Dua hari kemudian...
Sesuai janji Simon, dalam dua hari ia berhasil merekrut sepuluh orang anggota baru tim data control, mereka ditarik Simon dari bagian prosessing dan finishing.Hari ini kesepuluh orang tersebut telah berdiri di depan Maman."Tentu kalian sudah mendengar bagaimana keadaan tim data control akhir-akhir ini, banyak perubahan yang terjadi dan banyak yang tidak siap dengan perubahan itu. Beberapa anggota tim data control harus terdepak keluar karena ketidak mampuan mereka dalam memperbaiki kesalahan. Jadi saat ini kalianlah yang kami harapkan bisa memperbaiki kesalahan yang ditinggalkan oleh anggota lama, apa kalian sanggup?.""Mungkin kalian merasa ditakut-takuti, atau sudah ada yang ingin menyerah dan kembali ke tempat lama?, Kami hanya ingin anggota yang berani menerima perubahan ke arah yang lebih baik."Maman memberikan semangat sekaligus menekan para anggota baru dengan keras. Mata Maman dengan tajam memandangi meKeesokan harinya.Hati Maman suasananya lebih baik hari ini.Maman memperhitungkan kedua preman yang tertangkap itu pasti tidak akan mudah untuk buka mulut di depan polisi. Tapi tidak peduli apapun motifnya, ia harus menemukan siapa dalang dari kejadian semalam.Dia kemudian memutuskan sebelum ke lokasi kerjanya, ia berkunjung dulu ke kantor polisi, semoga ada info terbaru yang berhasil dikorek oleh pihak kepolisian dari kedua preman tersebut.
Pak Sumardi benar-benar serius saat mengatakan hal itu ke Maman!.Maman memandang kagum ke Pak Sumardi, ia tak menyangka pemimpin selevel Pak Sumardi begitu peduli terhadap dirinya yang seorang bawahan."Terima kasih pak, saya akan lebih berhati-hati." Meskipun Maman tidak takut pada apapun yang mengancamnya, namun kata-kata pemimpin yang peduli seperti Pak Sumardi patut ia simak.
Dalam sekejap mata, Gordo telah menggadaikan wibawa pemimpinnya hanya karena uang. -Maman menghembuskan nafas dengan tekanan untuk mengurangi lelahnya, ia sudah selesai memeriksa dokumen data yang berhasil dikumpulkan hari ini. Dia kemudian menyusun dengan rapi dokumen tersebut lalu meletakkannya di lemari dokumen. Beberapa saat setelah selesai meletakkan dokumen itu, ponsel Maman berdering, dengan segera Maman melihat id pemanggil."Halo Simon?."
Maman lalu berbalik menatap dengan serius ke Pak Sumardi. Bukankah jabatan koordinator tim data control sudah ia pegang?, Kenapa Pak Sumardi tiba-tiba bertanya soal kemampuan Simon?. Meskipun Maman terkejut saat mendengar pertanyaan Pak Sumardi barusan, namun Maman tetap berbesar hati, karena sifat iri tidak merajai karakter Maman."Menurut saya, Simon pasti mampu pak. Sejak saya jadi koordinator tim data control, dia salah satu andalan saya di tim." Jawab Maman dengan sportif. Semua yang Maman utarakan tidak ada yang dilebih-lebihkan, sesuai dengan pengamatan Maman ke Simon selama ini."Baguslah kalau begitu!." Pak Sumardi kemudian member
"Kamuyang menggantikan Maman sebagai koordinator tim data control." Kata Pak Sumardi.Simon telah mencurahkan semua kemampuannya untuk membantu Maman demi merubah tim data control menjadi lebih baik, tak sedikitpun ada ambisi atau cita-cita Simon untuk merebut atau mengambil alih jabatan koordinator tim data control dari Maman.Bagi Maman sendiri, mendengar Simon yang menjadi penggantinya membuat dia bisa bernafas lega, setidaknya yang mengambil alih tanggung jawabnya di tim data control adalah orang yang sudah tahu masalah yang harus diselesaikan. Maman sudah tak peduli lagi bagaimana
Pak Sumardi tidak bisa menahan rasa terkejutnya, dia hanya bisa memandangi sosok Maman dengan tatapan heran. Begitu pula dengan Paman Suryawan, seketika ia melihat Maman begitu berwibawa dengan segala sikap menentangnya.Maman tidak terpengaruh dengan keterkejutan Pak Sumardi dan Paman Suryawan, Simon yang duduk disampingnya hanya ternganga mendengar kalimat yang baru diucapkan sahabatnya ini."Baiklah anak muda...coba jelaskan ke kami kenapa kamu menolak menjadi kepala produksi?." Tanya Paman Suryawan.
Ketika orang yang disebutkan anak buah Gordo tadi masuk, wajah Gordo langsung berubah. "Gordo, apakah kamu tidak punya inisiatif untuk melakukan sesuatu?." Tanya orang tersebut.Perkataan orang tersebut sedikit mengusik hati Gordo, ia bahkan memberikan kode ke para anak buahnya untuk waspada.Gordo tahu bagaimanapun ia mencoba untuk berdebat dengan orang ini, pasti ia akan kalah. Tapi dengan sedikit adu fisik, mungkin semuanya akan lebih mudah."Bisakah tuan beretika sedikit?, Bukankah tidak sopan jika tuan terus memprofokasi tuan rumah?." Wajah Gordo terlihat sedikit emosi melihat sikap orang tersebut.Gordo memang telah menerima sejumlah uang, dan ia juga sudah melakukan tindakan untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Bahkan malam ini dia telah memberikan instruksi kepada beberapa anak buahnya untuk bertindak."Etika?, Masihkah preman seperti kamu memikirkan soal etika?." Kata orang itu sambil tersenyum sinis. Pada saat ia hendak berkata lagi, tiba-tiba ponselnya berbunyi
Pria tersebut mendengus marah ketika mendengar suara seseorang yang mencoba mencegahnya. Maman yang sudah bersiap menghadapi serangan dari pria tersebut juga terkejut mendengar suara itu, spontan ia mencari sumber suara sembari tetap mengawasi gerakan pria yang ada didepannya."Briptu Muthalib!?." Seru Maman setelah melihat sang pemilik suara barusan.Briptu Muthalib muncul beserta tiga orang polisi, kemunculan mereka membuat pria yang memegang belati dan hendak menyerang Maman panik, sontak ia memasukkan kembali belatinya dan langsung berlari menuju motornya. Sayangnya tindakan itu telah diantisipasi oleh salah satu polisi yang muncul bersama Briptu Muthalib, sebelum sempat meraih motornya pria itu langsung disergap dengan cekikan lengan oleh polisi tersebut. Ketiga pria yang masih terkapar di jalan tak bisa melawan ketika polisi memborgol mereka."Anda tidak apa-apa?." Tanya Briptu Muthalib."Alhamdulillah, tidak apa-apa. Untung Pak Muthalib langsung datang, kalau tidak mungkin saya