“Apa ada murid baru di sekolah kita?” Nira membuka suara gara-gara ia melihat pria itu
“Tidak.” Balas kedua temannya dan Nira menggukan kepalanya sebagai responnya
“Memangnya ada apa?” tanya Afriya menyelidik
“Tidak ada apapun hanya bertanya.” Balas Nira sekenanya
“Kau tidak akan bertanya tanpa alasan bodoh, kami berdua tahu sifatmu.” Ucap Liza
“Si bijak memang yang terbaik.” Afriya memuji Liza karena ucapannya tadi
“Forget it.” Nira berjalan mendahului mereka dan duduk di bangkunya
Tidak ada bel yang berbunyi, tidak ada pelajaran yang memuakan dan hanya ada waktu luang yang menyenangkan. Nira membuka mulut dengan senyum lebarnya .
“Apa kalian tidak merasa bosan?” tanya Nira
“Tentu saja kami bosan bahkan sangat.” Balas Afriya
“Bagaimana dengan berkemah?” tanya Nira lagi
“Apa kau gila?” tanya Liza
“Tidak.” Balas Nira
“ Aku setuju dengan Nira tapi sepertinya orang tuaku tidak mengijinkannya.” Ucap Afriya sedih
“Oke, kita atur waktunya dan untukmu Afriya bagaimana kalau kau pura-pura menginap di rumah Nira?” ucap Liza membuat rencana
“Tidak, kita berdua akan menginap di rumah Liza karena orang tuamu yang terbaik.” Balas Nira
“Oke, setuju.” Tambah Afriya
“Tapi Nira bukankah tanganmu terluka bahkan di ikat seperti itu?” tanya Liza
“Tidak apa-apa Za, it’s ok I can handle it.” Balas Nira
“Tapi Nira, Liza. Apa hanya kita yang pergi berkemah?” tanya Afriya
“Maksudmu Afriya?” ucap Liza menanyakan kembali
“Apa kita akan baik-baik saja? kita seorang perempuan.” Afriya menjelaskan
“Kau benar Riya, aku lupa akan hal itu. Tapi tunggu, bagaimana dengan anggota basket? aku cukup yakin beberapa dari mereka akan setuju.” tambahnya
“ Apa kau yakin Ra?” tanya Liza
“ Tentu saja.” Balasnya
Tidak jauh dari meja mereka Megi, Arka dan Tao duduk di depan sana. Nira menghampiri mereka bertiga.
“Megi.” Panggil Nira
“Ya Nira?”
“Begini, aku, Liza dan Afriya ingin pergi berkemah. Afriya takut karena kami semua seorang perempuan bagaimana kalau kalian ikut? bukankah itu ide yang bagus?” Nira menjelaskan
“Kapan itu?” tanya Megi
“Lusa kami akan pergi Meg.” Balas Nira
“Sepertinya aku tidak bisa.” Sesal Megi
“Bagimana dengan kalian Tao, Arka? Aku harap kalian akan pergi dengan kami.” Tanya Nira berharap
“Baiklah tidak ada salahnya.” Ucap keduanya
“Terimakasih.” Nira tersenyum
“Tapi Nira apa aku boleh mengajak seseorang? dia temanku. Kalian mungkin tidak akan mengenalnya apa itu tidak apa-apa?” tanya Tao
“Tentu saja, banyak orang lebih baik.” Balas Nira
“ Okay. Dimana kita berkumpul?” tanya Tao
“ Di tempat yang akan digunakan kemah saja, pinus garden.” balas Nira
“Okay
Nira, Liza dan Afriya pergi berbelanja untuk kebutuhan mereka lusa, mereka mulai memasukan barang-barang yang akan mereka gunakan kedalam ransel khusus. Dengan semangat yang menggebu-gebu dan kebahagiaan tulus yang muncul bukan kebahagian terpaksa.
Nira, Afriya sudah menginap di rumah Liza untuk menunggu hari yang ditunggu-tunggunya. Ibu dan ayah Liza mengizinkannya karena kedua gadis itu sudah seperti keluarga mereka sendiri. Ayah dan Ibu Liza tahu jika mereka akan pergi berkemah, seperti dugaan mereka akan menyetujuinya hanya saja mereka harus bisa berhati-hati dan menjaga kesehatan.
Waktu yang ditunggu pun tiba, mereka berangkat dengan baju training. Ketiganya berangkat menggunakan mobil milik keluarga Liza, “Sangat menyengkan jika mempunyai keluarga seperti ini dan keluarga yang menghawatirkanmu seperti keluarga Afriya.” Itulah yang dipikirkan Nira
Ketiganya turun di pintu masuk, kedua orang tua Liza berpesan untuk berhati-hati dan dengan senang hati mereka mengiyakannya. Mereka masuk dan di sana ada Tao, Arka dan seorang pria lain.
Ketiganya menyapa Arka, Tao dan seorang temannya. Nira cukup terkejut dengan teman Tao karena yang Tao katakan benar. Ia benar-benar jika pria yang ia perhatikan waktu itu adalah teman Tao. “Apakah ini sebuah takdir? atau hanya nasib baikku? apa Dewi Fortuna sedang berpihak kepadaku? tapi apapun itu aku sangat berterimakasih.” Pikir Nira
“Ohh ya, perkenalkan ini temanku Darrel.” Ucap Tao memperkenalkan
“Darrel perkenalkan ini Nira, member team basket kami dan itu Liza serta Afriya.” Tambahnya
“Hallo aku Darrel. Senang mengenal kalian.” Ucap Darrel
“Senang berkenalan denganmu juga.” Liza berucap dan dukungan senyuman kedua temannya
“Apa tidak ada yang akan memperkenalkanku juga?” Tanya Arka konyol
“Dasar bodoh, kami sudah mengenalmu.” Balas Nira
Mereka tertawa bersama sambil berjalan menuju tujuan mereka. Afriya jalan bersama Arka, Tao dengan Liza dan yang terakhir sudah pasti Nira dengan Darrel. Mereka melakukan itu agar tidak ada orang yang mengganggu teman perempuannya. Afriya dan Liza mengobrol dengan pasangan mereka dengan santai sedangkan Nira terlihat canggung. Mereka baru saja berkenalan dengannya bagaimana mungkin mereka bisa terlihat akrab, sampai akhirnya Darrel membuka mulutnya.
“Ada apa dengan pergelangan tangan kananmu?”
“Ini hanya luka kecil saat bermain basket beberapa hari yang lalu.”
“Ahh baikalah.” Awkward moment terjadi lagi, tak ada yang bertanya dan tak ada yang ingin memulainya. Nira sibuk dengan detak jantungnya yang bergetar berbeda dari biasanya sedangkan Darrel tidak tahu apa yang harus ditanyakannya lagi.
Butuh waktu 30 menit untuk sampai di sebuah lapangan yang luas di sana. Mereka duduk dan mengeluarkan tenda, Nira mengeluarkan tenda di ranselnya untuk digunakannya dengan teman-temannya sedangkan untuk pria tenda yang mereka gunakan di dalam tas Arka.
Mereka mulai memasang tenda, Nirea cukup kesuliran karena pergelangan tangannya tapi itu tidak menghambat perkerjaanya. Tenda yang akan mereka sudah berdiri dengan sempurna, mereka meneguk minum yang mereka bawa karena kehausan. Mereka mulai membagi tugas, Nira dan Darrel mendapatkan tugas untuk mencari kayu bakar, Liza dan Tao memasak sedangkan Afriya dan Arka mencari air untuk mereka minum. Mereka mulai berpencar kecuali Liza dan Tao. Nira dan Darrel berjalan ke sebelah timur dan masuk kedalam hutan untuk mencairkan suasana Nira bertanya dengan beribu kupu-kupu yang ingin keluar dalam perutnya. “Apa kau murid baru? maksudku aku tidak pernah melihatmu, itulah mengapa aku menanyakannya.” Nira menjelaskan pertanyaannya “Tidak, aku mendaftar bersama dengan Tao dan yang lainnya. Mungkin karena aku jarang keluar kelas itulah kenapa aku terlihat asing.” Balas Darrel “Ohh.” Nira ber'oh' ria “Yeah. Apa kau tipe orang yang ceroboh?” tany
Mereka meninggalkan Nira sendiri, gadis itu membaringkan tubuhnya dengan kaki yang di masukan kedalam sungi itu, Darrel meliriknya sebentar dan melanjutkan kembali langkahnya. Segarnya air sungai itu membuat Nira menyukainya. Sudah sepuluh menit gadis itu melakukan hal itu, dia bangun dan batu licin di pijak kaki kirinya. Ia tergelincir sehingga membuatnya terjatuh. Pelipis kirinya tergores batu, begitupun kaki kirinya. Tidak ada yang terluka kecuali kedua anggota tubuh itu. Nira bangun dengan hati-hati. Untung saja air sungai yang mengalir itu tidak deras sehingga ia tidak terbawa arus. Gadis itu berjalan dengan memegangi pelipis kirinya, darah segar keluar dari sana dan dia menyeret kaki kirinya. Luka di kakinya lebih parah dari luka pelipisnya, karena itu ia melakukannya. Nira melihat Liza begitupun dengan Liza. “Nira!” Liza berteriak, ia berlari kearah Nira dan otomatis pasang-pasang mata itu tertuju pada gadis yang diucapkan namanya. Gadis ya
Darrel keluar dari toko ice-cream, ia mengeluarkan benda persegi panjangnya yang berwarna putih tulang. Ia memainkannya sebentar. “Hallo Tao.” Ucap Darrel “ Ya Darrel, apa kau sudah bersama Nira?” balas pria di seberang sana “Ya dia bersamaku, aku baru saja membeli ice-cream untuknya. Katakan pada kedua temannya kalau dia baik-baik saja.” Balas Darrel “Oke.” Setelah terdengar kata oke Darrel mematikan teleponnya dan memasukan kembali kedalam saku celananya. Afriya dan Liza kembali ke rumah Liza, mereka berdua membawa perlengkapan yang mereka bawa untuk berkemah. Mereka membereskan baju yang telah dipakai dan yang belum dipakai. “Kenapa sudah kembali?” entah dari mana datangnya tiba-tiba ibu Liza sudah berdiri di pintu kamarnya. “Nira mengalami kecelakaan Ma dan sekarang mungkin dia di rumah sakit.” Balas Liza “Bagaimana bisa mungkin? bukankah kalian juga mengantarnya?” tanya wanita paruh baya itu “Tentu sa
Sebuah nama terlontar, suaranya terdengar lembut dan parau. Empu si pemilik nama menggeliat dalam tidurannya, si pria menajamkan pendengarannya lagi. Sebuah nama terlontarkan lagi dan sekarang dapat dipastikan jika suara itu adalah suara Nira. Si pemilik nama membuka matanya sedikit dan mengangkat kepalanya. “Kau sudah bangun?, apa kau baik-baik saja sekarang?” Tanya Darrel “Sepertinya begitu, terimakasih sudah membantuku.” Suara lemah dan pelan yang dapat terdengar “Tidak apa-apa, ini akan baik-baik saja. Apa kau ingin sesuatu?” tanyanya lagi “ Aku haus.” Balas Nira Darrel bangun dari duduknya, ia mengambil gelas di meja kecil di samping ranjang tidurnya. Dia mengisi gelas kosong itu dengan air dan menyimpannya di atas meja itu. Ia membantu Nira untuk duduk bersandar di ranjang tidurnya. Darrel mengambil gelas yang berisi air minum itu dan memberikannya kepada Nira. Setelah selesai minum si gadis tersenyum tipis dan berter
Nira menutup matanya, dia menikmati sentuhan lembut Darrel di kepalanya. Sentuhan lembut yang pernah dirasakannya, sentuhan lembut yang dirindukannya, sentuhan lembut yang bisa membuatnya senang dan sentuhan lembut dengan kasih sayang yang banyak. Gadis itu merindukannya bahkan sangat. Kepingan kenangan muncul di kepalanya, kenangan-kenangan yang berputar bertolak belakang dengan putaran jarum jam. Kenangan bak film hitam putih yang mulai pudar. Gadis itu melihat dirinya tersenyum dengan sang ibu yang sedang menggendongnya, dia melihat dirinya bermain sepeda dengan kakak dan adiknya, ia melihat dirinya bermain catur dengan sang ayah. Airmatanya menerobos keluar, sedetik kemudian dihapusnya. “Apa kau baik-baik saja Ra?” ucap Darrel yang membuat sang gadis membuka matanya dan menatap Darrel “Uhmm.” Balasnya singkat “Aku serius.” Ucap Darrel lagi “Aku juga.” Balas si gadis lagi “Baiklah, lakukan apapun yang kau inginkan.
21 JUNI 2021“Tenang saja, dia aman. Aku akan mengajaknya pulang sekarang juga.” ucap seorang pria yang sedang menelepon seseorang di seberang sana. Kemudian pria itu menatap seorang gadis yang sedang duduk dengan mulut yang ditutup lakban dan tangan yang diikat.Mr. Ahmad menyuruh pria yang menculik Gadis itu untuk mengangkatnya dan memasukannya ke dalam mobil miliknya. Tidak memakan waktu lama mereka sudah berada di pekarangan rumahnya. Dia membuka ikatan dan lakban yang berada di tubuh si gadis.Keduanya masuk dengan si gadis yang diseret, Pria itu membanting pintu. Di dalam sudah ada seluruh anggota keluarga mereka.“Apa yang kau lakukan? apa kau sudah gila? dia anakmu!” ucap seorang wanita paruh baya“Aku sudah mengatakan padamu jangan mengatakan hal itu aku sudah tahu. Aku tahu dia anakku dan aku sadar dengan apa yang sudah aku lakukan.” balas si pria“Lalu apa yang kau inginkan sekarang?&rdquo
“Aku kira kau tidak akan datang Ra.” Megi tersenyum. Megi seorang pria yang cukup mahir dibidang olahraga besket, tidak hanya dia ada Tao, Kenan, Arka dan yang terakhir Keyle. Nira satu-satunya gadis di ekstra kulikuler ini. “Eyy tidak mungkin.” balas Nira Mereka mulai bermain dengan sengit dan Nira terjatuh. Pergelangan tangan kanannya tampak membiru karena terkilir akibat mendrible bola, meskipun sudah membiru ia tetap melajutkan permainan karena ia berpikir ‘aku bukan pecundang yang akan berhenti karena terluka.’ Meskipun tangan kanannya terluka setidaknya masih ada tangan kiri yang membantunya. Pertandingan selesai dan pertandingan itu dimenangkan oleh kelompok Megi. Semuanya tampak senang dengan kemenangan itu, gadis itu tidak menampakan kesakitannya. Dia meminta izin untuk pulang terlebih dahulu dan ia mendapatkan izinnya. Semua orang berada di ruang keluarga, Nira masuk dan berjalan ke ka