengetahui cerita keadaan sebenarnya. Ketika tengah malam, Audrey terbangun perlahan karena tidak ingin membangunkan Hugo, Audrey berjalan ke ruang tam lalu menyibak tirai jendela mereka dan mengintip keadaan Stefan dan Xavier."Mereka benaran tidur diluar sana," ujar pelan Audrey.Audrey masih sangat mencintai pria yang sedang menungguinya di luar rumahnya itu, namun
"Sebentar," ujar Xavier menarik tangan Stefan."Tidak! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tukas Stefan."Hei! sabarlah, ku akan mengecek lokasi mereka dulu ada dimana sekarang," jelas Xavier."Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.Xavier mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai membuka media sosial, mulai menggerakan jarinya di layar ponselnya lalu xavier tersenyum."Dapat," ujarnya kesenangan."Apa?" tanya Stefan bertambah bingung."Ayo!" ajak Xavier.Di media sosial tadi, Xavier mencari tahu Food Truck Hugo sedang berjualan di daerah mana. Xavier pun melajukan mobilnya dengan cepat. Sementara Stefan berdebar-debar. Mobil yang sedang dilajukan ini akan segera membawa dirinya bertemu dengan Audrey dan putranya.Setelah berkendara beberapa jam, maka mereka pun tiba. Terlihat banyak antrian di depan Food Truck, Stefan pun tak bisa menguasai diri dan ingin menyelak antrian. Namun malam memancing keributan, Audrey
Begitu tiba, Xavier segera saja masuk ke kamar Stefan, melihat Stefan sudah tertidur langsung saja Xavier menarik selimut Stefan."Hei ada apa ini?" tanya Stefan limbung.Xavier mengambil rambut Stefan beserta akarnya, "kelak kau akan berterima kasih kepadaku," ujar Xavier langsung saja bergegas pergi lagi keluar."Apakah dia sedang keracunan makanan," gumam Stefan seraya melihat jam diatas nakasnya yang menunjukan jika ini masih jam lima pagi.Stefan pergi ke rumah sakit menemui dokter kenalannya, "aku ingin kau melakukan tes DNA untuk ini," ujar Xavier."Kau memintaku datang pagi-pagi sekali hanya untuk ini?" tanya Alex."Sudah lakukan saja, nanti akan kupastikan kakak-ku mem
panggilan Hugo membuyarkan lamunan Audrey, "Ma!" panggil Hugo lagi.Audrey pun segera mengembalikan kesadarannya, dirinya masih begitu mencintai Stefan namun tidak bisa memaafkan sikap Stefan waktu itu yang lebih memilih menyelamatkan dirinya ketimbang buah cinta mereka, "Maaf! Mama hanya sedikti haus saja," jawab Audrey yang melihat tatapan kekhawatiran dimata putranya itu.Sementara itu di Wyatt Group, Stefan tengah dilanda kebosanan dan kerinduan mendalam, lalu mencoba mengecek lagi rekaman CCTV waktu itu. Satu persatu Stefan memperhatikan untuk melihat kejanggalan namun tidak menemukan apa-apa, sekali lagi Stefan memutar rekaman CCTV ketika Nyonya Aleida keluar dari kamar rawat Audrey.Stefan menghentikan rekaman lalu memutar balik kembali, Stefan memperhatikan pada saat itu ada sebuah tali gelang yang sedikit menjuntai. Itu adalah gelang pasangan yang pernah Stefan berikan untuk Audrey. Dengan impulsif Stefan segera keluar ruanganya m