Anna's POV
Ketika aku membuka mataku, aku tahu hanya ada luka yang kurasakan dan luka itu takkan sembuh. Aku tersenyum dengan kebodohanku dan langsung memakai semua pakaianku dan bergegas pergi. Pergi jauh dari hidupnya.
"Iya, Ma. Okay, ini aku lagi mau berangkat. Mau datang? Ya udah, bentar deh, nanti aku aja ke rumah. Iyalah rindu setengah mati."
Aku tersenyum melihat matahari masuk melewati fentilasi udara menyapa tubuhku. Aku sudah mandi dan setan-setan buruk yang berkelana di kepalaku musnah. Membuat toast dengan selai strawberry, kopi panas untuk pagi yang tak begitu buruk. Nyatanya bertemu langsung dengannya membuat hidupku tak berubah atau mungkin makin buruk.
Kerja seperti biasa agar aku menyiapkan banyak tabungan untuk masa depanku. Aku anak yang cukup mandiri sebenarnya dari kecil, sudah melalukan banyak hal sendiri. Akhir-akhir ini aku sedang survive dengan hidupku dan berharap bisa survive beneran.
"Ayo, Anna." Aku menyemangati diriku dan bermain ponsel tak ada yang menarik sama sekali. Grup alumni heboh karena kedatangannya. Bahkan nomor ponselnya sudah ditambakan dalam grup chat.
Heri : Dengar-dengar Danish udah ada gandengan? Siapa, bro? Bisalah bulan depan kondangan lagi kita.
Dengan wajah datar aku membaca grup itu.
Nora : Uhuk ... Colek seseorang. @Danish wah pasti punya cewek bule cakep nih. Dia kerja di G****e juga? Atau jangan-jangan anak Bill Gates?
Aku membaca tanpa minat.
Danish : @Heri @Nora. Tidak, belum jumpa yang tepat.
Nora : Aku tahu siapa yang tepat. @Anna kayaknya ada yang nyari nih.
Anna keluar dari grup.
Nora menambahkan Anda.
Nora : Nggak asik ah, Anna. Betewe, nitip chargeran lupa shay. Aku udah di jalan.
Aku membaca pesan itu sambil makan. Sebenarnya Nora gencar agar aku menunjukkan padanya aku sudah move on. Bukan move on yang kudapatkan tapi luka yang semakin menganga. Aku menarik napas panjang dan melihat keadaan sekeliling rumah yang terasa sepi. Tidak! Hidupku tidak pernah kesepian.
Aku membereskan semuanya dan menarik tas dan pergi kerja. Aku lebih suka menyibukkan diri dengan bekerja, jika sendiri aku akan jadi manusia hopeless dan aku tak boleh merasakan hal itu.
Nora : @Anna @Danish. Kalian kayaknya CLBK deh, Cinta Lama Boleh Kembali. Hahahaha, BTW, ditunggu from this to this. Aku menunggu undangannya.
"Apa sih? Si Nora emang norak." Aku menggerutu melihat jalanan yang sudah ramai orang-orang bekerja.
Lima tahun aku melewatkan semuanya sendirian, berjuang sendirian. Ah sudahlah pagi adalah waktu untuk menyambut kebahagiaan bukan terus berkabung.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Danish's POV
Aku terdiam lagi, sambil membaca artikel walau perasaanku makin tak tenang. Mengusap rambut dan terduduk di rumah.
Ini adalah hari tersantai, biasanya aku menyibukkan diri dengan bekerja demi meminimalisir penyesalan dan juga rasa bersalah, rasa rindu pada Anna. Wanita luar biasa yang pernah kukenal. Dia adalah gadis favoritku, wanita favorit di antara miliaran wanita di dunia ini. Aku menarik napas gusar. Rasa untuk bertemu kembali dengannya begitu kuat, aku merindukan suaranya, rindu saat dia tertawa, saat dia malu-malu menatapku. Saat matanya menatapku lapar ketika dia hampir mencapai puncak dan menggigit bibirnya, wanita paling seksi yang pernah kutemui.
Aku menatap iba pada milikku yang sudah mengeras saat aku baru saja memikirkan Anna.
Sepertinya aku butuh air dingin dan mencari makan siang. Liburan yang menyiksa. Tujuan aku pulang untuk memperbaiki hubunganku bersama Anna. Aku juga sangat merindukan dirinya, tapi aku akan jadi orang asing di matanya selamanya. Aku tidak akan pernah bisa menjadi Danish yang selalu Anna sanjung. Danish yang sekarang adalah seorang laki-laki pengecut yang dibenci oleh wanita yang aku sayang.
Aku membuka seluruh pakaian dan membasahi seluruh tubuhku dan memikirkan Anna. Lagi-lagi tentang wanita yang selalu mengisi seluruh hari-hariku.
Sepertinya bertemu dengan Anna lagi kedengarannya tidak buruk.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Aku tidak tahu jika Nora sengaja melakukan semua ini. Dia mengajakku makan siang bahkan berkata jika Pak Danu atasan kami menyuruh untuk melihat lokasi untuk pemasangan iklan yang baru. Nora beralasan jika melihat langsung lokasi dan aku tahu kata-kata apa yang bisa dirancang. Dia mengada-ada tentu saja. Setiap iklan yang dibuat itu karena permintaan klien bukan karena lokasi.
Siang ini aku sengaja memesan salad. Sedang tak ingin makan yang berat.
"Udah kayak kambing aja." Aku memutar bola mataku malas. Aku sedikit marah pada Nora tapi aku hanya diam dan berpura-pura tertarik. Di depanku ada manusia yang tak ingin kusebutkan namanya. Nora benar-benar sengaja! Sebagai teman dekat, dia harusnya mengerti bagaimana perasaanku dan hancurnya aku tahun-tahun sebelum ini. Walau aku seperti wanita tegar, tapi aku adalah wanita rapuh seperti mie yang akan lembek jika terkena air.
"Danish mau makan apa?"
"Sepertinya makan steak kedengarannya tidak buruk." Aku langsung diam dan menatapnya. Matanya langsung bertabrakan dengan milikku, aku langsung mengalihkan pandanganku dan melihat keadaan sekeliling. Temanku yang norak ini menjerumuskan aku membawa ke sebuah mall dan mengajak makan siang di sini. Dan sepertinya Pak Danu tidak tahu pasal memantau lokasi, semua hanya akal-akalan Nora. Aku harus makan cepat dan pergi dari sini secepatnya.
"Danish mau jumpa siapa? Kamu lagi libur ya?"
"Ya. Lagi libur, udah lama nggak pernah pulang. 5 tahun ya."
Diam-diam aku meremas tanganku di bawah. Kepergian dan perpisahan itu adalah saat-saat terburuk dalam hidupku. Aku menangis setiap saat. Menangisi laki-laki sial ini! Dia mencampakkan aku, dia membuat diriku sebagai wanita yang tak berharga sama sekali!
Aku mengalihkan wajahku saat mengingat masa-masa suram tersebut. Kesalahan yang dia lakukan padaku tidak akan pernah aku maafkan.
Aku bukan Tuhan, aku bukan malaikat. Luka yang dia torehkan begitu dalam dan sepertinya tidak akan sembuh.
Memori buruk tidak bisa aku hilangkan. Aku akan terus terluka walau aku sekarang terlihat baik-baik saja, tapi sesungguhnya aku sangat terluka.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
"Kita akan segera menikah. Cincin ini cantik sekali. Terima kasih, telah membuatku jadi wanita paling berharga di matamu."
Aku memeluk Danish. Dia adalah kekasihku dari jaman sekolah dan terus berlanjut hingga kuliah dan kami baru saja menyelesaikan tugas akhir. Aku lulus, dia juga lulus tentu saja. Dia adalah laki-laki paling cerdas yang aku temui. Aku sangat mencintai dirinya dan berharap kami terus bersama hingga rambut memutih.
"Aku suka bangat cincinnya." Aku terus mencium pipi Danish merasa begitu senang. Kami baru saja membeli cincin untuk pernikahan kami. Jika kalian bertanya kenapa kami harus buru-buru menikah? Well aku merasa tak ada alasan buatku untuk menunggu atau menunda. Kami sudah tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dia adalah teman masa kecilku, keluarga kami saling mengenal satu sama lain.
Danish sedari tadi hanya diam. Dia seperti tidak bersemangat padahal sebelumnya dia tidak bersikap seperti itu.
Aku memamerkan cincin putih dengan permata besar sebagai hiasannya. Begitu cantik.
"Kamu kenapa, sayang?" Aku mengelus-elus pipi kekasihku. Dia adalah laki-laki paling pengertian yang aku kenal. Tak pernah ada laki-laki spesial dalam hidupku kecuali Danish.
Pulang membeli cincin Danish mengajakku ke taman dan sekedar mengobrol bersama, atau melihat keadaan sekeliling. Sehari-hari aku lebih banyak menghabiskan waktuku bersamanya.
Danish memegang kaleng minuman berwarna biru dan meminumnya. Aku tersenyum melihatnya. Apapun yang dia lalukan semuanya terlihat sempurna di mataku. Aku ingin bersama laki-laki ini selamanya.
Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Sudah banyak hal kami lalui bersama, berawal dari masa remaja hingga kuliah. Dia laki-laki yang begitu gentle. Belum pernah aku merasakan patah hati terhebat karena seorang laki-laki dia memperlakukanku dengan sangat baik. Aku mengenal baik orang tua Danish. Mommy Danish begitu baik dan sayang padaku. Beliau sudah menganggapku anak. Jika aku ke rumah Danish ibunya memperlakukanku dengan sangat baik. Danish juga sangat dekat dengan ibunya. Jika seorang laki-laki dekat dan sayang pada ibunya begitu juga dia akan memperlakukan seorang wanita, dan aku wanita beruntung itu.
Aku memeluk pinggang kekasihku. Aku merebut minuman di tangan Danish dan minum. Kami memang sering berbagi apapun bahkan sering makan satu piring, sudah banyak hal kami lalui bersama.
Tangan Danish juga memeluk pinggangku.
"Anna." Aku menoleh padanya. Dia menatapku serius, aku tahu dia menatapku penuh cinta dan kagum. Mungkin itu juga yang dia lihat di mataku saat ini.
"Kamu pernah merasa nggak kenapa di dunia ini kadang merasa serba salah? Seperti buah simalakama."
"Aku belum pernah lihat buah itu." Aku menjawab dengan cuek. Danish tersenyum sekilas dan mengelus-elus pipiku. Saat bersamanya aku bisa manja, aku bisa menunjukkan Anna yang belum pernah ditunjukkan pada orang lain.
Danish mengecup bibirku. Hubungan kami memang terlalu jauh. Bahkan aku curiga jika Mommy Danish apa yang terjadi.
Pernah, aku main ke rumah Danish, orang tuanya sedang keluar. Kami nekat bercinta di kamarnya, dan tiba-tiba orang tuanya pulang, aku panik, Danish terlihat santai saja. Dengan buru-buru aku memakai semua pakaianku walau Mommy Danish seperti tahu apa yang baru saja kami lakukan.
"Tapi buah dada, biasa lihat." Aku tertawa memukul lengangnya. Dia terkadang bisa mesum berbicara tak tahu tempat. Aku memeluk lehernya dan mengecup bibirnya, bersamanya hanya ada kebahagiaan yang selalu menemani hubungan ini. Aku bahagia bersamanya, apapun masalah yang datang selalu kami usahakan mencari jalan keluar dan tak pernah berlarut dengan masalah. Dia adalah belahan jiwaku.
"Anna." Aku suka sekali saat dia menyebut namaku, mengalun begitu merdu. Dia mencium jari-jari tanganku dan aku tersenyum, aku adalah wanita paling beruntung di muka bumi ini.
"Aku nggak tahu, tapi pasti kamu akan marah besar sama aku. Kamu berhak, Anna. Tapi aku diundang kerja di G****e. Impian aku dari dulu."
Seluruh tubuhku langsung menegang, mataku memanas. Tidak! Tidak!
Aku terdiam begitu lama sebelum mengeluarkan suaraku. Ya Tuhan, kebahagiaan yang baru saja aku rasakan semuanya sirna. Kenapa harus terjadi seperti ini? Kenapa?
"J-jadi?" Aku bertanya dengan suara getir. Danish tak mungkin melakukan ini. Dia sangat mencintaiku, dia tidak akan pernah meninggalkan aku!
"Aku bingung, jujur. Aku sangat mencintaimu, Anna. Bekerja di G****e adalah impianku."
Air mataku meluruh dan banjir. Aku tahu akhir dari drama ini. Ini adalah akhir dan kabar buruk dari mimpi buruk yang tak pernah kualami.
"Kita hampir menikah." Dia mengangguk, tapi aku tahu dia sedang gamang. Mempertahankan seorang wanita atau melanjutkan cita-citanya. Aku memang pernah bilang akan terus mendukungnya, tapi saat dia pergi jauh dan bekerja di sana jalan cerita kami sudah berbeda.
"Kamu akan tetap memilih pergi?" Dia menyampir rambutku ke belakang dan menghapus air mataku, tapi semua yang dia lakukan tak ada lagi artinya. Aku tahu ini hanya akan membawa luka.
"Izinkan memikirkan semua ini. Aku sangat mencintaimu, Anna. Kamu wanita paling berharga bagiku. Aku mencintaimu, Anna."
Dia memelukku. Itu adalah pelukan terakhir karena kata-kata bullshit itu tidak berlaku. Dia tetap pergi! Danish memilih pergi, dia tidak menginginkan pernikahan ini dan aku hanya bisa berkabung merasakan patah hati yang begitu besar. Tak pernah menyangka dalam hidupku aku akan merasakan gagal menikah.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Lanjut lagi bab depan π₯°π₯°π₯°π₯°.
Bagaimana? Merasakan jadi Anna?
Tahan dulu sobat, belum emak siksa π€£π€£π€£. Aku menulis kisah mereka sesuai dengan yang aku mau. Aku suka konfliknya dan juga karakter mereka ππ. Kalau aku suka karakternya biasanya aku suka menyiksa mereka.
Komen dan terima kasih sudah membaca π₯°π₯°π₯°π₯°.
See youππππ.
Nora benar-benar menjebakku agar berakhir bersama laki-laki ini. Teman yang dia bilang akan bertemu tidak ada. Kukira semua hanya akal-akalannya saja.Aku secepatnya menghabiskan salad dan pergi dari hadapannya, aku muak melihat wajahnya. Sangat muak! Trauma yang dia tinggalkan tak begitu mudah. Danish benar-benar membuatku mati rasa.Diam-diam aku melirik urat-urat tangannya yang ikut bergerak saat tangannya memotong steak dan mencelupkan dalam saos. Kami hanya diam, aku juga malas berbicara padanya."Kamu mau pesan makanan lain?" Aku pura-pura tak melihatnya, tapi dia terus menatapku membuatku akhirnya menatapnya. Rasa benci itu berkabut tebal, sangat tebal. Aku sangat membenci dirinya!Tak ingin menggubrisnya aku semakin makan dalam suapan besar karena ingin kabur dari hadapannya.Anna : Kau benar-benar yaπ€π€π€. Aku marah! Aku membencinya!Aku mengirim pesan itu ke Nora. Pasti Nora akan terkikik melihat pesa
Menangis. Aku hanya menangis semalaman. Tidak percaya dengan nasibku.Aku gagal menikah!Ya Tuhan, mengingat ini aku meraung-raung seperti orang gila. Danish brengsek sialan itu mencampakkan aku! Aku meringkuk seperti udang memeluk diriku dengan dada yang terasa perih dan perutku yang terus diaduk. Menangis memang percuma, tapi terasa lebih sesak jika aku tak melakukan hal ini. Aku tak percaya! Tidak bisa dipercaya!"Anna." Aku hanya menggeleng. Aku tak ingin berbicara dengan siapapun, aku tak ingin bertemu dengan siapapun!Pintu dikunci rapat! Aku hanya ingin seperti ini, tak tahu bagaimana semua kesialan yang kurasakan segera hilang. Awalnya si bajingan itu yang mencoba-coba mengajak menikah, mungkin dia bercanda tapi aku menganggap serius dan banyak hal yang sudah kami lalui bersama tentu jadi akar yang kuat untuk menikah, tapi dia mengacaukan semuanya. Sampai detik ini aku masih belum per
Dua jagoanku tertidur dengan pulas, setelah menghabiskan satu mangkuk ice cream masing-masing dan ayam goreng satu potong. Mereka tertidur dengan memeluk boneka masing-masing.Aku hanya menatap mereka dengan penuh cinta. Mencium kepala mereka mengelusnya dan tersenyum bangga. Dua malaikat yang hadir di saat aku merasa dunia tak pernah adil. Dunia tak pernah berpihak pada orang lemah sepertiku. Sumber kekuatan yang Tuhan hadirkan di saat aku berada di titik terlemah dalam hidupku."Bunda, akan lakukan apapun biar kalian bahagia." Wajah mereka sama. Orang-orang di sekitar tak bisa membedakan mana Celine dan Celena.Nora : Girls, Danish minta alamat rumah kamu. Serius aku bingung mau jawabnya. Gimana nih?Anna : Jangan dilayan!Laki-laki sialan! Yang tersisa untuknya hanya kebencian yang kian memupuk. Danish adalah laki-laki paling brengsek yang pernah
Coklat panas di tangan tak mampu mendinginkan perasaanku yang hancur. Laki-laki itu hadir untuk membuatku kembali terpuruk.Aku sudah menelpon anak-anak dan menyuruh untuk jadi anak yang manis. Aku akan menjemput anak-anak besok pagi, menuruti semua permintaan mereka sebelum laki-laki sial itu mencari celah agar dekat dengan anak-anakku. Aku benci jika dia menyentuh anak-anakku. Dia tak berhak sedikitpun!Aku menunduk melihat coklat panas tersebut. Berharap cangkir itu punya mulut dan berbicara padaku dan menenangkan jika aku tak boleh bersedih, Celine dan Celena hadir sebagai penyembuh untukku. Aku menyeka air mataku. Sakit hati masih terasa hingga kini. Bertahun-tahun.Dia mencampakkan aku!Mengingat ini rasanya aku ingin menangis darah. Begitu hinakah aku? Dulu di memperlakukan aku seperti seorang putri, aku tak pernah ragu menyerahkan segalanya untuknya, tapi setelah aku dibuang
"Duduk manis di sana, biar Bunda masak." Aku langsung menyuruh anak-anak karena meminta dengan tidak sabar ingin makan sushi roll crispy. Aku sudah melihat resep dan cara membuatnya juga gampang.Sebisa mungkin aku menuruti permintaan anak-anak karena laki-laki sial itu berhasil mencuri hati anak-anakku dan mereka sudah suka padanya. Anak-anak jadi suka membandingkan dirinya denganku yang tegas pada mereka.Aku mengocok telur ingin membuat telur dadar terlebih dahulu. Saat memotong sosis kecil-kecil si sialan itu masuk ke dapur. Saat pulang ke rumah, aku melarang dirinya untuk menginjak kaki di rumah ini tapi dia anak-anak yang mengundang. Mereka sangat kompak membuatku hanya bisa mengelus dada. Dasar ayah dan anak nyusahin!"Dapur kamu rapi ya." Aku berhenti memotong dan masih memegang pisau. Jika pisau ini menancap di dadanya akan membuatku puas sekali."Sebenarnya aku nggak sudi kau masuk
MEMUAT ADEGAN DEWASA YANG MENDETAIL! YANG MASIH DI BAWAH UMUR TINGGALKAN SEBELUM MIMPI BURUK!________________Setiap sentuhan yang dia berikan terasa memabukan, saat kulitnya bertemu dengan kulitku, membuatku melayang hingga langit ke tujuh. Aku menatapnya penuh gairah dan rasa cinta yang begitu membumbung tinggi. Aku sangat mencintai wanita ini.Saat tanganku menyentuh gundukan kembar itu, dia menggigit bibirnya sorot matanya mengatakan jangan berhenti. Diam-diam aku tersenyum penuh kemenangan, Anna sedang tidak mabuk sekarang, dia waras untuk mengetahui jika aku yang memberi kenikmatan padanya, bukan suaminya yang bodoh! Shit! Moodku langsung buruk mengingat suami Anna! Aku menunduk lagi melihat sorot memohon tersebut, aku mendekatkan wajahnya dan menjilatinya. Menyusu seperti anak kecil lapar, menjilati bukit itu bergantian agar yang satunya tidak merasa cemburu. Aku ingin bermain pelan, lembut dan intim.
Aku tidak akan menyerah!Hari ini, aku mencoba kembali mendekati anak-anak Anna, sambil mengorek informasi tentang suami Anna yang bodoh itu!Aku menyisir rambutku, sudah mencukur, dan meraba-raba wajah tampanku, dan merasakan bulu-bulu di wajahku sudah ditebas, terasa halus dan Anna tidak akan risih seandainya ada kesempatan aku menciumnya. Shit! Membayangkan saja, aku sudah seperti seorang penjahat kelamin! Tidak! Bukan! Maksudnya, aku ingin! Shit! Pikiranku kacau, jika membicarakan Anna. Mengambil beberapa gel rambut dan menyapu di rambutku.Dadaku masih terasa terhimpit, tak ikhlas begitu saja Anna bahagia bersama orang lain. Ya, sangat egois tapi jika aku masih mencintai wanita itu, kalian bisa apa?Aku menarik napas panjang, dan melihat wajahku di cermin. Aku masih sangat tampan dan gagah, untuk merebut kembali Anna dalam pelukanku. Sepertinya aku harus menonton serial psikopat, bagaimana menghilangkan nyawa orang. Membunuh suami A
"Bunda makan." Aku hanya menggeleng, dan tersenyum ke arah anak-anak yang bersemangat makan, sedangkan aku sudah ingin menangis. Terkadang alasan inilah yang membuat anak-anak lebih betah sama orang lain, apa aku jadi ibu yang jahat? Aku terlalu meratapi nasibku.Evan sudah pulang, dia tahu mood aku yang mendadak buruk dan hanya terdiam sepanjang perjalanan, di belakang ada anak-anak yang terus saja bernyanyi."Bunda." Air mataku turun dengan sendirinya, saat anak-anak polos ini mendekati diriku dan menyuapiku. Aku langsung menciumi Celena, dan dia tertawa terlihat gigi susunya yang putih dan rapih, ah, mereka alasan aku bertahan hidup, di saat aku dicampakkan begitu hina!Aku langsung berjalan menjauh dari anak-anak yang sudah bertengkar dan terduduk sendiri, di sofa single sambil meneliti lantai dingin tersebut.Danish sialan!Kehadiran laki-laki sial itu hanya memperburuk suasana, harusnya dia sudah mati duluan. Tap
ABC NEWSTelah terjadi kecelakaan pesawat Europe Air pada tanggal 28 Juni dini hari, pesawat mengalami kesalahan teknis, dan membuatnya jatuh ke hutan di Ermenonvile, Perancis.Pada pintu bagian kargo tidak tertutup rapat menyebabkan pesawat mengalami tekanan udara di tengah penerbangan.Hal ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah bagian pesawat, termasuk mesin yang perlahan-lahan hancur. Tidak ada penumpang yang selamat dalam kejadian ini.Otoritas setempat mengatakan, terjadi ledakan besar, dan sekarang TIM SAR sedang menggerakkan seluruh tim untuk mencari badan pesawat.Penumpang yang berisi 288 penumpang termasuk para awak kabin. Para jenazah sedang diidentifikasi.____________Tubuhnya lemas tak bersisa, semua ini salahnya, semua karena kebodohannya. Bahkan, dia sudah tak sanggup untuk bernapas, bersuara saja rasanya tidak sanggup.Kematian adalah suatu kepastian, perpisahan tak dapat di
Banyak orang yang terobsesi dengan Perancis, terutama Paris dengan ikon khas menara Eiffel yang mendunia. Salah satu kota yang dijuluki sebagai kota paling cinta, kota paling romantis di dunia. Apalagi ingin menghabiskan waktu bulan madu.Sebenarnya, aku tak terlalu banyak berekspektasi tentang bulan madu kali ini, apalagi anak-anakku tidak diikutsertakan, setengah ikhlas aku menjalani ini.Danish memboyong bulan madu ke Eropa, tapi kami lebih berfokus ke Perancis. Aku menghindari Paris, walau kata orang kota romantis, tidak bagiku, kota itu banyak kasus pencopetan, bau pesing, bahkan penduduk lokal sangat tidak ramah pada turis, mereka tak mau berbicara bahasa Inggris, mereka hanya mau berbicara bahasa Perancis.Akhirnya kami memilih di Perancis Timur. Aku lebih suka bangunan gaya kuno yang sudah berdiri sejak abad pertengahan."Aku kenapa selalu terobsesi dengan kerajaan?" tanyaku pada Danish. Kami sedang berada di Perouges, sebu
Lantunan lagu syahdu, mengiringi setiap langkah. Setiap langkah beriringan dengan sebuah tangisan penuh kebahagiaan, aku merasa belum bisa memijak dunia sekarang. Pipi terasa memanas, tubuh terasa ringan, irama jantung yang berdegup kencang, napas serasa dicekik. Aku berusaha untuk menelan ludah walau sulit.Aku bahagia! Ini bukan hari perkabungan, tapi aku ingin meratapi nasibku. Di depan sana, seorang laki-laki yang dulu pernah berjanji akan menikahiku, dan semuanya gagal di saat pernikahan impian itu sudah berada di depan mata.Aku meremas tanganku sendiri, rasanya ingin menampar pipiku jika ingin bukan mimpi, tapi sebuah mimpi yang kubangun bertahun-tahun, dan sekarang menjadi kenyataan."Rileks. Semua akan berjalan dengan lancar." Aku tertawa kecil, sambil menoleh pada Ayah. Laki-laki yang sudah membesarkan aku mengandeng tanganku, dan berjalan menuju altar yang sedang berdiri laki-laki yang pernah mengingkari janjinya sendiri.
Aku kembali berdiri kaku, memandangi sebuah gaun mewah berdiri angkuh di depanku. Aku memperhatikan gaun itu lamat-lamat, dan meyakinkan diriku, ini yang aku inginkan, ini yang aku tunggu-tunggu selama ini.Aku kembali mengehela napas, gaun pengantin sudah tersedia di depanku, dan aku kembali meragukan hatiku, di saat semua sudah siap. Bukan, aku tidak meragukan Danish sama sekali, aku yakin laki-laki itu akan bertanggung jawab, tapi aku meragukan diri sendiri, dan kembali dilempar pada kejadian lima tahun ke belakang, aku gagal menikah.Di saat aku sudah memimpikan pernikahan impian, aku sudah menghayal tentang sebuah rumah tangga yang harmonis, keluarga kecil yang bahagia, dan impian itu dirusak beberapa jam, rasanya masih membekas hingga kini."Kamu suka?" Aku berbalik ke arah Danish yang memeluk pinggangku, sambil mencium pipiku. Aku tersenyum ke arahnya, sambil mengangguk.Gaun berwarna ungu dengan tulle berwarna putih di bawa
Dengan menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuh, leher, pergelangan tangan, keliling tubuh bagian depan dan belakang, aku mencium parfum tersebut, dan tersenyum. Bernapas lega!Aku masih berdiri di depan kaca, sambil mengukur gundukan bulat di perutku, mengelus-elusnya. Kembali tersenyum dengan kebahagiaan, tak menyangka takdir membawaku sejauh ini.Aku mengikat rambutku dan memastikan sekali lagi penampilan.Hari ini, perayaan untuk keluarga kecilku, dan semua keluarga akan berkumpul.Aku menengadahkan wajah ke atas, bernapas lega, dan bersyukur masih bisa bertahan hidup sejauh ini, dengan keluarga yang harmonis, keluarga yang selalu mendukung, serta anak-anak yang sangat menggemaskan semuanya.Ganggang pintu bergerak, aku alihkan pandangan ke pintu bercat putih tersebut. Menyambut calon suami yang sangat mengesalkan, tapi harus kuakui hidupku sepi jika dia tak berada di sekelilingku. Aku merentangkan kedua tanga
"Jadi, pada akhirnya kamu tetap memilih tytyd jelek itu?" Aku hanya memalingkan wajahku, malu tentu saja. Aunty Ilene berbicara mana peduli dengan perasaan orang lain, asal apa yang dia keluhkan keluar."Aunty marah?""Lebih ke kecewa, sih. Malu juga, mereka itu memang paling dekat, Dennis itu abangku, Bella itu sahabatku dulu, punya anak sebiji Danish, keponakan favorit yang akhirnya mengecewakan semua orang." Aku kembali menghela napas. Mau bagaimana lagi, aku kembali hamil dengan laki-laki itu, dan aku mencintai Danish, biarlah jadi wanita bodoh, aku akan melakukan apa saja demi kebahagian anak-anakku."Mungkin udah takdirnya, Aunty. Nyatanya aku kembali dengannya, walau awalnya sakit hati, dendam. Tapi, Danish sudah punya banyak anak." Aku menjilati bibirku. Kami sama-sama menghela napas berat.Sekarang, anak-anak lebih dikuasai Mommy Danish, aku tak banyak berbuat karena tahu wanita itu sedang menikmati perannya sebagai nenek, setel
Aku mengalihkan pandangan ke belakang, melihat interaksi antara nenek dan cucu yang begitu akrab sekarang. Jadi, aku akan memeriksa kehamilan, tapi Mommy Danish sudah berpesan agar dia juga ikut dalam pemeriksaan kali ini. Dan satu keluarga ikut. Nasib baik, Momma, Ayah, Aunty Ilene dan keluarganya ikut, jika tidak serasa piknik keluarga."Mommy penasaran dengan bentuk bayinya, pasti lucu.""Masih jadi kecebong itu, Mommy." Aku langsung mencubit paha Danish, karena bicara sembarangan."Udah besar. Bahkan udah tahu jenis kelaminnya. Perut Anna juga udah besar." Aku menunduk, dan kembali melihat gundukan perutku, ya memang terlihat membuncit sekarang. Dan anak-anak sebenarnya belum dikasih tahu, jika mereka sudah jadi kakak sekarang."Kalau kembar lagi, Mommy pasti akan senang bangat." Aku hanya menggeleng, tak mau berekspektasi apa-apa, asal anakku sehat, sudah lebih dari cukup buatku.Danish sedang menyetir, kami sudah membu
Aku memeluk tubuh Danish dari belakang, dia sedang mencuci piring. Ya, sekarang dia kesurupan untuk melakukan semua pekerjaan rumah, walau aku juga ikut membantunya. Atau, kami membagi pekerjaan, dia memasak aku akan mengurusi anak-anak untuk sekolah, atau aku yang memasak Danish mengurusi anak-anak sekolah."Pasti dapat jatahnya kurang, atau malah puas bangat?" Aku hanya tersenyum dengan komentar mesum terus. Danish dan otak mesumnya tak dapat dipisahkan, layaknya kendaraan tanpa bahan bakar, tidak berfungsi."Dua-duanya, sih. Kadang kamu ngeselin, tapi ada saat di mana aku ingin berkata ribuan kali aku mencintai kamu, dan kamu membuktikan semuanya." Danish mencuci tangannya, dan berbalik padaku, dia memeluk pinggangku aku memeluk lehernya, sambil tersenyum ke arahnya."Mama pasti udah ketagihan sama Tiger, makanya Mama tidak akan bisa melepaskan lagi. Tenang aja, Tiger akan selalu memberi servis terbaik.""Ish! Bukan itu."
"Aku selalu membayangkan kamu dalam balutan baju pengantin. You're so damn sexy, Anna!" Aku memutar bola mataku. Menatap malas ke arah Danish."Bagiku, baju pengantin seperti mimpi buruk. Aku pernah gagal menikah, dan aku seperti akan merasakan mimpi buruk itu lagi.""You won't. I'm promise, Baby!" Aku langsung menepis tangan Danish yang berusaha untuk mengelus-elus pipiku. Kami sedang berdebat tentang baju pengantin, tentang pernikahan yang kurasa seperti mimpi buruk. Aku kembali mengalami ketakutan tentang pernikahan.Danish memeluk leherku dari belakang. Aku berbalik padanya, dan hidungku menyentuh pipinya."Tapi, ngomong-ngomong, di bayangan aku, baju pengantin itu warna ungu.""Kamu bebas memilih, Sayang. Mau baju pengantin dari tai kambing juga bisa." Ucapan ngawur dari Danish membuatku ingin menggunduli rambutnya. Benar-benar ajaib!"Padukan gaun ungu dengan tulle warna putih sehingga paduan warnany