Anna's POV
Aku sebenarnya sangat anti menyebut namanya. Bagiku nama itu sudah mati orangnya, tapi dia berdiri di hadapanku.
Pilihan warna monokrom sangat mengambarkan dirinya sekali. Tipikal seorang Danish dari dulu. Dia hanya memakai kaos berwarna monokrom dengan celana bahan kain berwarna putih. Dengan penampilannya yang sederhana tapi hatiku selalu berantakan setiap melihat dirinya. Dia selalu berhasil meluluhlantakkan perasaan ini.
Aku hanya mencengkram clutch bag berwarna abu-abu untuk menghindari kegugupanku.
"Cepat samparin! Pura-pura lupa, kalau kamu udah lupa sama dia." Aku hanya berdiri kaku, saat melihat dia berbicara dengan Raja. Dia tidak berubah sama sekali, jari-jari panjangnya mencengkram pinggiran cangkir tak pernah lepas dari mataku. Nora mendorongku untuk mendekati dirinya, tapi aku belum siap untuk mencium aroma tubuhnya. Aku tak siap jika luka ini kembali banjir nanah. Dia adalah laki-laki paling brengsek, paling egois yang pernah kukenal. Semua sifat bengisnya tidak ia tunjukkan di depan orang-orang, dan membuat semua orang menganggap dirinya malaikat.
"Aku duluan." Nora mendekat ke arahnya. Aku hanya berdiri di sana. Keputusan untuk mengikuti saran Nora adalah pilihan yang buruk, tatanan hatiku yang kacau semakin dibuat berantakan dan aku tidak berselera untuk menata kembali.
"Hi, Anna." Aku berbalik dan tersenyum ke arah Evan. Dia adalah teman masa sekolah dulu. Malam ini dia memakai kemeja biru motif bunga-bunga yang membuat penampilannya terlihat dewasa dan lebih segar. Aku memang semenjak tamat tak pernah lagi berjumpa dengan teman-teman. Sibuk kuliah, sibuk kerja, terutama sibuk meratapi nasibku yang tak ada bagusnya hingga kini.
"Kamu semakin cantik, Anna." puji Evan tapi aku hanya tersenyum. Semenjak mengalami patah hati selama bertahun-tahun, aku menutup hatiku pada siapapun laki-laki yang ingin mendekati hidupku.
"Terima kasih." Aku hanya tersenyum formal dan mataku masih menatap dirinya saat dia mendekat ke arah kami.
"Aku mau bicara dengan Anna." Saat dia menyebutkan namaku, seolah ada gempa lokal di dalam ruangan ini. Dia memang sumber malapetaka dalam hidupku. Aku tak berani menatap dirinya, aku hanya menunduk dam melihat penampilannya. 5 tahun bukan waktu yang singkat, terlalu lama hingga luka ini tidak bisa sembuh hingga sekarang.
"Anna." Saat dia memegang tanganku, seluruh tubuhku terasa merinding. Aku tak berani menatap.
"Anna."
"Jangan tampakkan mukamu di depanku! Aku muak sama kamu!" Sebenarnya aku muak, dan tak percaya mengatakan itu semua di saat yang tersisa hanyalah rasa benci yang teramat dalam.
"Cinta dan benci itu tipis sekali." Dia tersenyum sekilas. Dan sekarang dengan tak sopan memeluk pinggangaku, rasanya aku ingin menendang senjata masa depannya.
"Jangan. Sentuh. Aku!" Aku berkata dengan penuh penekanan sambil mendorong dirinya. Nora salah! Salah besar! Bukan pembuktian move on yang kudapatkan tapi luka itu semakin disiram dengan perasan jeruk membuat rasanya semakin perih.
Aku langsung menghindari laki-laki ini. Harusnya memang aku tak perlu datang dan semua luka ini semakin menguar. Aku langsung mengambil minuman untuk menenangkan diriku. Tak bisa dibiarkan seperti ini!
Aku menyesap minuman yang terasa seperti manis dan pahit, dan lama-lama kepalaku terasa pening.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Danish's POV
Rasa benci itu begitu kentara. Aku seperti tidak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan dalam hidupku mulai sekarang. Pintu maaf itu sudah tertutup rapat, bahkan kuncinya sudah berkarat hingga tak bisa dibuka lagi. Permanen.
Aku hanya menatap Anna yang mengambil minuman. Saat jari-jari tangannya yang lentik memegang gelas, saat cairan itu melewati tenggorokannya membuat gejolak dalam diriku semakin berontak. Anna memegang pinggiran meja, kurasa tubuhnya tak kuat menolerir kadar alkohol.
"Anna." Aku dengan cepat menahan tubuhnya. Anna langsung memeluk tubuhku, Ya Tuhan bau tubuh yang menguar ini luar biasa.
"Kita pulang!" Aku langsung membawa Anna pulang karena tak mau jadi tontonan banyak orang.
Dengan gaya gentle aku membawanya sambil memeluk dirinya, akhirnya aku bisa merasakan tubuhnya lagi. Tubuh yang selalu kurindukan di setiap aktivitas yang kulakukan.
"Missing more than just your body." Aku berbisik padanya, tapi seperti tidak sadar. Bibirnya yang memerah alami sedikit membengkak membuatku tak tahan untuk mengecupnya. Semoga Anna memaafkan aku akan hal ini.
"Anna." Aku semakin memeluknya dan menghirup aroma tubuhnya sebanyak mungkin. Aku sangat merindukan wanita ini, walau dia membenciku.
"Rumah kamu di mana?"
"Celine, Celena, Danish." Aku langsung menatap Anna yang masih meracau. Aku tidak menangkap apa yang ia maksud, tapi dia masih terus menyebut namaku. Aku berdosa sekali pada wanita ini.
"Rumah kamu di mana?" Aku hanya mendengar dengkuran halus. Akhirnya berpikir untuk membawa Anna kemana, karena tak mungkin membawa ke rumahku. Ayah dan Mommy bisa kejang-kejang jika tahu aku kembali membawa wanita ini padahal aku yang mencampakkan dirinya.
"Anna." Aku mengelus-elus pipinya. Ini adalah kesempatan buatku untuk merasakan pipinya yang halus, mulus, pipi bulat yang menjadi pipi favorit sedari dulu.
Aku mencium pipinya berkali-kali, saat mendengar klakson dari belakang. Benar, aku sedang berada di lampu merah sekarang.
Saat melewati sebuah hotel, aku memutuskan untuk berbelok. Mengistirahatkan Anna sampai di sadar kembali, walau dia bisa suudzon padaku.
Aku hanya ingin bersamanya, menghirup aroma tubuhnya sebanyak yang aku bisa.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Anna's POV
Reuni kembali membuatku kembali flashback saat-saat indah bersama dirinya. Aku menyadari perasaan itu saat meginjak usia 15 tahun, jika aku jatuh cinta pada teman masa kecilku. Berangkat dari keluarga kami yang saling mengenal aku dan dirinya sering bermain bersama, hingga remaja jika kedekatan kami selama ini bukan hanya kedekatan biasa, aku ingin lebih, perasaan ini terasa spesial dan aku ingin dia menjadi orang spesial dalam hidupku.
"Anna." Aku tersenyum. Aku paling suka saat dia menyebut namaku, terdengar begitu merdu di indra pendengaran.
Aku memeluk lehernya, dia nyata dia nyata di depanku, bukan hanya berada dalam mimpiku tiap malam. 5 tahun aku selalu mengonsumsi obat tidur agar aku bisa tertidur karena aku selalu memikirkan dirinya.
Aku mengelus-elus wajahnya dan memastikan jika ini nyata, aku sedang tidak berhalusinasi. Dia nyata, dia depanku.
"Anna." Aku semakin tersenyum saat dia mengukung tubuhku di bawah. Aku suka intim bersamanya, banyak hal panas sudah kami lalui bersama. Bahkan di minggu pertama kami resmi berpacaran aku sudah melepaskan keperawananku, karena aku selalu percaya padanya, dia tidak akan mengecewakanku. Kami akan selalu bersama.
"Jangan tinggalkan aku." Aku berbisik di ujung bibirnya, hidungnya yang mancung menempel di hidungku. Aku suka saat napasnya hangat terasa di sekitar tubuhku.
"Danish." Aku berani menyebut namanya. Aku merindukan dirinya, rindu sangat.
"Anna." Tanganku langsung menyusuri perutnya yang rata dan juga keras. Aku tidak pernah menyesal melepaskan keperawananku untuk dirinya, walau saat itu kami masih sangat muda dan rentan tapi kami pandai menghitung tanggal dan keluar di luar.
Aku langsung mencium bibirnya agresif. Aku sangat merindukan laki-laki ini, rindu dengan sentuhannya. Tanganku langsung membuka kaos yang membungkus tubuhnya. Melihat tubuh telanjangnya aku bangun dan duduk di pangkuannya.
Aku memeluk dirinya sambil mencium-cium dadanya. Dada favorit sepanjang masa.
Aku mengelus-elus perutnya. "Danish ... Kamu nggak tahu, aku selalu memimpikan hal ini. Kita selalu bersama, bersanding bersama. Tapi rasanya sia-sia, jika kamu tidak menginginkan hal itu." Aku merintih, memohon, aku tidak ingin laki-laki ini meninggalkan aku.
"Bisakah kamu tetap tinggal di sini?" Aku berbisik di telinganya, saat tanganku turun ke bawah ziper celananya dan merasakan bongolan keras tersebut.
"Danish." Tanganku menyusuri perutnya yang keras.
"Kamu tidak mencintaiku?" Aku bertanya padanya dan dia hanya diam. Ya, siapa yang mau menjawab jika dia sendiri tidak yakin dengan dirinya.
Dia membalikan tubuhku ke bawah. Tangan besarnya mengelus-elus wajahku dan jari telunjuknya menyusuri pipiku. Aku menutup mataku sambil menahan tangannya, aku tak ingin kegiatan ini berakhir begini saja. Aku ingin seperti ini terus, aku ingin terus merasakan kehangatan laki-laki ini.
Saat aku merasakan napasnya yang hangat dan sesuatu yang hangat menyapa bibirku dan tidak ada alasan untuk tidak membuka mulutku, lidahnya langsung masuk menyapa lidahku dan saatnya perang lidah. Aku menutup mataku dan tak ingin semuanya ini berlalu begitu saja. Lumatannya terasa manis dan memabukan, aku paling suka menciumnya.
Saat tangannya menyingkap dress yang kupakai aku langsung membuka kaki selebar mungkin dan menciumnya lagi. Aku sangat suka dengan aroma tubuhnya.
Aku terpaksa mengeluh dengan nikmat saat jari-jari tangannya masuk ke luar dalam inti milikku.
"Katakan Anna. Katakan jika ini mau diteruskan."
"Eungh ... Jangan berhenti." Aku menggigit bibirku.
Dia membawa bibirnya lagi dan menciumku. Dulu saat sekolah, kami jadi pasangan goals saat kamu kompak melakukan banyak hal bersama, dan sering melakukan kegiatan intim bersama. Aku terbuai, aku terbuai dengan semua ini.
Lidahnya menyusuri leherku dan menghisap dalam.
"Betapa lezatnya tubuhmu, Anna." Rasanya aku ingin menangis dengan hal nikmat ini. Dan juga menangis dengan nasibku yang tidak ada bagusnya.
"Annastasia, katakan! Katakan jika kita akan meneruskan hal ini."
"Kumohon, jangan berhenti."
"Jangan menyesal, Anna." Dia berbisik di telingaku, aku menggigit bibirku saat tempo itu dinaikan.
Dress milikku ditanggalkan, dia membuka zipper celana miliknya dan aku membantu menurunkan.
Dia dengan terburu-buru membuka bungkus foil yang berasal dari saku bajunya. Aku menggeleng, dia menghentikan gerakannya dan menungguku.
"Jangan! Jangan pakai itu! Aku ingin merasakan kamu seutuhnya." Aku mencegahnya. Dia langsung bergabung denganku.
"Sial, Anna! Kamu selalu sukses membuatku seperti seorang penjahat kelamin!"
Saat tubuhku dan tubuhnya bersatu.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Danish's POV
Aku tahu ini gila! Aku memanfaatkan Anna yang tak sadar untuk keuntungan seperti ini. Tapi tubuh kami menginginkan satu sama lain, dan ini tak bisa dihindari.
Aku hanya memperhatikan dirinya yang mencengkram punggungku dengan jari-jari tangannya. Setelah sadar Anna akan semakin membenciku, tapi biarkan sekarang aku menikmati waktu kebersamaan kami, sebelum jurang itu kembali terbentang.
Aku mengecup pucuk payudaranya, dan bisa merasakan kekenyalan di tonjolan itu. Anna adalah satu-satunya tubuh wanita yang membuatku selalu haus akan tubuhnya, Anna adalah satu-satunya yang membuatku jadi seorang maniak dan tubuh Anna adalah yang paling kuinginkan dari wanita manapun. Aku selalu ketagihan dengan tubuhnya.
Aku mencium pipinya yang putih mulus. Menarik pucuk hidungnya dengan gemas, saat dia semakin merintih nikmat dan napas kami semakin tak beraturan.
"Apa aku bisa keluar di dalam?" Aku tahu ini bodoh. Karena kita tidak tahu apa yang terjadi ke depan, karena tidak pakai pengaman dan kemungkinan bisa jadi anak bukan plasma TV.
"Cum in. Aku ingin merasakan semburan itu." Wajahnya semakin memerah membuatku semakin semangat untuk menumpahkan semuanya.
"Huh!" Aku bernapas lega saat mencapai puncak dan masih memperhatikan wajah Anna yang sepertinya sangat menikmati semua ini. Mungkin main sekali lagi, sepertinya tidak masalah.
Aku bergeser ke samping dan memeluk tubuh telanjangnya. Aku selalu suka menghirup aroma tubuhnya sehabis bercinta. Kuelus-elus rambut yang menutupi wajah cantiknya. Kukecup bibirnya. Tidak pernah puas.
"Sudah siap ke ronde selanjutnya?" Anna semakin menenggelamkan kepalanya di dadaku. Aku tersenyum, memanfaatkan keadaan sebelum Anna sadar dan semuanya terasa mencekam dan hanya ada kebencian yang tergambar dari dirinya.
"Danish." Aku tersenyum, mengecup keningnya begitu lama. Egois! Karena ego yang begitu tinggi aku harus menyakiti wanita ini begitu dalam. Demi warga Bikini Bottom aku sangat mencintai wanita ini. Selama lima tahun berpisah, tidak ada wanita lain yang berhasil menggantikan posisinya, yang ada aku terus menginginkan dirinya.
Aku membawa tubuhnya bangkit, dan memangku dirinya dengan tubuh kami yang masih menyatu. Ada saat-saat tertentu dia menunjukkan sisi manjanya. Dalam kehidupan sehari-hari dia wanita yang sangat mandiri, Anna adalah seorang anak yang tumbuh dengan penuh kasih sayang di antara keluarganya dan aku yang menghancurkan dirinya. Aku tidak pantas untuk mendapatkan maaf darinya, walau tubuhku berkata lain, aku selalu haus akan tubuhnya.
"Katakan apa yang mau kamu katakan." Aku menyampir rambutnya ke belakang, rambutnya sedikit basah bercampur keringat.
"Kamu pasti kecewa padaku, Anna." Anna menggigit bibirnya ketika dia mulai bergerak lagi. Aku hanya memperhatikan payudaranya yang ikut bergerak. Kupeluk tubuh telanjangnya, semoga saat Anna sadar dia bisa menerima semuanya walau aku memang tak punya alasan dan tak punya pembelaan untuk diriku sendiri.
Aku jadi membayangkan andai aku dan Anna punya anak, pasti akan secantik ibunya. Anak-anak cantik yang lucu, pintar. Aku menyanyangi wanita ini. Dia luar biasa, dan hanya laki-laki hebat yang bisa mendapatkannya, bukan brengsek seperti diriku.
Anna mencapai puncaknya dia memeluk diriku, aku mencium bibirnya sebelum membalikan tubuhnya dan mengejar puncak.
Aku langsung berbaring dan memeluk tubuh Anna dan tak ingin melepaskan penyatuan tubuh kami.
Aku memeluk tubuhnya dari belakang.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Dan aku hanya terduduk di sana sambil menggeleng.
Anna sudah pergi. Harusnya dia bisa memaki-maki diriku biar aku bisa melihat bagaimana wajahnya, tapi dia langsung menghilang membuat diriku semakin merasa tak layak untuk wanita itu.
Aku langsung masuk ke kamar mandi dan berdiri di bawah pancuran shower dan hanya bisa membayangkan hal panas bersama Anna. Andai dia masih ada, kami bisa morning sex sekali lagi.
Aku menggosok tubuhku dan sesuatu milik Anna tertinggal di atas kasur. Aku langsung merenungi hal itu dan terdiam cukup lama.
Sepertinya aku mengubah rencana. Aku akan mencari tahu, apa yang telah aku lewatkan selama lima tahun terakhir!
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Yes! Aku menulis sesuai dengan apa yg aku mau, jadi lancar bangat nulisnya. Hehehe.
Mau tebak-tebakan lagi? Ayooooo, aku suka tebak-tebakan.
Aku mau balas dendam, gegara cerita sebelah Aunty Danish ringan bangat ceritanya jadinya aku merasa hambar, karena bukan ciri khas aku menulis. Jadi kembali ke habitat, kita buat cerita banyak konflik dengan main tebak-tebakan.
See youπππππ.
Anna's POVKetika aku membuka mataku, aku tahu hanya ada luka yang kurasakan dan luka itu takkan sembuh. Aku tersenyum dengan kebodohanku dan langsung memakai semua pakaianku dan bergegas pergi. Pergi jauh dari hidupnya."Iya, Ma. Okay, ini aku lagi mau berangkat. Mau datang? Ya udah, bentar deh, nanti aku aja ke rumah. Iyalah rindu setengah mati."Aku tersenyum melihat matahari masuk melewati fentilasi udara menyapa tubuhku. Aku sudah mandi dan setan-setan buruk yang berkelana di kepalaku musnah. Membuat toast dengan selai strawberry, kopi panas untuk pagi yang tak begitu buruk. Nyatanya bertemu langsung dengannya membuat hidupku tak berubah atau mungkin makin buruk.Kerja seperti biasa agar aku menyiapkan banyak tabungan untuk masa depanku. Aku anak yang cukup mandiri sebenarnya dari kecil, sudah melalukan banyak hal sendiri. Akhir-akhir ini aku sedang survive dengan hidupku dan berharap bisa survive beneran."Ayo, Anna."
Nora benar-benar menjebakku agar berakhir bersama laki-laki ini. Teman yang dia bilang akan bertemu tidak ada. Kukira semua hanya akal-akalannya saja.Aku secepatnya menghabiskan salad dan pergi dari hadapannya, aku muak melihat wajahnya. Sangat muak! Trauma yang dia tinggalkan tak begitu mudah. Danish benar-benar membuatku mati rasa.Diam-diam aku melirik urat-urat tangannya yang ikut bergerak saat tangannya memotong steak dan mencelupkan dalam saos. Kami hanya diam, aku juga malas berbicara padanya."Kamu mau pesan makanan lain?" Aku pura-pura tak melihatnya, tapi dia terus menatapku membuatku akhirnya menatapnya. Rasa benci itu berkabut tebal, sangat tebal. Aku sangat membenci dirinya!Tak ingin menggubrisnya aku semakin makan dalam suapan besar karena ingin kabur dari hadapannya.Anna : Kau benar-benar yaπ€π€π€. Aku marah! Aku membencinya!Aku mengirim pesan itu ke Nora. Pasti Nora akan terkikik melihat pesa
Menangis. Aku hanya menangis semalaman. Tidak percaya dengan nasibku.Aku gagal menikah!Ya Tuhan, mengingat ini aku meraung-raung seperti orang gila. Danish brengsek sialan itu mencampakkan aku! Aku meringkuk seperti udang memeluk diriku dengan dada yang terasa perih dan perutku yang terus diaduk. Menangis memang percuma, tapi terasa lebih sesak jika aku tak melakukan hal ini. Aku tak percaya! Tidak bisa dipercaya!"Anna." Aku hanya menggeleng. Aku tak ingin berbicara dengan siapapun, aku tak ingin bertemu dengan siapapun!Pintu dikunci rapat! Aku hanya ingin seperti ini, tak tahu bagaimana semua kesialan yang kurasakan segera hilang. Awalnya si bajingan itu yang mencoba-coba mengajak menikah, mungkin dia bercanda tapi aku menganggap serius dan banyak hal yang sudah kami lalui bersama tentu jadi akar yang kuat untuk menikah, tapi dia mengacaukan semuanya. Sampai detik ini aku masih belum per
Dua jagoanku tertidur dengan pulas, setelah menghabiskan satu mangkuk ice cream masing-masing dan ayam goreng satu potong. Mereka tertidur dengan memeluk boneka masing-masing.Aku hanya menatap mereka dengan penuh cinta. Mencium kepala mereka mengelusnya dan tersenyum bangga. Dua malaikat yang hadir di saat aku merasa dunia tak pernah adil. Dunia tak pernah berpihak pada orang lemah sepertiku. Sumber kekuatan yang Tuhan hadirkan di saat aku berada di titik terlemah dalam hidupku."Bunda, akan lakukan apapun biar kalian bahagia." Wajah mereka sama. Orang-orang di sekitar tak bisa membedakan mana Celine dan Celena.Nora : Girls, Danish minta alamat rumah kamu. Serius aku bingung mau jawabnya. Gimana nih?Anna : Jangan dilayan!Laki-laki sialan! Yang tersisa untuknya hanya kebencian yang kian memupuk. Danish adalah laki-laki paling brengsek yang pernah
Coklat panas di tangan tak mampu mendinginkan perasaanku yang hancur. Laki-laki itu hadir untuk membuatku kembali terpuruk.Aku sudah menelpon anak-anak dan menyuruh untuk jadi anak yang manis. Aku akan menjemput anak-anak besok pagi, menuruti semua permintaan mereka sebelum laki-laki sial itu mencari celah agar dekat dengan anak-anakku. Aku benci jika dia menyentuh anak-anakku. Dia tak berhak sedikitpun!Aku menunduk melihat coklat panas tersebut. Berharap cangkir itu punya mulut dan berbicara padaku dan menenangkan jika aku tak boleh bersedih, Celine dan Celena hadir sebagai penyembuh untukku. Aku menyeka air mataku. Sakit hati masih terasa hingga kini. Bertahun-tahun.Dia mencampakkan aku!Mengingat ini rasanya aku ingin menangis darah. Begitu hinakah aku? Dulu di memperlakukan aku seperti seorang putri, aku tak pernah ragu menyerahkan segalanya untuknya, tapi setelah aku dibuang
"Duduk manis di sana, biar Bunda masak." Aku langsung menyuruh anak-anak karena meminta dengan tidak sabar ingin makan sushi roll crispy. Aku sudah melihat resep dan cara membuatnya juga gampang.Sebisa mungkin aku menuruti permintaan anak-anak karena laki-laki sial itu berhasil mencuri hati anak-anakku dan mereka sudah suka padanya. Anak-anak jadi suka membandingkan dirinya denganku yang tegas pada mereka.Aku mengocok telur ingin membuat telur dadar terlebih dahulu. Saat memotong sosis kecil-kecil si sialan itu masuk ke dapur. Saat pulang ke rumah, aku melarang dirinya untuk menginjak kaki di rumah ini tapi dia anak-anak yang mengundang. Mereka sangat kompak membuatku hanya bisa mengelus dada. Dasar ayah dan anak nyusahin!"Dapur kamu rapi ya." Aku berhenti memotong dan masih memegang pisau. Jika pisau ini menancap di dadanya akan membuatku puas sekali."Sebenarnya aku nggak sudi kau masuk
MEMUAT ADEGAN DEWASA YANG MENDETAIL! YANG MASIH DI BAWAH UMUR TINGGALKAN SEBELUM MIMPI BURUK!________________Setiap sentuhan yang dia berikan terasa memabukan, saat kulitnya bertemu dengan kulitku, membuatku melayang hingga langit ke tujuh. Aku menatapnya penuh gairah dan rasa cinta yang begitu membumbung tinggi. Aku sangat mencintai wanita ini.Saat tanganku menyentuh gundukan kembar itu, dia menggigit bibirnya sorot matanya mengatakan jangan berhenti. Diam-diam aku tersenyum penuh kemenangan, Anna sedang tidak mabuk sekarang, dia waras untuk mengetahui jika aku yang memberi kenikmatan padanya, bukan suaminya yang bodoh! Shit! Moodku langsung buruk mengingat suami Anna! Aku menunduk lagi melihat sorot memohon tersebut, aku mendekatkan wajahnya dan menjilatinya. Menyusu seperti anak kecil lapar, menjilati bukit itu bergantian agar yang satunya tidak merasa cemburu. Aku ingin bermain pelan, lembut dan intim.
Aku tidak akan menyerah!Hari ini, aku mencoba kembali mendekati anak-anak Anna, sambil mengorek informasi tentang suami Anna yang bodoh itu!Aku menyisir rambutku, sudah mencukur, dan meraba-raba wajah tampanku, dan merasakan bulu-bulu di wajahku sudah ditebas, terasa halus dan Anna tidak akan risih seandainya ada kesempatan aku menciumnya. Shit! Membayangkan saja, aku sudah seperti seorang penjahat kelamin! Tidak! Bukan! Maksudnya, aku ingin! Shit! Pikiranku kacau, jika membicarakan Anna. Mengambil beberapa gel rambut dan menyapu di rambutku.Dadaku masih terasa terhimpit, tak ikhlas begitu saja Anna bahagia bersama orang lain. Ya, sangat egois tapi jika aku masih mencintai wanita itu, kalian bisa apa?Aku menarik napas panjang, dan melihat wajahku di cermin. Aku masih sangat tampan dan gagah, untuk merebut kembali Anna dalam pelukanku. Sepertinya aku harus menonton serial psikopat, bagaimana menghilangkan nyawa orang. Membunuh suami A
ABC NEWSTelah terjadi kecelakaan pesawat Europe Air pada tanggal 28 Juni dini hari, pesawat mengalami kesalahan teknis, dan membuatnya jatuh ke hutan di Ermenonvile, Perancis.Pada pintu bagian kargo tidak tertutup rapat menyebabkan pesawat mengalami tekanan udara di tengah penerbangan.Hal ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah bagian pesawat, termasuk mesin yang perlahan-lahan hancur. Tidak ada penumpang yang selamat dalam kejadian ini.Otoritas setempat mengatakan, terjadi ledakan besar, dan sekarang TIM SAR sedang menggerakkan seluruh tim untuk mencari badan pesawat.Penumpang yang berisi 288 penumpang termasuk para awak kabin. Para jenazah sedang diidentifikasi.____________Tubuhnya lemas tak bersisa, semua ini salahnya, semua karena kebodohannya. Bahkan, dia sudah tak sanggup untuk bernapas, bersuara saja rasanya tidak sanggup.Kematian adalah suatu kepastian, perpisahan tak dapat di
Banyak orang yang terobsesi dengan Perancis, terutama Paris dengan ikon khas menara Eiffel yang mendunia. Salah satu kota yang dijuluki sebagai kota paling cinta, kota paling romantis di dunia. Apalagi ingin menghabiskan waktu bulan madu.Sebenarnya, aku tak terlalu banyak berekspektasi tentang bulan madu kali ini, apalagi anak-anakku tidak diikutsertakan, setengah ikhlas aku menjalani ini.Danish memboyong bulan madu ke Eropa, tapi kami lebih berfokus ke Perancis. Aku menghindari Paris, walau kata orang kota romantis, tidak bagiku, kota itu banyak kasus pencopetan, bau pesing, bahkan penduduk lokal sangat tidak ramah pada turis, mereka tak mau berbicara bahasa Inggris, mereka hanya mau berbicara bahasa Perancis.Akhirnya kami memilih di Perancis Timur. Aku lebih suka bangunan gaya kuno yang sudah berdiri sejak abad pertengahan."Aku kenapa selalu terobsesi dengan kerajaan?" tanyaku pada Danish. Kami sedang berada di Perouges, sebu
Lantunan lagu syahdu, mengiringi setiap langkah. Setiap langkah beriringan dengan sebuah tangisan penuh kebahagiaan, aku merasa belum bisa memijak dunia sekarang. Pipi terasa memanas, tubuh terasa ringan, irama jantung yang berdegup kencang, napas serasa dicekik. Aku berusaha untuk menelan ludah walau sulit.Aku bahagia! Ini bukan hari perkabungan, tapi aku ingin meratapi nasibku. Di depan sana, seorang laki-laki yang dulu pernah berjanji akan menikahiku, dan semuanya gagal di saat pernikahan impian itu sudah berada di depan mata.Aku meremas tanganku sendiri, rasanya ingin menampar pipiku jika ingin bukan mimpi, tapi sebuah mimpi yang kubangun bertahun-tahun, dan sekarang menjadi kenyataan."Rileks. Semua akan berjalan dengan lancar." Aku tertawa kecil, sambil menoleh pada Ayah. Laki-laki yang sudah membesarkan aku mengandeng tanganku, dan berjalan menuju altar yang sedang berdiri laki-laki yang pernah mengingkari janjinya sendiri.
Aku kembali berdiri kaku, memandangi sebuah gaun mewah berdiri angkuh di depanku. Aku memperhatikan gaun itu lamat-lamat, dan meyakinkan diriku, ini yang aku inginkan, ini yang aku tunggu-tunggu selama ini.Aku kembali mengehela napas, gaun pengantin sudah tersedia di depanku, dan aku kembali meragukan hatiku, di saat semua sudah siap. Bukan, aku tidak meragukan Danish sama sekali, aku yakin laki-laki itu akan bertanggung jawab, tapi aku meragukan diri sendiri, dan kembali dilempar pada kejadian lima tahun ke belakang, aku gagal menikah.Di saat aku sudah memimpikan pernikahan impian, aku sudah menghayal tentang sebuah rumah tangga yang harmonis, keluarga kecil yang bahagia, dan impian itu dirusak beberapa jam, rasanya masih membekas hingga kini."Kamu suka?" Aku berbalik ke arah Danish yang memeluk pinggangku, sambil mencium pipiku. Aku tersenyum ke arahnya, sambil mengangguk.Gaun berwarna ungu dengan tulle berwarna putih di bawa
Dengan menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuh, leher, pergelangan tangan, keliling tubuh bagian depan dan belakang, aku mencium parfum tersebut, dan tersenyum. Bernapas lega!Aku masih berdiri di depan kaca, sambil mengukur gundukan bulat di perutku, mengelus-elusnya. Kembali tersenyum dengan kebahagiaan, tak menyangka takdir membawaku sejauh ini.Aku mengikat rambutku dan memastikan sekali lagi penampilan.Hari ini, perayaan untuk keluarga kecilku, dan semua keluarga akan berkumpul.Aku menengadahkan wajah ke atas, bernapas lega, dan bersyukur masih bisa bertahan hidup sejauh ini, dengan keluarga yang harmonis, keluarga yang selalu mendukung, serta anak-anak yang sangat menggemaskan semuanya.Ganggang pintu bergerak, aku alihkan pandangan ke pintu bercat putih tersebut. Menyambut calon suami yang sangat mengesalkan, tapi harus kuakui hidupku sepi jika dia tak berada di sekelilingku. Aku merentangkan kedua tanga
"Jadi, pada akhirnya kamu tetap memilih tytyd jelek itu?" Aku hanya memalingkan wajahku, malu tentu saja. Aunty Ilene berbicara mana peduli dengan perasaan orang lain, asal apa yang dia keluhkan keluar."Aunty marah?""Lebih ke kecewa, sih. Malu juga, mereka itu memang paling dekat, Dennis itu abangku, Bella itu sahabatku dulu, punya anak sebiji Danish, keponakan favorit yang akhirnya mengecewakan semua orang." Aku kembali menghela napas. Mau bagaimana lagi, aku kembali hamil dengan laki-laki itu, dan aku mencintai Danish, biarlah jadi wanita bodoh, aku akan melakukan apa saja demi kebahagian anak-anakku."Mungkin udah takdirnya, Aunty. Nyatanya aku kembali dengannya, walau awalnya sakit hati, dendam. Tapi, Danish sudah punya banyak anak." Aku menjilati bibirku. Kami sama-sama menghela napas berat.Sekarang, anak-anak lebih dikuasai Mommy Danish, aku tak banyak berbuat karena tahu wanita itu sedang menikmati perannya sebagai nenek, setel
Aku mengalihkan pandangan ke belakang, melihat interaksi antara nenek dan cucu yang begitu akrab sekarang. Jadi, aku akan memeriksa kehamilan, tapi Mommy Danish sudah berpesan agar dia juga ikut dalam pemeriksaan kali ini. Dan satu keluarga ikut. Nasib baik, Momma, Ayah, Aunty Ilene dan keluarganya ikut, jika tidak serasa piknik keluarga."Mommy penasaran dengan bentuk bayinya, pasti lucu.""Masih jadi kecebong itu, Mommy." Aku langsung mencubit paha Danish, karena bicara sembarangan."Udah besar. Bahkan udah tahu jenis kelaminnya. Perut Anna juga udah besar." Aku menunduk, dan kembali melihat gundukan perutku, ya memang terlihat membuncit sekarang. Dan anak-anak sebenarnya belum dikasih tahu, jika mereka sudah jadi kakak sekarang."Kalau kembar lagi, Mommy pasti akan senang bangat." Aku hanya menggeleng, tak mau berekspektasi apa-apa, asal anakku sehat, sudah lebih dari cukup buatku.Danish sedang menyetir, kami sudah membu
Aku memeluk tubuh Danish dari belakang, dia sedang mencuci piring. Ya, sekarang dia kesurupan untuk melakukan semua pekerjaan rumah, walau aku juga ikut membantunya. Atau, kami membagi pekerjaan, dia memasak aku akan mengurusi anak-anak untuk sekolah, atau aku yang memasak Danish mengurusi anak-anak sekolah."Pasti dapat jatahnya kurang, atau malah puas bangat?" Aku hanya tersenyum dengan komentar mesum terus. Danish dan otak mesumnya tak dapat dipisahkan, layaknya kendaraan tanpa bahan bakar, tidak berfungsi."Dua-duanya, sih. Kadang kamu ngeselin, tapi ada saat di mana aku ingin berkata ribuan kali aku mencintai kamu, dan kamu membuktikan semuanya." Danish mencuci tangannya, dan berbalik padaku, dia memeluk pinggangku aku memeluk lehernya, sambil tersenyum ke arahnya."Mama pasti udah ketagihan sama Tiger, makanya Mama tidak akan bisa melepaskan lagi. Tenang aja, Tiger akan selalu memberi servis terbaik.""Ish! Bukan itu."
"Aku selalu membayangkan kamu dalam balutan baju pengantin. You're so damn sexy, Anna!" Aku memutar bola mataku. Menatap malas ke arah Danish."Bagiku, baju pengantin seperti mimpi buruk. Aku pernah gagal menikah, dan aku seperti akan merasakan mimpi buruk itu lagi.""You won't. I'm promise, Baby!" Aku langsung menepis tangan Danish yang berusaha untuk mengelus-elus pipiku. Kami sedang berdebat tentang baju pengantin, tentang pernikahan yang kurasa seperti mimpi buruk. Aku kembali mengalami ketakutan tentang pernikahan.Danish memeluk leherku dari belakang. Aku berbalik padanya, dan hidungku menyentuh pipinya."Tapi, ngomong-ngomong, di bayangan aku, baju pengantin itu warna ungu.""Kamu bebas memilih, Sayang. Mau baju pengantin dari tai kambing juga bisa." Ucapan ngawur dari Danish membuatku ingin menggunduli rambutnya. Benar-benar ajaib!"Padukan gaun ungu dengan tulle warna putih sehingga paduan warnany