Beberapa anggota tim data control meringis mendengar perkataan Maman, mereka merasa tersindir.
Maman menatap semua sosok anggota yang hadir saat itu satu demi satu dengan tatapan tajam. Ia kemudian mengeluarkan beberapa kertas dari tas kerjanya."Untuk yang saya sebutkan namanya, agar tinggal di ruangan ini".Maman kemudian menyebutkan sejumlah nama, anggota tim data control yang namanya disebut mulai panik, beberapa diantaranya sudah berwajah pucat."Yang namanya tidak saya sebut, boleh keluar dari ruangan ini dan lanjutkan pekerjaan kalian!."Anggota yang namanya tidak ada dalam catatan Maman segera keluar dari ruangan diikuti pandangan tidak mengerti dan tidak puas dari anggota yang tinggal.Saat ini tersisa enam anggota tim data control yang ada diruangan, Maman telah menginstruksikan ke Simon untuk segera mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Namun ia yakin para anggota data control yang tersisa sekarang tidak punya kekuatan apa-apa."Mungkin kita tidak perlu berlama-lama disini, jadi saya langsung saja ke intinya." Kata Maman lalu membagikan secarik kertas ke para anggota data control yang ada diruangan sekarang, Simon sendiri tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gelagat para anggota data control tersebut.Begitu selesai membagikan kertas, para anggota data control tersebut mulai membaca isi yang ada di kertas itu. Wajah mereka semakin merah padam, nafas-nafas panik mulai terdengar."Apa ini pak?." Salah satu dari mereka bertanya."Bukankah sudah jelas itu formulir pemindahan tugas? Tapi kalian cuma bisa memilih dua bagian untuk tempat baru kalian...yaitu bagian prosesing atau bagian finishing.""Kami menolak!." Teriak salah satu dari mereka kembali. Teriakan tersebut diikuti pula umpatan dan makian sebagai bentuk penolakan keras dari keenam orang tersebut.Sambil tersenyum sinis, Maman lalu duduk diatas meja dan menatap dingin ke arah mereka."Buat apa saya mempertahankan kalian di dalam tim kalau kalian hanyalah duri?." Pada saat ini, keenam orang tersebut bereaksi dan menyadari posisi mereka telah terjepit, namun mereka masih enggan kalah dan disalahkan."Kami tidak akan pergi dari tim data control, kami adalah anggota senior bahkan lebih duluan bergabung dengan tim ini dibanding kamu!." Salah satu dari keenam orang yang namanya masuk didalam list Maman berdiri, tampak ia yang paling dominan diantara mereka."Kamu Nahar kan ya?." Tanya Maman."Ya betul...harusnya aku mendapat penghormatan, bukan penghinaan seperti ini."Maman lalu turun dari meja yang ia duduki dari tadi, lalu menuju ke arah Nahar. "Baiklah...karena kau anggota senior, coba jelaskan padaku kenapa banyak bahan baku yang masih bagus kamu masukkan ke kategori rusak?."Hah...dari mana orang ini tau soal bahan baku tersebut? Bukankah semuanya sudah ia sembunyikan dengan rapi?. Nahar tak tahu lagi harus menjawab apa, kali ini dia sudah kehabisan kata-kata untuk membela diri."Untuk yang lain juga, jika kalian bertanya apa kesalahan kalian!? Cukup kalian ingat bagaimana kalian merekayasa data selama ini!?." Kata Maman dengan pandangan tegas.Maman lalu bersiap-siap keluar dari ruang pertemuan, Simon berdiri di belakang Maman dengan pandangan mengawasi ke seluruh bagian ruangan tersebut."Sebaiknya secepatnya kalian isi formulir itu supaya kalian bisa segera bekerja di tempat baru." Kata Maman lalu keluar dari ruang tersebut, Simon yang mengikuti dari belakang menutup pintu ruangan dengan sedikit keras.Diluar ruangan saat Simon sudah hendak turun ke lokasi kerjanya, Maman berpesan ke Simon."Bersiaplah akan ada perubahan besar..."Sementara itu, di ruang pertemuan keenam orang tersebut masih terpaku melihat kenyataan yang menimpa mereka. Nahar lalu menelpon seseorang dengan panik."Pak...kita ketahuan!.""Apa???." Suara dari ujung telepon juga terdengar panik."Jadi bagaimana pak?." Tanya Nahar dengan gemetar."Yaa jangan libatin saya lagi, setelah ini jangan pernah hubungi saya!." Belum sempat Nahar berkata kembali, sambungan telepon telah terputus. Kini mereka tak punya pijakan lagi sementara pilihan tempat kerja baru untuk mereka harus secepatnya dipilih meskipun kedua pilihan itu tidak ada yang enak.Kehilangan beberapa anggota membuat tim data control sedikit kelabakan, hal itu disadari Maman. Namun baginya lebih baik sedikit repot dibanding terus memelihara duri yang semakin lama bisa semakin menyulitkan. Setelah melaporkan kejadian di ruang pertemuan ke Pak Sumardi lewat telepon, Maman kemudian turun ke area produksi menyisir tempat-tempat operasi tim data control, beberapa tempat terlihat kosong tanpa ada petugas, berarti hari ini ada beberapa data yang tidak bisa diambil. "Sepertinya hari ini akan menjadi hari sibuk nan panjang." Kata Maman dalam hati. Ia mencatat tempat-tempat yang kehilangan petugas datanya, lalu dengan sigap ia menyusuri tempat-tempat tersebut untuk mengambil data sebanyak yang ia mampu. Maman memutuskan untuk turun langsung membantu mengambil data dari tempat-tempat tersebut.Beberapa karyawan produksi memperhatikan Maman dengan beragam ekspresi. Mereka sebenarnya tidak terlalu pusing dengan keadaan yang terjadi di tim data control, namun dengan turunnya koordinator tim data control langsung ke lapangan berarti ada hal berat yang terjadi di tim tersebut."Lihat...masa' koordinator turun langsung?"."Kasian...itulah kalau suka sok jadi pemimpin.""Dengar-dengar beberapa anggota tim data control dipindahkan?.""Pantas saja ia kelabakan, anggotanya berkurang sih!?."Maman tidak memperdulikan gunjingan itu, dia tetap fokus berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain untuk mengambil data, dengan cara begini setidaknya masih ada data yang bisa terupdate meskipun mungkin tidak maksimal karena ia hanya seorang diri menangani beberapa tempat. Simon melihat bagaimana aktifitas sahabat sekaligus pimpinannya ini dengan kagum, ia tahu tanggung jawab yang besarlah yang membuat orang ini berani mengambil resiko begitu besar demi memperbaiki tim data control. Setelah merasa data yang ia perlukan di tempatnya sudah cukup, ia lalu menghampiri Maman yang sedari tadi sibuk bolak-balik."Sebentar lagi jam istirahat...tempat mana yang masih belum banyak datanya?." Tanya Simon ke Maman.Tanpa melihat Simon, Maman menjawab "Bagian pengolahan bahan reject!.""Biar aku yang kesitu!." Kata Simon dengan sigap lalu segera menuju ke tempat yang dimaksud.Dengan bantuan Simon, beberapa menit sebelum jam istirahat Maman sudah bisa mengumpulkan data-data dari tempat-tempat yang kosong tadi. Meskipun tidak banyak namun data-data tersebut sudah bisa mewakili gambaran keadaan proses kerja di tempat-tempat tersebut sampai jam istirahat. "Ah...lumayan, data yang terkumpul sudah cukup saya rasa." Kata Maman sambil merapikan lembaran-lembaran kertas yang ada diatas meja."Istirahatlah...setelah istirahat sebaiknya kita atur kembali formasi petugas data control...ada beberapa petugas yang bisa memegang dua atau tiga tempat untuk mengambil data." Kata Simon sambil memberikan usul."Ahhh...kau bisa membaca jalan pikiranku ternyata!." Sambil menghela nafas panjang Maman dan Simon lalu berjalan keluar dari area produksi menuju ke kantin."Simon...rekrut orang yang bisa kau percaya untuk menjadi anggota tim data control, aku percayakan sepenuhnya sama kamu siapa-siapa orangnya!." Perintah Maman sesaat sebelum mereka sampai di kantin."Baik boss...beri aku waktu dua hari untuk menemukan orang-orang pilihan." Jawab Simon dengan yakin.Dengan orang-orang baru yang lebih baik, Maman berharap tim data control akan menemukan kesuksesan yang lebih besar.Dua hari kemudian...Sesuai janji Simon, dalam dua hari ia berhasil merekrut sepuluh orang anggota baru tim data control, mereka ditarik Simon dari bagian prosessing dan finishing.Hari ini kesepuluh orang tersebut telah berdiri di depan Maman."Tentu kalian sudah mendengar bagaimana keadaan tim data control akhir-akhir ini, banyak perubahan yang terjadi dan banyak yang tidak siap dengan perubahan itu. Beberapa anggota tim data control harus terdepak keluar karena ketidak mampuan mereka dalam memperbaiki kesalahan. Jadi saat ini kalianlah yang kami harapkan bisa memperbaiki kesalahan yang ditinggalkan oleh anggota lama, apa kalian sanggup?.""Mungkin kalian merasa ditakut-takuti, atau sudah ada yang ingin menyerah dan kembali ke tempat lama?, Kami hanya ingin anggota yang berani menerima perubahan ke arah yang lebih baik."Maman memberikan semangat sekaligus menekan para anggota baru dengan keras. Mata Maman dengan tajam memandangi me
Keesokan harinya.Hati Maman suasananya lebih baik hari ini.Maman memperhitungkan kedua preman yang tertangkap itu pasti tidak akan mudah untuk buka mulut di depan polisi. Tapi tidak peduli apapun motifnya, ia harus menemukan siapa dalang dari kejadian semalam.Dia kemudian memutuskan sebelum ke lokasi kerjanya, ia berkunjung dulu ke kantor polisi, semoga ada info terbaru yang berhasil dikorek oleh pihak kepolisian dari kedua preman tersebut.
Pak Sumardi benar-benar serius saat mengatakan hal itu ke Maman!.Maman memandang kagum ke Pak Sumardi, ia tak menyangka pemimpin selevel Pak Sumardi begitu peduli terhadap dirinya yang seorang bawahan."Terima kasih pak, saya akan lebih berhati-hati." Meskipun Maman tidak takut pada apapun yang mengancamnya, namun kata-kata pemimpin yang peduli seperti Pak Sumardi patut ia simak.
Dalam sekejap mata, Gordo telah menggadaikan wibawa pemimpinnya hanya karena uang. -Maman menghembuskan nafas dengan tekanan untuk mengurangi lelahnya, ia sudah selesai memeriksa dokumen data yang berhasil dikumpulkan hari ini. Dia kemudian menyusun dengan rapi dokumen tersebut lalu meletakkannya di lemari dokumen. Beberapa saat setelah selesai meletakkan dokumen itu, ponsel Maman berdering, dengan segera Maman melihat id pemanggil."Halo Simon?."
Maman lalu berbalik menatap dengan serius ke Pak Sumardi. Bukankah jabatan koordinator tim data control sudah ia pegang?, Kenapa Pak Sumardi tiba-tiba bertanya soal kemampuan Simon?. Meskipun Maman terkejut saat mendengar pertanyaan Pak Sumardi barusan, namun Maman tetap berbesar hati, karena sifat iri tidak merajai karakter Maman."Menurut saya, Simon pasti mampu pak. Sejak saya jadi koordinator tim data control, dia salah satu andalan saya di tim." Jawab Maman dengan sportif. Semua yang Maman utarakan tidak ada yang dilebih-lebihkan, sesuai dengan pengamatan Maman ke Simon selama ini."Baguslah kalau begitu!." Pak Sumardi kemudian member
"Kamuyang menggantikan Maman sebagai koordinator tim data control." Kata Pak Sumardi.Simon telah mencurahkan semua kemampuannya untuk membantu Maman demi merubah tim data control menjadi lebih baik, tak sedikitpun ada ambisi atau cita-cita Simon untuk merebut atau mengambil alih jabatan koordinator tim data control dari Maman.Bagi Maman sendiri, mendengar Simon yang menjadi penggantinya membuat dia bisa bernafas lega, setidaknya yang mengambil alih tanggung jawabnya di tim data control adalah orang yang sudah tahu masalah yang harus diselesaikan. Maman sudah tak peduli lagi bagaimana
Pak Sumardi tidak bisa menahan rasa terkejutnya, dia hanya bisa memandangi sosok Maman dengan tatapan heran. Begitu pula dengan Paman Suryawan, seketika ia melihat Maman begitu berwibawa dengan segala sikap menentangnya.Maman tidak terpengaruh dengan keterkejutan Pak Sumardi dan Paman Suryawan, Simon yang duduk disampingnya hanya ternganga mendengar kalimat yang baru diucapkan sahabatnya ini."Baiklah anak muda...coba jelaskan ke kami kenapa kamu menolak menjadi kepala produksi?." Tanya Paman Suryawan.
Ketika orang yang disebutkan anak buah Gordo tadi masuk, wajah Gordo langsung berubah. "Gordo, apakah kamu tidak punya inisiatif untuk melakukan sesuatu?." Tanya orang tersebut.Perkataan orang tersebut sedikit mengusik hati Gordo, ia bahkan memberikan kode ke para anak buahnya untuk waspada.Gordo tahu bagaimanapun ia mencoba untuk berdebat dengan orang ini, pasti ia akan kalah. Tapi dengan sedikit adu fisik, mungkin semuanya akan lebih mudah."Bisakah tuan beretika sedikit?, Bukankah tidak sopan jika tuan terus memprofokasi tuan rumah?." Wajah Gordo terlihat sedikit emosi melihat sikap orang tersebut.Gordo memang telah menerima sejumlah uang, dan ia juga sudah melakukan tindakan untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Bahkan malam ini dia telah memberikan instruksi kepada beberapa anak buahnya untuk bertindak."Etika?, Masihkah preman seperti kamu memikirkan soal etika?." Kata orang itu sambil tersenyum sinis. Pada saat ia hendak berkata lagi, tiba-tiba ponselnya berbunyi