Audrey memandangi kamar utama tersebut, "Ini lebih luas dari Apartemenku," ujar Audrey.
"Panggil kami jika membutuhkan sesuatu, makan malam akan siap pada jam tujuh malam," ujar pelayan tersebut.
"Baik terima kasih," jawab Audrey.
Audrey duduk di lantai, memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya.
Audrey tak bisa menahan kesedihan dihatinya, dan akhirnya pun menangis. Audrey benar-benar merasa sendirian, tidak ada pelindung.
Setelah makan malam, beberapa pelayan membantu Audrey berbersih diri , "hei, aku bisa melakukannya sendiri," ujar Audrey.
"Tuan Stefan meminta kami mempersiapkan Nona, Tuan akan datang malam ini," jawab mereka.
'Degh' hati Audrey serasa terjatuh dari tempat yang tinggi mendengar perkataan pelayan teesebut.
"Brengsek," ucap Audrey dalam hati.
Setelah selesai, pelayan pun keluar dari kamar. Tinggalah Audrey duduk termenung diatas ranjang besarnya.
Audrey melihat pakaian yang dipakaikan oleh pelayan, merasa itu nampak seperti pelac*r, Audrey pun mencari ganti yang lebih tertutup.
"Sial, dasar pria mesum!" umpat Audrey yang melihat sederet pakaian tidur bermodel seksi semua.
Audrey melihat ke bagian kemeja, "ini pasti milik pria brengsek itu," pikirnya.
Akhirnya Audrey memilih kemeja tersebut, Audrey berdiri dengan gelisah, 'ceklek' pintu terbuka dan Stefan berdiri disana sambil memandangi Audrey yang sedang berdiri memakai kemejanya, lengan di gulung dan kemeja itu hanya menutupi sebatas paha saja, menutupi tubuh sintal Audrey, sungguh ini adalah pemandamgan yang sangat jarang Stefan dapati.
Biasanya para wanita lain menarik perhatian dan minat Stefan untuk naik keatas ranjang dengan menggunakan gaun tidur yang super seksi.
"Gadis pintar, kau pandai sekali menggodaku," ujar Stefan mendekati Audrey.
Tubuh Audrey membeku ketika Stefan memeluknya dan menjelajahi leher dan tulang selangka Audrey.
Audrey mencoba melawan, "patuhlah, kau sudah menyetujui menjadi selirku. Jadi layani aku dengan baik!" perintah Stefan.
Stefan membuka satu persatu kancing kemeja Audrey, lalu mulai menciumi dada Audrey dengan serampangan disana-sini.
Merasa semakin gemas, Stefan menggendong tubuh Audrey keatas ranjang mereka. Merebahkannya lalu menindihnya.
"Indah sekali," puji Stefan.
Stefan menciumi daun telinga Audrey, turun ke leher dan turun ke tulang selangka Audrey. Satu tangan memegangi pinggul ramping Audrey, satu tangan menyentuh Audrey di sana-sini, dengan sambil menciumi wajah Audrey dan melumat bibir ranum kemerahan milik Audrey.
Stefan memandangi kulit putih Audrey yang seputih salju tersebut, menciuminya dengan penuh hasrat dan kelembutan. Stefan mentautkan kaki Audrey di pinggulnya dan mulai menghentakan gerakanya lagi dengan lebih keras lagi ke tubuh Audrey. Stefan benar-benar kehilangan kendali diri akan tubuh yang sedang di tindihnya ini, Tubuh Audrey benar-benar membuat Stefan mencandu, menagih lagi dan lagi. Semalaman ini Stefan lagi-lagi tak melepaskan pelukannya dari tubuh Audrey sampai dengan di pagi hari barulah Stefan mebiarkan Audrey tertidur.
Stefan bangun lalu mengecek apakah ada darah di sprei mereka, "Berlaga jual mahal, namun entah sudah melakukannya berapa kali dengan pria lain sebelum dengan aku," cibir Stefan kepada Audrey.
"Kupikir kau berbeda, ternyata sama saja dengan wanita lain," ujar Stefan lalu bangun dan bergegas membersihkan diri.
Audrey bagun di siang hari, dengan merasakan sakit di sana-sini.
"Dasar pria tak tahu batas, brengsek," umpat Audrey sambil menahan rasa sakit di tubuhnya.
Audrey bangkit lalu berbersih diri, di cermin dia melihat begitu banyak tanda merah di tubuhnya. Audrey memutuskan memakai baju dengan model leher turtle neck untuk menutupi tanda merah hasil sesapan Stefan semalam.
Audrey mengambil ponselnya diatas nakas, lalu melihat pesan dari Mia yang mengabarkan jika semuanya sudah teratasi dengan baik.
"Meski dia brengsek, namun dia tepat janji," pikir Audrey.
Audrey merasa lapar, lalu pergi ke bawah untuk mencari makanan. Baru saja menuruni tangga, malah sudah kena tampar.
"Wanita ja*lang," pekik wanita tersebut.
Audrey memegangi rasa sakit kebas di pipinya, "siapa kau?" tanya Audrey.
"Aku adalah tunangan Stefan Wyatt," ujar Philia.
Audrey tersentak, "pria ini benar-benar brengsek, untuk apa dia memaksaku berdiri di sisinya sementara dia sudah memiliki seorang tunangan," pikir Audrey.
"Jangan tanya aku, tanyakan kepada tunanganmu itu, mengapa ingin menyimpanku disini," jawab Audrey.
"Dan tanyakan juga bagaimana pelayanan ranjangmu, sampai-sampai dia membawa wanita lain naik ke atas ranjangnya," ujar Audrey yang ingin membalas rasa sakit tamparan tadi.
Philia: "...."
"Minggir," ujar Audrey seraya berjalan ke dapur.
"Hei! Berhenti," ujar Philia seraya menarik lengan Audrey.
"Tinggalkan Stefan!" perintah Philia.
"Dengan semang hati, jika saja Taun Wyatt mengijinkan," jawab Audrey.
"Yang jadi masalah, bahkan Tuan Wyatt tidak ingin berpisah dariku, jadi Nona jangan buang waktumu untuk membujukku. Bujuklah tunangamu itu," jawab Audrey lagi.
"Aku akan sangat berterima kasih jika kau mau melakukannya dan behasil," ujar Audrey enteng.
"Jadi lepaskan tanganmu dariku!" ujar Audrey.
Di koridor, Audrey menyandarkan tubuhnya di dinding, "kenapa aku bisa sampai terjerat oleh iblis itu?" tanya Audrey tak habis pikir.
Philia langsung saja menuju ke Villa begitu mendengar kabar bahwa Stefan membawa seorang wanita dan mengijinkannya tinggal disana. Selama ini Philia bukan tidak tahu skandal Stefan dengan banyak wanita di luar sana, namun baru kali ini membawa seorang wanita di Villa tempat kediaman ibunya dulu. Karena merasa Stefan sedikit berbeda memperlakukan Audrey, dia pun memilih menyambangi Audrey.
"Wanita jal*ng," umpat Philia.
"Lihat saja kau akan menyesal dengan pilihanmu ini," ujarnya lagi.
Setelah makan, Audrey bergegas pergi ke universitasnya. Melihat Xander langsung saja Audrey berlari menghampiri dan memeluk Xander.
"Hei! Kenapa, ada apa ini?" tanya Xander yang terheran tiba-tiba Audrey memeluknya.
"Aku hanya senang kau baik-baik saja,' jawab Audrey.
"Ya, ya aku baik-baik saja," jawab Xander seraya membalas pelukan Audrey.
"Hei! ada apa ini dengan wajahmu?" tanya Xander.
"Ah tak apa, hanya saja sedikit terbentur sesuatu tadi," jawab Audrey.
"Kau ini mengapa tidak berhati-hati," ujar Xander sambil mengelus lembut puncak kepala Audrey.
"Ayo kita masuk ke kelas!" ajak Xander.
'Dzrt' ponsel Stefan menerima notifikasi pesan, itu adalah foto-foto Audrey sedang memeluk Xander.
"Arthur siapkan mobil!" perintah Stefan.
Pikiran Stefan melayang-layang ke dugaan prasangka yang macam-macam.
"Apakah pria itu adalah pria pertamanya Audrey," pikir Stefan.
Ini adalah pertama kalinya Stefan bertingkah seperti ini. Stefan mengambil ponselnya dan menghubungi Audrey.
"Keluar!" perintah Stefan.
"Aku sedang ada kelas," jawab Audrey.
"Keluar! atau aku yang masuk," ancam Stefan menutup sambungan ponselnya.
Audrey segera saja keluar dari kelas, "Xander nanti aku pinjam catatanmu yah!" pinta Audrey.
Audrey segera saja berlari, Audrey mencari-cari mobil Stefan, tidak sulit mengenali mobil mewah di tengah-tengah mobil biasa. Audrey segera saja masuk ke dalam mobil tersebut.
"Ada apa?" tanya Audrey kepada Stefan."Kita akan makan siang," jawab Stefan."Tuan Wyatt!" panggil Audrey sedikit marah."Apa ini tidak keterlaluan? memanggilku hanya untuk ini," ujar Audrey."Bukankah kau bisa meminta tunanganmu untuk menemanimu makan," ujar Audrey lagi."Siapa?" tanya Stefan."Tunanganmu," jawab Audrey mengeraskan suaranya."Hari ini dia datang ke Villa, Tuan jika kau sudah memiliki tunangan. Lalu mengapa masih menginginkanku?" tanya Audrey."Tidak bisakah kau melepaskanku?" tanya Audrey."Dengar wanita! jika aku sudah
Setelah berkali-kali memuaskan diri atas tubuh Audrey, Stefan pun terlelap dengan nyenyaknya. Audrey terbangun memgambil ponsel diatas nakasnya untuk melihat jam."Jam delapan pagi," gumam Audrey."Ah dasar brengsek, benar-benar tak tahu batas," Audrey merutuki Stefan seraya memandangi tanda merah-merah di tubuhnya.Audrey duduk bersandar di ranjang, lalu ingin sedikit membuka artikel di media sosial, Audrey perlahan mengambil jari jempol Stefan dan memindainya di ponsel Stefan untuk membuka kunci ponsel Stefan.Audrey membaca-baca artikel yang sedang viral, tiba-tiba tangannya terhenti di satu artikel. Itu adalah artikel tentang Stefan yang terlihat baru keluar dari klub malam mewah bersama artis papan atas.Audrey menghela nafas
Dokter segera datang dan memeriksa keadaan Audrey. Mengecek dan memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi dokter pun meninggalkan kamar Audrey. Stefan masuk ke kamar Audrey, berdiri bersedekap di depan Audrey, "Wanita ini benar-benar keras kepala," pikir Stefan. Stefan bersimpuh di sisi ranjang Audrey, melihat Audrey tertidur dengan mengernyitkan alisnya, "Apa yang ada di pikiranmu, terkadang aku benar-benar tidak bisa membacanya," pikir Stefan lagi. Stefan meninggalkan Audrey yang ternyenyak di kamarnya. Stefan mengambil kunci mobilnya dan melajukannya ke salah satu klub mewah yang biasa dia datangi. Stefan memanggil beberapa temannya untuk menemaninya. Grey dan Gerson, yang biasa di juluki 2G adalah teman baik Stefan. "Ada apa ini, Tuan Wyatt berinisiatif mengundang k
Grey memandangi Audrey yang masih belum tersadar, wajah Audrey masih terlihat pucat.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang di geser dengan keras, Grey melihat ke arah pintu lalu melihat seorang wanita tengah berdiri disana."Audrey!" panggil Mia dengan panik.Mia mengetahui tentang keadaan Audrey, dari sepupunya yang bekerja di ruang IGD di rumah sakit ini."Apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan kepadanya?" tanya Mia lalu menampar keras pipi Grey.Nafas Mia naik turun menahan marah dengan mata memerah menahan tangis, "Brengsek katakan apa yang telah kau lakukan padanya?.Grey menahan kebas di pipinya baru kali ini dia ditampar oleh wanita dengan sangat keras.
Audrey membuka buku sketsa yang baru saja dia beli, Audrey sudsh terbiasa menggambar design pakaian semenjak dia kecil. Sebagai penderita Autisme Audrey membatasi minatnnya hanya pada melukis design. Hal inilah yang sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi Audrey terhadap orang lain. Ibu dan adik tiri Audrey menjadikan kelemahan Audrey ini untuk mengusir Audrey dari rumah. Merangkai rencana seakaan Audrey adalah anak yang liar dan berbahaya. Mereka melakukan cara kotor, memprovokasi Audrey sehingga Audrey merasa kesal saat rutinitasnnya terganggu. Penderita Autisme juga memiliki gangguan kecemasan dan cenderung mudah depresi. Ibu dan anak membuat Audrey terlihat sebagai pengacau di dalam keluarga yang selalu saja mengamuk, meraung tidak bisa berbicara. Karena itulah A
Audrey merapihkan gaunnya dengan mata sembab, begitu sampai di Villa Audrey segera keluar dari mobil dan berlari kecil menjauhi Stefan.Stefan hanya menatapi dingin kepergian Audrey, "kembali ke mansion!" perintah Stefan.Stefan menyenderkan kepalanya di kursi mobilnya, memejamkan matanya dan memijit-mijit pelipisnya. Stefan merasa semakin Audrey menentangnya maka semakin ingin Stefan menguasai Audrey.Stefan menimang-nimang rasa di hatinya, namun semua tertutup oleh sikap egois dan arogantnya."Dia tidak berbeda jauh dengan wanita-wanita yang bersedia berbagi ranjang denganku," ujar Stefan dalam hati, meyakinkan pendapatnya sendiri.Audrey menghabiskan hari-harinya seperti hari-hari sebelumnya, menunggu kedatangan Stefan. Sementara itu
Telah berjuang keras keluar dari dunia Autisme maka itu membuat Audrey bisa menaikan tingkat daya juang Audrey untuk hidup. Audrey mengamati sekeliling, Audrey memiliki keahlian bisa dengan cepat menfokuskan diri. Audrey melihat sebuah alat yang biasa dipakai untuk memangkas rumput liar diladang.Audrey mengambilnya dengan susah payah meletakannya agak sedikit berdiri disanggah sedikit oleh sebuah celah, lalu mulai menggesek ikatan tali di tangannya. Dan berhasil terbuka.Audrey mulai mencari cara untuk melarikan diri. Satu-satunya pintu keluar hanya ada satu, dan itu terkunci.Audrey mengambil alat yang tadi baru saja dia gunakan untuk membuka tali ikat tangannya. Lalu berdiri menunggu di balik pintu. Dengan sabar Audrey menunggu, akhirnya pintu terbuka, dan langsung saja Audrey menancapkan alat itu di tubuh pria asing yang me
"Aku akan membawanya pergi dari neraka ini," ujar Mia.Mia memapah Audrey turun dari ranjang, "ayo sayang, aku akan membebaskanmu dari neraka ini," ujarnya lagi."Berhenti!" perintah Stefan."Apa kau ingin benar-benar membunuhnya?" tanya Mia dengan marah."Lepaskanlah dia!" pinta Mia."Dia tidak berhutang apa-apa kepadamu, tapi kaulah yang berhutang banyak kepadanya," jawab Mia."Katakan sekali lagi tentang apa yang baru saja kau katakan sebelumnya!" ujar Stefan.Mia terdiam, mengambil nafas panjang lalu mulai menceritkan kejadian malam itu di kamar 666."Jika malam terlaknat itu t
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s
"Mengapa kau begitu tega kepada kami?' tanya Mia dengan suara tercekat menahan tangis."Maafkan aku, maafkan aku," tukas Audrey.Audrey menceritakan kejadian malam itu, alasan mengapa dia lebih memilih menghilang bersama bayinya, Mia langsung saja memeluk Audrey, "jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi," pinta Mia."Aku janji," ujar Audrey.Begitu mereka memasuki ruangan tempat para pria mereka menunggu, dengan tiba-tiba saja Mia berdiri di depan Stefan. Merasa bingung Stefan dan Gery pun bangun secara bersamaan. Dengan tiba-tiba saja Mia melayangkan tangannya dan "plak" tangan Mia mendarat di pipi Stefan."Itu karena telah membuat Audrey-ku pergi meninggalkanku selama bertahun- tahun!" tukas kesal Audrey.Stefan hanya mengusap-usap lembut pipinya, tidak melawan sama sekali karena memang merasa dirinya bersalah. Gery segera menarik Audrey, menenangkan MIa yang masih bersungut kesal., "sayang tenanglah, ada Hugo di sini," nasehat Gery.
Setelah meminum air buah timun buatan Nyonya Aleida maka barulah Stefan sedikti merasa lebih baik, Audrey berjalan kearah Stefan yang terlihat lemas itu. Sementara Hugo yang tadi telah mencuri dengar sedikit merasa tiba melihat Papa-nya yang sedang sakit itu. Hugo masuk ke kamarnya, lalu merebakan dirinya di ranjang besarnya, memandangi langit-langit seraya berpikir tentang sesuatuSementara Audrey berdiam duduk di sofa menjaga Stefan. Audrey terlelap sambil duduk, Stefan membuka kedua matanya. Merasa sudah lebih baik maka Stefan pun mencoba bangun. Stefan memperhatikan Audrey yang sedah terlelap dan merasa jika kecantikan Audrey tidak memudar sedikitpun. Stefan mencoba bangun, namun masih tersisa sedikti rasa sakit di perutnya sehingga Stefan sediit meringis. Mendengar suara Stefan yang sedang menahan sakit, langsung saja Audrey berdiri dan duduk di sisi Stefan."Apakah masih sakit, katakan bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya Audrey dengan terlihat panik.
Audrey masuk ke rumah sambil bersungut tak percaya jika Stefan mau berkemping di depan rumah mereka, "lihat saja mereka akan bertahan sampai kapan," gumam Audrey.Nyonya Aleida dan Hugo juga ada mengintip dari balik tirai jendela rumah mereka, "itu, apakah mereka benaran akan tidur di luar?" ujar Nyonya Aleida."Biarkan saja jika mereka mau, tak usah pikir lagi dan tak usah dilihat lagi!" tukas Audrey seraya menggendong Hugo untuk masuk kedalam kamarnya.Dalam hati, Hugo juga ada sedikit rasa kasihan terhadap Papa-nya itu. Namun Hugo masih belum bisa menerima kehadiran Stefan setelah mengetahui cerita keadaan sebenarnya. Ketika tengah malam, Audrey terbangun perlahan karena tidak ingin membangunkan Hugo, Audrey berjalan ke ruang tam lalu menyibak tirai jendela mereka dan mengintip keadaan Stefan dan Xavier."Mereka benaran tidur diluar sana," ujar pelan Audrey.Audrey masih sangat mencintai pria yang sedang menungguinya di luar rumahnya itu, namun
"Sebentar," ujar Xavier menarik tangan Stefan."Tidak! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tukas Stefan."Hei! sabarlah, ku akan mengecek lokasi mereka dulu ada dimana sekarang," jelas Xavier."Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.Xavier mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai membuka media sosial, mulai menggerakan jarinya di layar ponselnya lalu xavier tersenyum."Dapat," ujarnya kesenangan."Apa?" tanya Stefan bertambah bingung."Ayo!" ajak Xavier.Di media sosial tadi, Xavier mencari tahu Food Truck Hugo sedang berjualan di daerah mana. Xavier pun melajukan mobilnya dengan cepat. Sementara Stefan berdebar-debar. Mobil yang sedang dilajukan ini akan segera membawa dirinya bertemu dengan Audrey dan putranya.Setelah berkendara beberapa jam, maka mereka pun tiba. Terlihat banyak antrian di depan Food Truck, Stefan pun tak bisa menguasai diri dan ingin menyelak antrian. Namun malam memancing keributan, Audrey
Begitu tiba, Xavier segera saja masuk ke kamar Stefan, melihat Stefan sudah tertidur langsung saja Xavier menarik selimut Stefan."Hei ada apa ini?" tanya Stefan limbung.Xavier mengambil rambut Stefan beserta akarnya, "kelak kau akan berterima kasih kepadaku," ujar Xavier langsung saja bergegas pergi lagi keluar."Apakah dia sedang keracunan makanan," gumam Stefan seraya melihat jam diatas nakasnya yang menunjukan jika ini masih jam lima pagi.Stefan pergi ke rumah sakit menemui dokter kenalannya, "aku ingin kau melakukan tes DNA untuk ini," ujar Xavier."Kau memintaku datang pagi-pagi sekali hanya untuk ini?" tanya Alex."Sudah lakukan saja, nanti akan kupastikan kakak-ku mem
panggilan Hugo membuyarkan lamunan Audrey, "Ma!" panggil Hugo lagi.Audrey pun segera mengembalikan kesadarannya, dirinya masih begitu mencintai Stefan namun tidak bisa memaafkan sikap Stefan waktu itu yang lebih memilih menyelamatkan dirinya ketimbang buah cinta mereka, "Maaf! Mama hanya sedikti haus saja," jawab Audrey yang melihat tatapan kekhawatiran dimata putranya itu.Sementara itu di Wyatt Group, Stefan tengah dilanda kebosanan dan kerinduan mendalam, lalu mencoba mengecek lagi rekaman CCTV waktu itu. Satu persatu Stefan memperhatikan untuk melihat kejanggalan namun tidak menemukan apa-apa, sekali lagi Stefan memutar rekaman CCTV ketika Nyonya Aleida keluar dari kamar rawat Audrey.Stefan menghentikan rekaman lalu memutar balik kembali, Stefan memperhatikan pada saat itu ada sebuah tali gelang yang sedikit menjuntai. Itu adalah gelang pasangan yang pernah Stefan berikan untuk Audrey. Dengan impulsif Stefan segera keluar ruanganya m