Audrey merentangakan tangannya dan mengehela nafas panjang, lalu menghapus air matanya yang sedikit terjatuh di sudut matanya. Audrey merapihkan rambutnya lalu bergegas kembali bekerja, karena tak ingin membuat Mia bekerja keras mengerjakan pekerjaan bagiannya.
"Mia biakarkan aku yang mengerjakannya, kau ini adalah malaikatku. Mana boleh membiarkanmu sakit," ujar Audrey.
"Apa sudah merasa lebih baik?" tanya Mia.
"Ya aku sudah jauh merasa lebih baik," jawab Audrey.
Mia menyerahkan pekerjaan yang ada di tangannya kepada Audrey. Lalu pergi bergegas menangani bagian pekerjaannya.
Audrey kembali bersibuk mengerjakan pekerjaannya, "Hei kau!" panggil kapten pelayan.
"Antarkan ini ke meja VIP disana!" perintah kapten tersebut.
"Baik Tuan," jawab Audrey.
Audrey menata botol wine cabernet sauvignon lalu membawanya ke meja VIP. Audrey mendekati seorang Sommelier yang tengah menunggu di meja VIP tersebut. Sommelier adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang wine. Dari mulai cara memilih wine, membuka sampai dengan apa saja cemilan-cemilan yang cocok untuk di makan dengan minuman berakohol ini.
Ketika Audrey berbalik ingin memberikan wine yang ada di tangannya, tiba-tiba tubuhnya mengkaku melihat Stefan sedang duduk di kursi VIP tersebut. Tubuh Audrey mengkaku dan gemetar dengan tiba-tiba saja wine yang ada di tangannya terlepas begitu saja dari tangannya dan pecah.
Terang saja ini membuat orang-orang yang melihatnya terkejut, wine cabernet sauvignon ini memiliki harga jual yang tinggi, wine ini di bandrol dengan harga 7.5 milyar. Wine ini adalah koleksi dari Stefan Wyatt.
Stefan mengernyitkan alisnya seraya memandangi Audrey yang tengah gemetaran memandanginya dengan tatapan marah dan benci.
"Stefan Wyatt," gumam pelan Audrey.
Stefan dapat membaca gerak bibir Audrey, merasa terkejut Audrey memanggil namanya.
Teringat kekasaran Stefan di ranjang kala itu, tersirat ketakutan dari pandangan mata Audrey kepada Sefan.
Karena ribut-ribut ramai, manajer dan juga Mia mendatangi sumber keributan. Hati Mia terasa lepas dari tempatnya ketika melihat Audrey berdiri kaku dengan tumpahan wine dibawah kakinya.
Manajer yang melihat Audrey merusak wine milik Tuan Wyatt dengan semerta-merta marah dan menampar Audrey. Mia yang melihatnya segera saja memeluk Audrey.
Audrey tidak menangis, hanya saja tatapannya seperti kosong hilang entah kemana.
"Stefan Wyatt, Stefan wyatt, Stefan Wyatt," gumam pelan Audrey mengulang-ngulang nama Stefan di telingan Mia.
Mia teringat tentang kejadian yang menimpa Audrey di kapal pesiar kala itu. Lalu ikut memandangi Stefan dengan tatapan penuh kemarahan.
Stefan berdiri lalu berdiri mendekati dua sahabat baik tersebut, Stefan bersedekap sambil menatapi Audrey dan Mia.
"Ini kartu namaku," ujar Asisten Stefan.
"Masalah ganti rugi silahkan datang dan bicarakan di kantor kami," ujar Arthur asisten Stefan.
Mia mengambil kartu nama tersebut seraya merutuki Stefan yang berlalu pergi begitu saja, "dasar brengsek, kau bahkan tidak mengenali Audrey," umpat Mia.
Mia membawa pergi Audrey yang masih limbung dan gemetar, "tenanglah, ada aku disini," hibur Mia.
"Apakah dia orangnya?" tanya Mia dengan serius.
"Audrey lihat aku! apakah dia orangnya?" tanya Mia lagi.
Audrey menganggukan kepalanya, mengiyakan pertanyaan Mia. Audrey masih tak bicara, keheningan meliputi kedua sahabat tersebut. Sampai kapten pelayan masuk, dan mengatakan bahwa Audrey telah di pecat dari pekerjaan ini.
"Ayo kita pulang! ajak Mia kepada Audrey.
Sesampainya di Apartemen Audrey terlihat tak berdaya, Mia merasa sangat bersimpati kepada Audrey. Terbuang dari keluarga sendiri dalam keadaan Autisme, bekerja keras untuk menghidupi diri sendiri, lalu datanglah pria brengsek bernama Stefan Waytt yang tiba-tiba merusak hidup Audrey yang sudah mulai tertata rapi.
Selang beberapa hari dari kejadian, asisten Arthur datang ke apartemen Audrey. Mendengar bel berbunyi, Mia yang kebetulan sedang menginap membukakan pintu.
"Siapa kau?" tanya Mia.
"Nona Audrey masih memiliki masalah yang belum terselesaikan dengan Tuan Wyatt," jawab asisten Arthur tersebut.
"Silahkan ikuti saya!" ujar asisten tersebut.
"Mia, biar aku saja yang pergi. Hal ini tidak ada kaitannya denganmu," ujar Audrey.
"Tidak! melihat apa yang sanggup dia lakukan kepadamu, kita tidak tahu apalagi yang akan dia lakukan kepadamu nanti," ujar Mia.
Akhirnya Mia dan Audrey pun pergi ke Wyatt Corporation. Kali ini Audrey nampaknya sudah menguatkan hati, tidak terlihat rasa guratan ketakutan di langkah kaki Audrey.
Audrey merasa dalam separuh kehidupannya ini sudah banyak mengalami banyak hal dan ketidakberuntungan lalu apa lagi yang ditakutkan.
Arthur menyambut mereka, dan membawanya masuk ke ruangan Stefan. Ruangan itu nampak elegan, berwarna perpaduan hitam dan putih dengan sedikit ada warna abu-abu. Meja mahoni solid juga dengan jendela- jendela besarnya.
Audrey, memegang tangan Mia karena melihat Mia begitu Khawatir, "tenanglah," jawab Audrey.
"Tenang saja, aku akan melindungimu?" ujar Mia.
'Ceklek' pintu terbuka, Stefan masuk ke ruangannya. Cahaya yang masuk melalui jendela-jendela besar di ruangannya seperti seakan mempertegas ketampanan Stefan Wyatt yang berbalut jas berwarna krem berdasi hitam. Stefan duduk di depan Mia dan Audrey.
Arthur memberikan sebuah berkas kepada Audrey, Mia ikut mengintip lihat ketika Audrey membukanya.
"Nona ini adalah rincian ganti ruginya," ujar Arthur.
"7.5 milyar," gumam Audrey.
"Hei! Ini sama saja merampok," ujar Mia dengan marah.
Stefan berdiri bangkit tanpa banyak berbicara, Audrey berdiri mengambil air dalam gelas yang ada di atas meja, lalu menarik lengan Stefan dan menyiram langsung ke wajah Stefan.
Dengan segera saja, Arthur menjatuhkan Audrey ke lantai. Mia segera memeluk tubuh Audrey dan membantunya berdiri. Sekali lagi Audrey memberikan tatapan marah dan benci kepada Stefan. Lalu Audrey mengambil tasnya di sofa dan menarik lengan Mia dan bergegas pergi dari Wyatt Corporation.
Arthur baru saja ingin mengejar keduanya, namun Wyatt memberi isyarat agar melepaskan mereka.
"Biarkan mereka untuk saat ini!" perintah Stefan.
Stefan merasa bahwa Audrey sangat menarik, karena ini pertama kalinya Stefan mendapatkan tatapan kebencian dari seorang wanita. Berapa banyak wanita yang ingin bersamanya, namun wanita miskin seperti Audrey malah memberikan tatapan benci bukan tatapan ingin. Hal ini malah mematik jiwa petualang Stefan.
Di bawah Gedung Wyatt Corporation, Mia masih merasa takjub dengan teman kecilnya ini, Mia tidak pernah melihat Audrey bereaksi impulsif seperti yang baru saja tadi dia lakukan.
"Kau tadi benar-benar memberikan dia sebuah pelajaran," ujar Mia bangga.
Audrey hanya terus menggandeng tangan Mia menjauhi Gedung Wyatt Corporation. Setelah jauh barulah Audrey bisa bernafas lega.
"Menurutmu setelah ini, akan terjadi apa?" tanya Audrey sedikit Khawatir.
"Apapun yang terjadi nanti aku akan ada di sampingmu," janji Mia.
"Terima kasih, kau ini memang malaikatku," ujar Audrey.
Mereka saling berpelukan, saling memberikan semangat menghadapi apa yang akan terjadi nanti.
Audrey menjalani hari-hari tenangnya, Audrey berkuliah seperti biasa, belajar bersama Xander di perpustakaan. Hari ini akan ada seminar tentang bisnis, dengan narasumber pengusaha sukses yang namanya dirahasiakan."Audrey! Ayo," ajak Xander seraya membantu membawakan tumpukan buku ditangan Audrey lalu menggandengnya masuk ke dalam aula. Sebuah mata memandang tajam kepada Audrey dan Xander dari balik jendela Aston Martin.Audrey dan Xander duduk di kursi barisan paling depan. Sesekali Xander memperlihatkan ponselnya kepada Audrey untuk memperlihatkan video-video lucu. Mereka nampak tersenyum bersama dengan bahagia.Sepasang mata yang menatapi mereka tadi merasa tidak senang hati, "Arthur!" panggil Stefan.Stefan membisikan sesuatu kepada Arthur, "baik Tuan," jawab Arthur.
Audrey memandangi kamar utama tersebut, "Ini lebih luas dari Apartemenku," ujar Audrey."Panggil kami jika membutuhkan sesuatu, makan malam akan siap pada jam tujuh malam," ujar pelayan tersebut."Baik terima kasih," jawab Audrey.Audrey duduk di lantai, memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya.Audrey tak bisa menahan kesedihan dihatinya, dan akhirnya pun menangis. Audrey benar-benar merasa sendirian, tidak ada pelindung.Setelah makan malam, beberapa pelayan membantu Audrey berbersih diri , "hei, aku bisa melakukannya sendiri," ujar Audrey."Tuan Stefan meminta kami mempersiapkan Nona, Tuan akan datang malam ini," jawab mereka.'Degh' hati Audrey
"Ada apa?" tanya Audrey kepada Stefan."Kita akan makan siang," jawab Stefan."Tuan Wyatt!" panggil Audrey sedikit marah."Apa ini tidak keterlaluan? memanggilku hanya untuk ini," ujar Audrey."Bukankah kau bisa meminta tunanganmu untuk menemanimu makan," ujar Audrey lagi."Siapa?" tanya Stefan."Tunanganmu," jawab Audrey mengeraskan suaranya."Hari ini dia datang ke Villa, Tuan jika kau sudah memiliki tunangan. Lalu mengapa masih menginginkanku?" tanya Audrey."Tidak bisakah kau melepaskanku?" tanya Audrey."Dengar wanita! jika aku sudah
Setelah berkali-kali memuaskan diri atas tubuh Audrey, Stefan pun terlelap dengan nyenyaknya. Audrey terbangun memgambil ponsel diatas nakasnya untuk melihat jam."Jam delapan pagi," gumam Audrey."Ah dasar brengsek, benar-benar tak tahu batas," Audrey merutuki Stefan seraya memandangi tanda merah-merah di tubuhnya.Audrey duduk bersandar di ranjang, lalu ingin sedikit membuka artikel di media sosial, Audrey perlahan mengambil jari jempol Stefan dan memindainya di ponsel Stefan untuk membuka kunci ponsel Stefan.Audrey membaca-baca artikel yang sedang viral, tiba-tiba tangannya terhenti di satu artikel. Itu adalah artikel tentang Stefan yang terlihat baru keluar dari klub malam mewah bersama artis papan atas.Audrey menghela nafas
Dokter segera datang dan memeriksa keadaan Audrey. Mengecek dan memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi dokter pun meninggalkan kamar Audrey. Stefan masuk ke kamar Audrey, berdiri bersedekap di depan Audrey, "Wanita ini benar-benar keras kepala," pikir Stefan. Stefan bersimpuh di sisi ranjang Audrey, melihat Audrey tertidur dengan mengernyitkan alisnya, "Apa yang ada di pikiranmu, terkadang aku benar-benar tidak bisa membacanya," pikir Stefan lagi. Stefan meninggalkan Audrey yang ternyenyak di kamarnya. Stefan mengambil kunci mobilnya dan melajukannya ke salah satu klub mewah yang biasa dia datangi. Stefan memanggil beberapa temannya untuk menemaninya. Grey dan Gerson, yang biasa di juluki 2G adalah teman baik Stefan. "Ada apa ini, Tuan Wyatt berinisiatif mengundang k
Grey memandangi Audrey yang masih belum tersadar, wajah Audrey masih terlihat pucat.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang di geser dengan keras, Grey melihat ke arah pintu lalu melihat seorang wanita tengah berdiri disana."Audrey!" panggil Mia dengan panik.Mia mengetahui tentang keadaan Audrey, dari sepupunya yang bekerja di ruang IGD di rumah sakit ini."Apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan kepadanya?" tanya Mia lalu menampar keras pipi Grey.Nafas Mia naik turun menahan marah dengan mata memerah menahan tangis, "Brengsek katakan apa yang telah kau lakukan padanya?.Grey menahan kebas di pipinya baru kali ini dia ditampar oleh wanita dengan sangat keras.
Audrey membuka buku sketsa yang baru saja dia beli, Audrey sudsh terbiasa menggambar design pakaian semenjak dia kecil. Sebagai penderita Autisme Audrey membatasi minatnnya hanya pada melukis design. Hal inilah yang sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi Audrey terhadap orang lain. Ibu dan adik tiri Audrey menjadikan kelemahan Audrey ini untuk mengusir Audrey dari rumah. Merangkai rencana seakaan Audrey adalah anak yang liar dan berbahaya. Mereka melakukan cara kotor, memprovokasi Audrey sehingga Audrey merasa kesal saat rutinitasnnya terganggu. Penderita Autisme juga memiliki gangguan kecemasan dan cenderung mudah depresi. Ibu dan anak membuat Audrey terlihat sebagai pengacau di dalam keluarga yang selalu saja mengamuk, meraung tidak bisa berbicara. Karena itulah A
Audrey merapihkan gaunnya dengan mata sembab, begitu sampai di Villa Audrey segera keluar dari mobil dan berlari kecil menjauhi Stefan.Stefan hanya menatapi dingin kepergian Audrey, "kembali ke mansion!" perintah Stefan.Stefan menyenderkan kepalanya di kursi mobilnya, memejamkan matanya dan memijit-mijit pelipisnya. Stefan merasa semakin Audrey menentangnya maka semakin ingin Stefan menguasai Audrey.Stefan menimang-nimang rasa di hatinya, namun semua tertutup oleh sikap egois dan arogantnya."Dia tidak berbeda jauh dengan wanita-wanita yang bersedia berbagi ranjang denganku," ujar Stefan dalam hati, meyakinkan pendapatnya sendiri.Audrey menghabiskan hari-harinya seperti hari-hari sebelumnya, menunggu kedatangan Stefan. Sementara itu
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s
"Mengapa kau begitu tega kepada kami?' tanya Mia dengan suara tercekat menahan tangis."Maafkan aku, maafkan aku," tukas Audrey.Audrey menceritakan kejadian malam itu, alasan mengapa dia lebih memilih menghilang bersama bayinya, Mia langsung saja memeluk Audrey, "jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi," pinta Mia."Aku janji," ujar Audrey.Begitu mereka memasuki ruangan tempat para pria mereka menunggu, dengan tiba-tiba saja Mia berdiri di depan Stefan. Merasa bingung Stefan dan Gery pun bangun secara bersamaan. Dengan tiba-tiba saja Mia melayangkan tangannya dan "plak" tangan Mia mendarat di pipi Stefan."Itu karena telah membuat Audrey-ku pergi meninggalkanku selama bertahun- tahun!" tukas kesal Audrey.Stefan hanya mengusap-usap lembut pipinya, tidak melawan sama sekali karena memang merasa dirinya bersalah. Gery segera menarik Audrey, menenangkan MIa yang masih bersungut kesal., "sayang tenanglah, ada Hugo di sini," nasehat Gery.
Setelah meminum air buah timun buatan Nyonya Aleida maka barulah Stefan sedikti merasa lebih baik, Audrey berjalan kearah Stefan yang terlihat lemas itu. Sementara Hugo yang tadi telah mencuri dengar sedikit merasa tiba melihat Papa-nya yang sedang sakit itu. Hugo masuk ke kamarnya, lalu merebakan dirinya di ranjang besarnya, memandangi langit-langit seraya berpikir tentang sesuatuSementara Audrey berdiam duduk di sofa menjaga Stefan. Audrey terlelap sambil duduk, Stefan membuka kedua matanya. Merasa sudah lebih baik maka Stefan pun mencoba bangun. Stefan memperhatikan Audrey yang sedah terlelap dan merasa jika kecantikan Audrey tidak memudar sedikitpun. Stefan mencoba bangun, namun masih tersisa sedikti rasa sakit di perutnya sehingga Stefan sediit meringis. Mendengar suara Stefan yang sedang menahan sakit, langsung saja Audrey berdiri dan duduk di sisi Stefan."Apakah masih sakit, katakan bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya Audrey dengan terlihat panik.
Audrey masuk ke rumah sambil bersungut tak percaya jika Stefan mau berkemping di depan rumah mereka, "lihat saja mereka akan bertahan sampai kapan," gumam Audrey.Nyonya Aleida dan Hugo juga ada mengintip dari balik tirai jendela rumah mereka, "itu, apakah mereka benaran akan tidur di luar?" ujar Nyonya Aleida."Biarkan saja jika mereka mau, tak usah pikir lagi dan tak usah dilihat lagi!" tukas Audrey seraya menggendong Hugo untuk masuk kedalam kamarnya.Dalam hati, Hugo juga ada sedikit rasa kasihan terhadap Papa-nya itu. Namun Hugo masih belum bisa menerima kehadiran Stefan setelah mengetahui cerita keadaan sebenarnya. Ketika tengah malam, Audrey terbangun perlahan karena tidak ingin membangunkan Hugo, Audrey berjalan ke ruang tam lalu menyibak tirai jendela mereka dan mengintip keadaan Stefan dan Xavier."Mereka benaran tidur diluar sana," ujar pelan Audrey.Audrey masih sangat mencintai pria yang sedang menungguinya di luar rumahnya itu, namun
"Sebentar," ujar Xavier menarik tangan Stefan."Tidak! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tukas Stefan."Hei! sabarlah, ku akan mengecek lokasi mereka dulu ada dimana sekarang," jelas Xavier."Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.Xavier mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai membuka media sosial, mulai menggerakan jarinya di layar ponselnya lalu xavier tersenyum."Dapat," ujarnya kesenangan."Apa?" tanya Stefan bertambah bingung."Ayo!" ajak Xavier.Di media sosial tadi, Xavier mencari tahu Food Truck Hugo sedang berjualan di daerah mana. Xavier pun melajukan mobilnya dengan cepat. Sementara Stefan berdebar-debar. Mobil yang sedang dilajukan ini akan segera membawa dirinya bertemu dengan Audrey dan putranya.Setelah berkendara beberapa jam, maka mereka pun tiba. Terlihat banyak antrian di depan Food Truck, Stefan pun tak bisa menguasai diri dan ingin menyelak antrian. Namun malam memancing keributan, Audrey
Begitu tiba, Xavier segera saja masuk ke kamar Stefan, melihat Stefan sudah tertidur langsung saja Xavier menarik selimut Stefan."Hei ada apa ini?" tanya Stefan limbung.Xavier mengambil rambut Stefan beserta akarnya, "kelak kau akan berterima kasih kepadaku," ujar Xavier langsung saja bergegas pergi lagi keluar."Apakah dia sedang keracunan makanan," gumam Stefan seraya melihat jam diatas nakasnya yang menunjukan jika ini masih jam lima pagi.Stefan pergi ke rumah sakit menemui dokter kenalannya, "aku ingin kau melakukan tes DNA untuk ini," ujar Xavier."Kau memintaku datang pagi-pagi sekali hanya untuk ini?" tanya Alex."Sudah lakukan saja, nanti akan kupastikan kakak-ku mem
panggilan Hugo membuyarkan lamunan Audrey, "Ma!" panggil Hugo lagi.Audrey pun segera mengembalikan kesadarannya, dirinya masih begitu mencintai Stefan namun tidak bisa memaafkan sikap Stefan waktu itu yang lebih memilih menyelamatkan dirinya ketimbang buah cinta mereka, "Maaf! Mama hanya sedikti haus saja," jawab Audrey yang melihat tatapan kekhawatiran dimata putranya itu.Sementara itu di Wyatt Group, Stefan tengah dilanda kebosanan dan kerinduan mendalam, lalu mencoba mengecek lagi rekaman CCTV waktu itu. Satu persatu Stefan memperhatikan untuk melihat kejanggalan namun tidak menemukan apa-apa, sekali lagi Stefan memutar rekaman CCTV ketika Nyonya Aleida keluar dari kamar rawat Audrey.Stefan menghentikan rekaman lalu memutar balik kembali, Stefan memperhatikan pada saat itu ada sebuah tali gelang yang sedikit menjuntai. Itu adalah gelang pasangan yang pernah Stefan berikan untuk Audrey. Dengan impulsif Stefan segera keluar ruanganya m