Bayangkan, koordinator data control sebelumnya membutuhkan waktu hampir enam tahun untuk bisa menjadi pemimpin untuk para karyawan di bagian data, sementara Maman ditunjuk menjadi koordinator data control setelah dua tahun menjalani tugas sebagai pengambil data. Hal ini membuat banyak karyawan yang sebelumnya satu bagian bersama Maman terkejut, apalagi beberapa diantara mereka sudah menjadi data control selama empat tahun, tak ayal mereka merasa dilangkahi sehingga memunculkan rasa iri hati di hati mereka.
"Dasar penjilat...pasti dia main kotor!""Dia Khan dekat sama pak Sumardi...tidak mungkin pak Sumardi mau mengangkat anak bau kencur itu jadi koordinator tanpa ada imbalan""Jangan-jangan tuh anak ngasih sogokan!?"Itulah sebagian kalimat-kalimat gunjingan yang bertebaran di obrolan para karyawan tentang Maman, tentu saja Maman tahu hal itu namun ia merasa tidak perlu untuk melakukan pembelaan, ia merasa hal itu hanya buang-buang waktu dan energi, lagipula jika ia membantah secara frontal yang ada malah sikap antipati terhadapnya semakin besar dan ia tak bisa membayangkan bagaimana ia harus bersikap jika hal itu terjadi. Maman memilih untuk menutup telinga.Maman tetap fokus menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai data control, dia tidak bisa memungkiri jika beberapa anggotanya memandang remeh dan iri secara sembunyi sembunyi pada dirinya, namun itu konsekuensi yang sudah diprediksi saat ia diberikan tanggung jawab yang ia pikul sekarang.Beberapa lama menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya Maman mulai mengetahui siapa-siapa saja anggota tim data control yang terlihat tidak suka padanya, Maman pun sudah bisa memetakan potensi konflik yang bakalan timbul dan bisa mempengaruhi tugas-tugasnya.Satu-satunya anggota tim data control yang ia bisa percayai sepenuhnya hanyalah Simon, terlepas dari Simon merupakan sahabat karibnya namun ia melihat Simon selalu menunjukkan kinerja yang bagus, karena itu ia punya rencana untuk Simon."Simon...bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Maman menepuk punggung Simon dari belakang, Simon yang terkejut tak mampu lagi mengontrol refleksnya."Upss...hmm...aduh...!"Simon berusaha merangkai kalimat sekaligus mendapatkan kembali kontrol terhadap dirinya setelah dikagetkan oleh Maman, sahabat yang sekarang jadi pimpinannya."Aduh Man...beneran kaget aku!"Maman tersenyum melihat kelakuan Simon, ia memaklumi jika sampai sekarang sahabatnya itu belum bisa membedakan panggilan formal dan panggilan informal, Simon masih saja memanggil Maman seperti saat mereka masih bersama-sama menjadi anggota tim data control, untung saja Maman bukanlah orang yang suka menuntut penghormatan berlebihan, karena itulah Maman mengacuhkan cara Simon memanggil dirinya."Kagetnya jangan kelamaan, aku butuh beberapa info hari ini"Simon segera paham apa yang diinginkan Maman, ia lalu menyodorkan Maman beberapa lembar kertas."Itu rekapan data sejak tiga tahun lalu, seperti yang kamu bilang memang ada beberapa tempat yang datanya mencurigakan, terlihat di atas kertas baik-baik saja namun saat menyusuri hal tersebut dari dekat maka akan terlihat jelas kenyataan yang sebenarnya".Maman membaca dengan seksama lembaran kertas yang diberikan Simon, keningnya berkerut dan ada rasa tidak puas di setiap desahan nafasnya."Bagaimana bisa koordinator yang lama melewatkan hal seperti ini?""Atau jangan-jangan dia tahu tapi tidak mau ambil pusing!?" Sambung Simon penuh kecurigaan.Maman mengangguk perlahan, dia juga punya pemikiran yang sama dengan Simon. Memang dia tahu koordinator tim data sebelumnya tidak mau banyak pusing dan tidak mau repot untuk mengurusi keakuratan data yang diberikan anggota timnya, namun dia tidak menyangka kalau sikap koordinator sebelumnya itu meninggalkan banyak lobang permasalahan yang berpotensi membuat perusahaan mengambil keputusan yang salah.Sudah saatnya Maman mengambil keputusan untuk memperbaiki kesalahan selama ini yang terjadi bertahun-tahun hal pertama yang harus ia lakukan adalah menempatkan seseorang yang ia percayai untuk menjadi orang pertama yang memeriksa keakuratan data sebelum sampai ke mejanya."Aku punya tugas baru untukmu, dan kamu tidak perlu lagi menjadi petugas data" kata Maman sambil menepuk bahu Simon."Tugas apa itu?" Tanya Simon, ia tahu pasti sahabat sekaligus koordinatornya ini akan melakukan segala hal untuk memperbaiki kesalahan yang ada."Semua data yang masuk kau harus verifikasi, tidak boleh ada data yang sampai ke saya tanpa harus melalui verifikasi dari kamu...kamu orang pertama yang melihat jika ada kesalahan data""Jika ada kesalahan, apa yang harus saya lakukan?""Laporkan ke saya lalu kita mencari cara menyelesaikannya sekaligus mencari pelakunya!"Simon mengangguk tanda paham apa yang harus ia lakukan."Mulai besok kamu sudah mulai bertugas, posisi barumu akan saya umumkan pas meeting sore nanti...ingat kali ini jika masih banyak data yang tidak akurat kamu orang pertama yang saya mintai jawaban".Perubahan besar memang harus dimulai dari hal terkecil dan salah satu hal kecil yang harus Maman lakukan adalah meminimalisir ketidak akuratan data, setelah ini ia harus memikirkan hal lain lagi untuk membuat tim data yang dipimpinnya bisa memberikan data riil ke perusahaan saat diperlukan.Pengumuman pengangkatan Simon sebagai verifikator data membuat tim data kembali gempar, apalagi belum pernah ada posisi seperti yang dijabat Simon sekarang. Jabatan Simon menempatkan dirinya sebagai orang berpengaruh kedua di tim itu setelah koordinator tim data, beragam suara tidak puas dan kritikan mulai bermunculan sejak pengangkatan Simon diumumkan padahal Simon belum lagi menjalankan tugasnya. Hal ini didengar oleh pak Burhan yang sejak lama tidak suka dengan pengangkatan Maman sebagai koordinator tim data, sekarang dia punya bahan untuk membuat Maman menghadap dirinya untuk dimintai pertanggungjawaban dan jika bisa ia akan memaksa Maman untuk mundur dari posisinya itu."Kamu ke ruangan saya sekarang!" Perintah pak Burhan ke Maman melalui telpon dan tidak menunggu Maman merespon dengan jawaban ia langsung menutup telponnya.Maman yang mendapatkan perintah untuk menghadap melalui telpon sudah hendak berkata "Siap pak..." Namun sebelum kedua kata itu keluar dari mulutnya orang yang menelponnya sudah memutuskan sambungan telpon. Ia sudah hapal dan tau maksud dari pak Burhan menyuruhnya menghadap, ia justru tak menyangka jika respon pak Burhan secepat ini bahkan Simon belum menjalankan tugas barunya. Ia lalu menghubungi nomor Simon dan tak lama kemudian suara Simon terdengar di ujung telpon."Halo Man...""Simon kamu siap-siap kita ketemu pak Burhan sekarang...bawa data kesalahan data yang sudah kamu rekap, kita buktikan kalau perlu banyak perubahan di tim ini"."Siap...kita ketemu dimana?""Langsung temui saya di depan ruangan pak Burhan, saya tidak akan masuk ke ruangan pak Burhan tanpa data dari kamu""Baik!"Simon tau yang harus ia lakukan, kali ini dia semakin yakin Maman sahabatnya sudah bukan lagi karyawan biasa yang selalu diremehkan orang di masa lampau, ia tahu sahabatnya itu punya banyak hal mengejutkan yang bisa setiap saat meledak mengejutkan banyak orang. Dia semakin yakin untuk selalu ada di samping Maman untuk membantunya kapanpun sahabatnya itu membutuhkan dirinya.Lima menit kemudian Simon menyusul Maman ke depan ruangan Pak Burhan, melihat kedatangan Simon tanpa menunggu lama Maman langsung menuju pintu ruangan pak Burhan."Kali ini kita tunjukkan apa yang terjadi sebenarnya".Pak Burhan melihat kedatangan Maman dan Simon dengan muka cemberut.Penampilan keduanya yang sok pintar cukup mengganggu pikiran pak Burhan, terutama hari ini, tiba-tiba anak baru yang dapat jabatan bagus membuat perubahan yang tidak sejalan dengan pemikirannya. Jika saja bukan karena dukungan pak Sumardi yang merupakan atasan langsungnya ia tidak akan membuat Maman dan Simon melakukan hal-hal yang tidak dia sukai."Kalian berdua duduk...!!!"Maman dan Simon mengganguk hampir serentak lalu menarik kursi dan duduk berhadapan dengan pak Burhan, posisi mereka yang berhadapan hanya dibatas meja kayu yang di cat cokelat keemasan."Kalian baru dikasih tanduk sedikit sudah mulai menanduk ya!?" Kata pak Burhan sambil menatap Maman dan Simon bergantian. Simon melirik sedikit ke arah Maman yang tetap tenang fokus memandang ke arah pak Burhan dengan tatapan yang santai seperti tak ada sesuatu yang harus ditakutkan."Apa maksudmu menjadikan Simon untuk memeriksa semua d
Maman diikuti Simon berjalan keluar dari ruangan pak Burhan meninggalkan pak Burhan yang masih duduk mematung dengan wajah pucat karena tak percaya dalam hitungan menit ia kehilangan jabatan yang selama ini ia banggakan."Mulai besok jalankan tugasmu, kamu mungkin satu-satunya orang yang bisa saya percaya di tim data control untuk saat ini." Kata Maman ke Simon yang berjalan disampingnya, Simon menatap ke arah sahabat sekaligus koordinatornya ini dengan seksama lalu mengangguk dengan senyuman hangat.Maman mengenal sosok Simon saat ia baru saja masuk menjadi bagian dari tim data control, Simon lebih dulu bergabung beberapa bulan dengan tim tersebut. Maman masih ingat bagaimana ia pertama kali melihat sosok pemuda yang telah memberinya banyak bantuan.Saat itu...Hari pertama Maman bergabung ke tim data control ia masih belum tahu kemana melapor bahwadirinya adalah anggota baru di tim tersebut. Ia hanya diberikan info untuk menemui seseorang yang bernama pak
Bagi Maman malam adalah waktu yang menakutkan baginya, menakutkan dalam arti dia tidak bisa menikmati kedamaian malam seperti yang orang lain rasakan. Setiap setelah sholat Isya dia mulai takut untuk tidur karena saat dia memejamkan mata yang ia rasakan justru rasa pengap dan kebosanan sehingga ia lebih memilih untuk terjaga menunggu datangnya pagi.Maman sudah lupa kapan terakhir kalinya ia merasakan tidur nyenyak, bahkan ia juga lupa kapan terakhir kali dia mendapatkan mimpi indah. Maman akan sangat bersyukur jika ia bisa mendapatkan tidur meskipun hanya dua atau tiga jam sayangnya kesempatan itu jarang sekali ia dapatkan sehingga kebanyakan malam Maman lewatkan tanpa tidur sama sekali, untung saja meskipun kurang tidur dan membuat badannya sedikit lelah namun tak mempengaruhi kinerjanya saat bekerja, terbukti ia mampu mencapai posisi bagus saat ini.Malam ini Maman sepertinya kembali tak menemukan tidur yang lelap, ia hanya membolak-balikkan badannya di tempat tidur sem
Pengaturan?...pengaturan apa?...Apakah yang paman Suryawan maksudkan itu...?. Pertanyaan demi pertanyaan terus berdentang didalam otak Maman, dia belum menemukan pola atau jawaban untuk menghubungkan pernyataan paman Suryawan dengan jalan hidupnya. "Tunggu dulu...paman kenapa bisa ada di tempat ini? Paman juga tidak bekerja disini,bukan." Tanya Maman dengan nada menyelidiki. "Saya memang tidak bekerja disini." Sambil tersenyum paman Suryawan menatap lekat ke arah Maman. "Tapi saya yang punya perusahaan ini, jadi saya bebas masuk ke area mana saja di tempat ini." Maman tak mampu menahan rasa terkejutnya, matanya spontan membelalak sementara mulutnya terbuka menandakan rasa tak percaya. Maman memang tidak terlalu tahu soal siapa yang menjadi pimpinan di kantor pusat perusahaan, karena dia tidak ada jalur untuk bisa bertemu dengan pimpinan kelas atas, jadi selama ini hal seperti itu kurang diperhatikan oleh Maman. "Sudah aku duga kamu pasti terkeju
Perilaku sombong Richard mulai membuat Maman merasa tidak nyaman."Richard, seperti kataku tadi kalau kau merasa tidak sudi jika saya yang menjadi koordinatormu, kamu boleh mengajukan permohonan pindah bagian."Richard tersenyum sinis lalu maju beberapa langkah ke arah Maman, namun sebelum semakin mendekat Simon langsung berdiri dihadapan Richard untuk menghalangi jalannya."Kenapa kamu begitu berani?, Apakah kau merasa punya kedudukan lebih tinggi dari Maman?."Setelah berkata Simon lalu berbalik ke arah Maman. "Apa sebaiknya tuan Richard ini kita skorsing? Jadi dia tidak perlu masuk kerja lagi setelah jam istirahat."Maman hanya menggeleng, sambil menghela nafas ia mengambil air minum di meja lalu mereguknya."Kali ini aku ingin melihat apa benar-benar dia tidak mau jika aku yang jadi koordinatornya!?, Kalau itu benar berarti seharusnya dia malu untuk masuk lagi ke tim data control setelah jam istirahat."Maman lalu melangkah melewati Richard, Simon meny
Maman baru saja mengetahui jika Richard hendak memprovokasi dirinya dengan pak Sumardi, bagaimana ia tidak bisa menganggap ini semua serius?.Maman berusaha tenang. Dia menatap pak Sumardi dengan pandangan penuh percaya diri. "Saya menjalankan tugas saya sesuai dengan fungsi saya sebagai koordinator. Pak Sumardi tentu saja bisa memperhatikan kinerja saya selama ini."Maman mendapatkan jabatan sebagai koordinator data control, dan atasannya memberikannya sebagai sebuah kepercayaan. Itu terlihat biasa, tapi itu adalah sebuah tanggung jawab besar. Pak Sumardi tersenyum puas dan mengalihkan pandangan ke Richard. Setelah melihatnya sekilas, dia berkata sedikit dingin. "Sekarang jelaskan padaku kenapa kamu menganggap keputusan saya menjadikan Maman sebagai koordinator salah? Juga kenapa kamu menganggap dia tidak layak? Apa kau benar-benar berani meragukan keputusan saya?." Richard langsung kehilangan kata-kata, hanya untuk mengeluarkan alasan saja ia sudah tak mampu merangkai kalimat. Jel
Suasana di tim data control cukup heboh setelah mendengar Richard dipindah tugaskan ke bagian prosesing, bagian yang berada satu tingkat dibawah tim data control. Banyak karyawan yang bekerja di bagian prosesing punya mimpi suatu saat bisa pindah ke tim data control, jadi dalam kasus Richard ia mengalami penurunan kelas dengan dipindahkan ke bagian prosesing.Sebelum Richard ada pak Burhan yang dimutasi menjadi staff pemasaran setelah sebelumnya menjadi kepala produksi. Baik pak Burhan dan Richard sama-sama terkena mutasi setelah berkonflik dengan Maman, setidaknya itulah pemikiran orang luar, terutama karyawan di tim data control sendiri.Hari-hari berlalu seperti biasa, aktifitas pekerjaan di tim data control tetap dalam kesibukannya. Sudah beberapa hari ini Maman merasakan beberapa keganjilan dalam proses pengambilan data dari beberapa karyawan tim data control, namun ia belum bisa memastikan dengan akurat di bagian mana keganjilan itu terjadi, dan seberapa besar pe
Beberapa anggota tim data control meringis mendengar perkataan Maman, mereka merasa tersindir.Maman menatap semua sosok anggota yang hadir saat itu satu demi satu dengan tatapan tajam. Ia kemudian mengeluarkan beberapa kertas dari tas kerjanya."Untuk yang saya sebutkan namanya, agar tinggal di ruangan ini".Maman kemudian menyebutkan sejumlah nama, anggota tim data control yang namanya disebut mulai panik, beberapa diantaranya sudah berwajah pucat."Yang namanya tidak saya sebut, boleh keluar dari ruangan ini dan lanjutkan pekerjaan kalian!."Anggota yang namanya tidak ada dalam catatan Maman segera keluar dari ruangan diikuti pandangan tidak mengerti dan tidak puas dari anggota yang tinggal.Saat ini tersisa enam anggota tim data control yang ada diruangan, Maman telah menginstruksikan ke Simon untuk segera mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Namun ia yakin para anggota data