Maman diikuti Simon berjalan keluar dari ruangan pak Burhan meninggalkan pak Burhan yang masih duduk mematung dengan wajah pucat karena tak percaya dalam hitungan menit ia kehilangan jabatan yang selama ini ia banggakan.
"Mulai besok jalankan tugasmu, kamu mungkin satu-satunya orang yang bisa saya percaya di tim data control untuk saat ini." Kata Maman ke Simon yang berjalan disampingnya, Simon menatap ke arah sahabat sekaligus koordinatornya ini dengan seksama lalu mengangguk dengan senyuman hangat.Maman mengenal sosok Simon saat ia baru saja masuk menjadi bagian dari tim data control, Simon lebih dulu bergabung beberapa bulan dengan tim tersebut. Maman masih ingat bagaimana ia pertama kali melihat sosok pemuda yang telah memberinya banyak bantuan.Saat itu...Hari pertama Maman bergabung ke tim data control ia masih belum tahu kemana melapor bahwa dirinya adalah anggota baru di tim tersebut. Ia hanya diberikan info untuk menemui seseorang yang bernama pak Aksana sayangnya ia belum pernah sekalipun melihat atau mengenal sosok yang bernama pak Aksana ini."Hey kamu! Apa yang kamu lakukan disini?".Ia melihat seorang karyawan memakai seragam tim data control mendekat kepadanya, ekspresi sinis terlihat dari wajah tersebut."Kamu bukan anggota tim ini, kan?." Tanya karyawan tersebut setelah berada di depan Maman."Eh..iya..maaf...saya baru bergabung, saya disuruh bertemu dengan pak Aksana, kalau boleh tau dimana saya bisa bertemu beliau?." Maman sedikit membungkukkan badan sebagai tanda sopan dan hormat saat bertanya.Namun, hari itu Maman tidak mengetahui jika karyawan didepannya ini punya rencana untuk mengerjai Maman."Hah emangnya kamu siapa mau ketemu pak Aksana?, Harus buat janji dulu kalau mau ketemu beliau.""Maaf...tapi kata HRD pak Aksana sudah diinfokan kalau saya mau melapor, karena ini hari pertama saya bergabung ke tim ini"."Emangnya kamu manajer sampai HRD harus turun tangan memberikan info ke pak Aksana?." Karyawan tersebut memandang sinis ke arah Maman yang mulai terlihat bingung dan panik."Begini saja...aku antarkan kamu ke tempat pak Aksana tapi kamu bayar saya dua ratus ribu rupiah, bagaimana?." Karyawan tersebut mengajukan tawaran yang langsung membuat mata Maman membeliak karena terkejut, bagaimana bisa ada karyawan yang meminta uang hanya untuk mengantarkannya menemui pak Aksana? Dan dua ratus ribu? Uang yang ada di dompetnya saja cuma ada lima puluh ribu rupiah untuk jaga-jaga jika ada keperluan tiba-tiba saat pulang."Bagaimana, mau gak?." Desak karyawan itu lagi.Tiba-tiba dari arah belakang Maman seperti ada yang menepuk dan berdiri sosok pria bertubuh kurus tinggi dengan kulit putih berseragam tim data control, dari sekilas saja Maman bisa melihat pria ini punya kharisma yang bisa membuat kaum hawa tergila-gila, seketika ada rasa iri dalam hati Maman."Jangan bayar, entar dia keenakan." Kata karyawan yang disampingnya."Hei lu jangan ikut campur, ini urusan gue!." Hardik karyawan di depan Maman."Lu kayak preman saja minta uang ke orang dengan paksa." "Heh...gue gak maksa gue cuma minta imbalan, lagian ini bukan urusan lu."Karyawan yang berdiri di samping Maman lalu maju berhadap-hadapan dengan karyawan yang mencoba memalak Maman, lalu dengan dingin ia berkata ke karyawan tersebut."Saya paling tidak suka kalau ada yang sok preman disini!"Kedua karyawan tersebut saling bertatapan tajam, namun kemudian karyawan yang tadi bersikap preman ke Maman kemudian melangkah disamping karyawan yang membela Maman, ia sempat menabrakkan lengannya ke lengan Maman dengan kasar sebelum meninggalkan mereka berdua.Karyawan yang membela Maman tadi lalu berbalik ke arah Maman sambil tersenyum lalu berkata."Kamu mau ketemu pak Aksana kan? Ayo ikuti aku." Maman berhasil menemui pak Aksana dengan bantuan tersebut, pak Aksana saat itu menjabat sebagai kepala produksi yang membawahi tim data control, setelah menerima surat penugasan Maman dari HRD pak Aksana lalu mengarahkan Maman ke sebuah meja kecil untuk mulai bertugas sebagai data control.Tugas data control adalah mengambil data dari bagian-bagian produksi, mulai dari supply bahan baku, kualitas bahan baku, transfer bahan baku ke pengolahan, pengolahan bahan baku, hasil pengolahan, kualitas hasil pengolahan, finishing, dan perbaikan hasil pengolahan yang direject. Hari pertama memulai tugas Maman benar-benar kelabakan menjalankan prosedur sebagai tim data control."Kamu salah cara ambil sampling bahan bakunya." Tegur seorang karyawan dari belakang, saat Maman menoleh ia melihat kembali sosok karyawan yang membelanya tadi."Kamu sudah baca buku panduan ini belum?." Kata karyawan tersebut sambil menyerahkan sebuah buku panjang berwarna putih tentang data control, Maman menerima buku tersebut dan membaca judulnya BUKU PETUNJUK OPERASIONAL DATA CONTROL."Kamu baca dan pelajari buku itu, selebihnya tergantung dari cara kamu beradaptasi dengan pekerjaan ini." Kata karyawan tersebut."Maaf...sepertinya hari ini saya harus berterima kasih untuk dua hal ke kamu.""Dua hal? Maksudnya?.""Iya dua hal, pertama kamu sudah menyelamatkan saya tadi dari pemalakan, kedua kamu sudah memberikan saya petunjuk untuk bekerja dengan baik disini. Dari tadi saya kebingungan tidak ada satupun karyawan data control yang datang membantu saya, cuma kamu yang datang memberikan buku ini" kata Maman dengan serius."Aduuh...gak usah seperti itu, saya hanya membantu, tidak usah sungkan" sahut karyawan tersebut."Oh saya harus kembali ke meja saya, ada data yang masih belum saya rekap, kalau koordinator tim data control lihat bisa uring-uringan dia, oh ya...saya harus mengingatkan kalau koordinator data control itu orangnya rese suka mencari kesalahan dan suka jual muka ke pimpinan jadi hati-hati yaa..." Karyawan itu kemudian berbalik untuk meninggalkan Maman."Eh tunggu dulu...nama kamu siapa? Aku Rahmansyah panggil saja Maman." Kata Maman sebelum karyawan tersebut beranjak.Karyawan tersebut kemudian berbalik kembali ke arah Maman lalu menjulurkan tangan ke arah Maman."Aku Simon Patodingan, panggil saja Simon".Jabatan erat tangan Maman dan Simon hari itu menandai awal persahabatan dua orang pemuda dengan karakter yang berbeda namun saling menguatkan.Kini posisi jabatan Maman telah naik setingkat dari posisi Simon, dan itu membuat Simon bangga karena sejak awal ia melihat Maman ia tahu pemuda yang kini menjadi koordinatornya itu punya kemampuan dan kecerdasan yang spesial. Bagi Maman sosok Simon merupakan sahabat sekaligus pelindung yang ia butuhkan saat ia kehilangan keberanian, dan ia yakin Simon punya loyalitas, kejujuran, dan setia kawan yang belum pernah Maman temukan di sekelilingnya. "Simon...semakin banyak hal yang membuatku harus berterima kasih kepada kamu." Kata Maman ke Simon sebelum mereka berpisah di parkiran. Jika Maman pulang ke rumahnya dengan naik motor, Simon hanya perlu jalan kaki ke tempat tinggalnya karena rumah yang ia kontrak selama ini berada tidak jauh dari tempat kerja mereka."Saya hanya suka membantu, jangan sungkan." jawab Simon."Sepertinya kalimat itu pernah saya dengar, tapi dimana ya?." Keduanya lalu tertawa mengenang kembali peristiwa dimana mereka pertama kali ditakdirkan untuk bertaut sebagai sahabat.Bagi Maman malam adalah waktu yang menakutkan baginya, menakutkan dalam arti dia tidak bisa menikmati kedamaian malam seperti yang orang lain rasakan. Setiap setelah sholat Isya dia mulai takut untuk tidur karena saat dia memejamkan mata yang ia rasakan justru rasa pengap dan kebosanan sehingga ia lebih memilih untuk terjaga menunggu datangnya pagi.Maman sudah lupa kapan terakhir kalinya ia merasakan tidur nyenyak, bahkan ia juga lupa kapan terakhir kali dia mendapatkan mimpi indah. Maman akan sangat bersyukur jika ia bisa mendapatkan tidur meskipun hanya dua atau tiga jam sayangnya kesempatan itu jarang sekali ia dapatkan sehingga kebanyakan malam Maman lewatkan tanpa tidur sama sekali, untung saja meskipun kurang tidur dan membuat badannya sedikit lelah namun tak mempengaruhi kinerjanya saat bekerja, terbukti ia mampu mencapai posisi bagus saat ini.Malam ini Maman sepertinya kembali tak menemukan tidur yang lelap, ia hanya membolak-balikkan badannya di tempat tidur sem
Pengaturan?...pengaturan apa?...Apakah yang paman Suryawan maksudkan itu...?. Pertanyaan demi pertanyaan terus berdentang didalam otak Maman, dia belum menemukan pola atau jawaban untuk menghubungkan pernyataan paman Suryawan dengan jalan hidupnya. "Tunggu dulu...paman kenapa bisa ada di tempat ini? Paman juga tidak bekerja disini,bukan." Tanya Maman dengan nada menyelidiki. "Saya memang tidak bekerja disini." Sambil tersenyum paman Suryawan menatap lekat ke arah Maman. "Tapi saya yang punya perusahaan ini, jadi saya bebas masuk ke area mana saja di tempat ini." Maman tak mampu menahan rasa terkejutnya, matanya spontan membelalak sementara mulutnya terbuka menandakan rasa tak percaya. Maman memang tidak terlalu tahu soal siapa yang menjadi pimpinan di kantor pusat perusahaan, karena dia tidak ada jalur untuk bisa bertemu dengan pimpinan kelas atas, jadi selama ini hal seperti itu kurang diperhatikan oleh Maman. "Sudah aku duga kamu pasti terkeju
Perilaku sombong Richard mulai membuat Maman merasa tidak nyaman."Richard, seperti kataku tadi kalau kau merasa tidak sudi jika saya yang menjadi koordinatormu, kamu boleh mengajukan permohonan pindah bagian."Richard tersenyum sinis lalu maju beberapa langkah ke arah Maman, namun sebelum semakin mendekat Simon langsung berdiri dihadapan Richard untuk menghalangi jalannya."Kenapa kamu begitu berani?, Apakah kau merasa punya kedudukan lebih tinggi dari Maman?."Setelah berkata Simon lalu berbalik ke arah Maman. "Apa sebaiknya tuan Richard ini kita skorsing? Jadi dia tidak perlu masuk kerja lagi setelah jam istirahat."Maman hanya menggeleng, sambil menghela nafas ia mengambil air minum di meja lalu mereguknya."Kali ini aku ingin melihat apa benar-benar dia tidak mau jika aku yang jadi koordinatornya!?, Kalau itu benar berarti seharusnya dia malu untuk masuk lagi ke tim data control setelah jam istirahat."Maman lalu melangkah melewati Richard, Simon meny
Maman baru saja mengetahui jika Richard hendak memprovokasi dirinya dengan pak Sumardi, bagaimana ia tidak bisa menganggap ini semua serius?.Maman berusaha tenang. Dia menatap pak Sumardi dengan pandangan penuh percaya diri. "Saya menjalankan tugas saya sesuai dengan fungsi saya sebagai koordinator. Pak Sumardi tentu saja bisa memperhatikan kinerja saya selama ini."Maman mendapatkan jabatan sebagai koordinator data control, dan atasannya memberikannya sebagai sebuah kepercayaan. Itu terlihat biasa, tapi itu adalah sebuah tanggung jawab besar. Pak Sumardi tersenyum puas dan mengalihkan pandangan ke Richard. Setelah melihatnya sekilas, dia berkata sedikit dingin. "Sekarang jelaskan padaku kenapa kamu menganggap keputusan saya menjadikan Maman sebagai koordinator salah? Juga kenapa kamu menganggap dia tidak layak? Apa kau benar-benar berani meragukan keputusan saya?." Richard langsung kehilangan kata-kata, hanya untuk mengeluarkan alasan saja ia sudah tak mampu merangkai kalimat. Jel
Suasana di tim data control cukup heboh setelah mendengar Richard dipindah tugaskan ke bagian prosesing, bagian yang berada satu tingkat dibawah tim data control. Banyak karyawan yang bekerja di bagian prosesing punya mimpi suatu saat bisa pindah ke tim data control, jadi dalam kasus Richard ia mengalami penurunan kelas dengan dipindahkan ke bagian prosesing.Sebelum Richard ada pak Burhan yang dimutasi menjadi staff pemasaran setelah sebelumnya menjadi kepala produksi. Baik pak Burhan dan Richard sama-sama terkena mutasi setelah berkonflik dengan Maman, setidaknya itulah pemikiran orang luar, terutama karyawan di tim data control sendiri.Hari-hari berlalu seperti biasa, aktifitas pekerjaan di tim data control tetap dalam kesibukannya. Sudah beberapa hari ini Maman merasakan beberapa keganjilan dalam proses pengambilan data dari beberapa karyawan tim data control, namun ia belum bisa memastikan dengan akurat di bagian mana keganjilan itu terjadi, dan seberapa besar pe
Beberapa anggota tim data control meringis mendengar perkataan Maman, mereka merasa tersindir.Maman menatap semua sosok anggota yang hadir saat itu satu demi satu dengan tatapan tajam. Ia kemudian mengeluarkan beberapa kertas dari tas kerjanya."Untuk yang saya sebutkan namanya, agar tinggal di ruangan ini".Maman kemudian menyebutkan sejumlah nama, anggota tim data control yang namanya disebut mulai panik, beberapa diantaranya sudah berwajah pucat."Yang namanya tidak saya sebut, boleh keluar dari ruangan ini dan lanjutkan pekerjaan kalian!."Anggota yang namanya tidak ada dalam catatan Maman segera keluar dari ruangan diikuti pandangan tidak mengerti dan tidak puas dari anggota yang tinggal.Saat ini tersisa enam anggota tim data control yang ada diruangan, Maman telah menginstruksikan ke Simon untuk segera mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Namun ia yakin para anggota data
Dua hari kemudian...Sesuai janji Simon, dalam dua hari ia berhasil merekrut sepuluh orang anggota baru tim data control, mereka ditarik Simon dari bagian prosessing dan finishing.Hari ini kesepuluh orang tersebut telah berdiri di depan Maman."Tentu kalian sudah mendengar bagaimana keadaan tim data control akhir-akhir ini, banyak perubahan yang terjadi dan banyak yang tidak siap dengan perubahan itu. Beberapa anggota tim data control harus terdepak keluar karena ketidak mampuan mereka dalam memperbaiki kesalahan. Jadi saat ini kalianlah yang kami harapkan bisa memperbaiki kesalahan yang ditinggalkan oleh anggota lama, apa kalian sanggup?.""Mungkin kalian merasa ditakut-takuti, atau sudah ada yang ingin menyerah dan kembali ke tempat lama?, Kami hanya ingin anggota yang berani menerima perubahan ke arah yang lebih baik."Maman memberikan semangat sekaligus menekan para anggota baru dengan keras. Mata Maman dengan tajam memandangi me
Keesokan harinya.Hati Maman suasananya lebih baik hari ini.Maman memperhitungkan kedua preman yang tertangkap itu pasti tidak akan mudah untuk buka mulut di depan polisi. Tapi tidak peduli apapun motifnya, ia harus menemukan siapa dalang dari kejadian semalam.Dia kemudian memutuskan sebelum ke lokasi kerjanya, ia berkunjung dulu ke kantor polisi, semoga ada info terbaru yang berhasil dikorek oleh pihak kepolisian dari kedua preman tersebut.
Kelima sekuriti itu benar-benar berada dalam dilema besar. Hanya August yang sejak awal menentukan sikap untuk berada di sisi Maman.Mendengar hal itu, wanita pemilik kantin menatap Maman dengan tak percaya.Dari tadi ia mengira Maman hanya seorang karyawan yang terlalu ingin tahu. Tapi melihat tatapan dan kepercayaan diri lelaki tersebut, ia sedikit takut jika salah mengambil kesimpulan. "Kamu sebenarnya siapa? Apa hakmu untuk...""Diam kataku!." August kembali membentak sebelum wanita itu bisa menyelesaikan kata-katanya.Bentakan tersebut terdengar lebih menakutkan dari yang pertama. Wanita itu terlihat pucat, begitu juga dengan para pelayan yang ada di sampingnya. Beberapa karyawan yang masih ada di kantin itupun terkejut.Suasana menjadi hening, August menatap tajam ke arah pemilik kantin. Ia kemudian mengalihkan tatapannya ke para karyawan yang masih ada di tempa itu. "Kalian semua segera keluar dari sini!."Para karyawan yang tersisa segera beranjak meninggalkan kantin tersebut.
Setelah merasa keadaan Pak Sumardi baik-baik saja, Maman kemudian pamit. Tujuan berikutnya adalah langsung menuju ke tempat kerja, beberapa hal harus ia selesaikan selain mempersiapkan proses pengalihan jabatan manajer.Saat ini Maman telah berada di ruang kerjanya, di atas meja kerja bertumpuk sejumlah dokumen. Peristiwa penculikan Pak Sumardi membuat Maman belum sempat memeriksa isi dari dokumen-dokumen tersebut.Maman dengan seksama membaca isi beberapa dokumen. Beberapa kali ia mengangguk kagum saat melihat grafik data yang ditampilkan, kenaikannya cukup signifikan. Itu menandakan sistem yang sudah ia terapkan berjalan dengan baik. Selain itu, orang-orang yang ia pilih untuk menjadi garda terdepan untuk melakukan perbaikan telah bekerja dan berusaha untuk memberikan yang terbaik.Melihat hal tersebut, Maman menemukan komposisi yang tepat untuk mengisi sejumlah jabatan penting jika saatnya proses pengalihan jabatan manajer itu terjadi. Ia tahu mana orang yang bisa ia percaya setela
Keesokan harinya, Maman hari ini tidak langsung menuju ke tempat kerja, ia ingin bertemu dengan Pak Sumardi.Maman saat ini telah sampai di halaman rumah Pak Sumardi. Suasana di situ terasa lengang, tak ada orang yang terlihat berada di luar rumah. Maman menyimpulkan Pak Sumardi belum mencari pembantu dan tukang kebun yang baru.Maman mengetuk pintu rumah tersebut tiga kali, ia menunggu seseorang dari dalam membukakan pintu. Setelah merasa tak ada respon, Maman kembali mengetuk pintu. Lagi-lagi belum ada pergerakan dari dalam.Apakah terjadi sesuatu pada pasangan suami istri itu?.Harusnya mereka aman sekarang?.Maman merasa khawatir, ia segera menuju ke arah samping rumah dan menyusurinya. Seingatnya ada pintu penghubung di arah samping menuju ke dapur.Saat ia menemukan pintu itu, ia memutar kenop pintu, ternyata terkunci dari dalam. Dalam hati Maman semakin gelisah, seharusnya Pak Sumardi dan istri ada di rumah saat ini."Maman? Aku kira penjahat!."Mendengar suara itu, dengan refl
Haris mengerang dengan keras, tamparan Maman kali ini rasa sakitnya lebih besar terasa.Wajah Haris terlihat semakin membengkak.Maman berkata dengan dingin. "Aku tidak segan-segan menamparmu lebih keras lagi. Apakah kau masih bisa bertahan menahan sakitnya?."Haris tahu saat ini pertahanannya semakin rapuh, ia sendiri tidak yakin pada kemampuan tubuhnya untuk menahan rasa sakit yang lebih jika Maman menamparnya semakin keras. Mau tak mau ia harus menyerah. "Baiklah aku akan katakan yang sebenarnya."Maman menatap tajam ke wajah Haris sambil menarik paksa rambut pria itu ke arah belakang. "Katakan segera!."August yang sedari tadi hanya berdiri menyaksikan Maman menginterogasi Haris ikut membentak. "Jangan buang-buang waktu, cepatlah!."Haris semakin pucat, kedua pria yang membentaknya itu sama-sama hebat. Ia tak akan bisa melawan mereka meskipun punya kesempatan. "Aku...aku yang memberikan jalan pada para penculik itu masuk ke rumah."Mendengar penjelasan Haris, Maman semakin tajam m
Pak Rudi merasa cemas, bagaimanapun hal seperti ini tak pernah ia prediksi. "Keadaan semakin gawat, kita bisa jatuh dengan cepat." Kata Pak Rudi dengan nada bergetar.Semua petinggi keluarga yang hadir saling berpandangan, mereka jelas memahami situasi saat ini namun tak satupun yang punya ide untuk mengatasi hal tersebut.Sudah sejak lama mereka menikmati semua kemewahan yang didapatkan dari sejumlah proyek. Berbagai trik digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari mempermainkan dana proyek.Kemewahan itu sebentar lagi akan lenyap jika mereka tak bisa mengembalikan keadaan. Ketika para investor mundur maka mereka tak punya lagi kekuatan untuk menjalankan proyek yang sedang dikerjakan oleh Pratama Grup. Mereka tidak siap untuk mengalami kejatuhan saat ini.Pak Rudi menatap tegas ke arah para petinggi keluarga. "Kalian semua harus membantuku untuk berpikir, jika ada yang mempunyai ide segera katakan sekarang!."Saat mendengar perintah Pak Rudi, para petinggi keluarga itu kemudian sali
Maman kemudian mengeluarkan ponselnya, ia harus segera menghubungi Pak Suryawan. "Halo Maman, Bagaimana?." Tanya Paman Suryawan di ujung telepon."Aku mau bertanya Paman, apa sudah ada petunjuk tentang siapa yang berada dibalik penculikan Pak Sumardi?.""Menurut informanku, beberapa anak buah Gordo semalam berencana menculik seseorang." Jawab Pak Suryawan. "Kemungkinan besar itu adalah Pak Sumardi."Gordo? Mendengar nama itu Maman langsung teringat dengan apa yang diinfokan Odie tadi siang. "Gordo ini merupakan pemasok bodyguard sekaligus penyedia orang-orang yang bisa melakukan pekerjaan kotor untuk Pratama Grup." Sambung Pak Suryawan."Berarti cocok dengan dugaanku." Balas Maman. "Karena lokasi Pak Sumardi disekap ada di pelabuhan yang dipenuhi barang-barang dengan tulisan Pratama Grup.""Kata Pak Sumardi tadi, Paman Suryawan harus segera bertindak." ***Saat ini, di rumah Pak Rudi terlihat para petinggi keluarga sudah hadir. Mereka sedang m
Setelah mengatur nafasnya untuk menenangkan diri, Maman kemudian bergeser sedikit ke arah samping kiri dari tempatnya bersembunyi tadi. Ia mendekat sedikit ke arah gudang.Dari posisinya sekarang, ia bisa melihat ada sepuluh orang pria berjaga di sekitar area gudang. Penampilan kesepuluh pria itu terlihat seperti preman bayaran, bukan pengawal ataupun tukang pukul orang-orang kaya. Siapapun otak dari aksi penculikan ini, ingin menyembunyikan identitasnya dengan menyewa preman.Mata Maman semakin waspada saat melihat ada dua mobil mewah berwarna hitam datang merapat ke gudang. Dari kedua mobil itu turun dua orang pria berjas hitam. Meskipun dari jauh Maman masih bisa memperhatikan dengan jelas penampilan para pria yang baru datang itu."Aku yakin mereka itulah yang merencanakan semua ini!." Kata Maman. Ia kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan singkat lalu mengirimkannya ke Simon, bagaimanapun ia tidak boleh bertindak tanpa ada perencanaan matang.Maman maju lagi beberapa m
Setelah agak jauh meninggalkan rumah Agam, Maman menepikan motornya. Ia kemudian mengeluarkan ponsel lalu menghubungi nomor yang tadi diberikan Agam."Halo, siapa ini?." Suara seorang pria terdengar dari ujung telepon."Halo, apa benar ini dengan Pak Odie?." Tanya Maman dengan sopan."Iya betul, ada perlu apa?.""Maaf Pak Odie, aku dapat nomor bapak dari seorang teman, katanya kalau mau mencari orang yang berani melakukan pekerjaan berbahaya bapaklah orangnya." Maman berusaha memperlembut suaranya seperti orang yang sedang mencari pertolongan."Oh iya betul itu,.memangnya pekerjaan apa itu?." "Kalau boleh kita langsung bertemu saja Pak, lebih enak bicara empat mata.""Oke temui aku di warung kopi yang di perempatan menuju pasar.""Baik Pak."Sambil tersenyum sinis, Maman mematikan panggilan teleponnya. Ia tahu warung kopi yang dimaksud Odie, tanpa menunggu lebih lama lagi Maman segera memacu motornya menuju ke tempat tersebut.Sekitar lima belas menit kemudian, Maman sudah sampai di
Setelah menemui Pak Suryawan, sekarang Maman menuju kembali ke perumahan Pak Sumardi. Ia harus mencari tahu siapa yang menjadi pembantu di rumah tersebut. Setelah bertanya ke beberapa tetangga rumah Pak Sumardi, ia mendapatkan informasi jika pembantu dirumah itu ada tiga orang. Dua orang wanita, dan satu orang pria. Ketiga pembantu itu ternyata satu keluarga, nama kepala keluarganya Agam.Si Agam ini bertugas sebagai keamanan sekaligus tukang bersih-bersih halaman, kedua wanita lainnya adalah Istri dan anaknya yang bertanggung jawab pada bagian dalam rumah.Saat ini Maman segera menuju ke rumah Agam, lokasinya tidak jauh dari rumah Pak Sumardi. Setidaknya keluarga tersebut pasti ada informasi soal Pak Sumardi karena selama ini merekalah yang sehari-hari menyertai pasangan suami istri tersebut.Maman tiba di sebuah rumah, dari luar terlihat jika rumah itu belum sepenuhnya selesai. Temboknya belum dicat, hanya lapisan semen yang menutupi susunan batu merah. Maman kemudian mengetuk pint