Menangis. Aku hanya menangis semalaman. Tidak percaya dengan nasibku.
Aku gagal menikah!
Ya Tuhan, mengingat ini aku meraung-raung seperti orang gila. Danish brengsek sialan itu mencampakkan aku! Aku meringkuk seperti udang memeluk diriku dengan dada yang terasa perih dan perutku yang terus diaduk. Menangis memang percuma, tapi terasa lebih sesak jika aku tak melakukan hal ini. Aku tak percaya! Tidak bisa dipercaya!
"Anna." Aku hanya menggeleng. Aku tak ingin berbicara dengan siapapun, aku tak ingin bertemu dengan siapapun!
Pintu dikunci rapat! Aku hanya ingin seperti ini, tak tahu bagaimana semua kesialan yang kurasakan segera hilang. Awalnya si bajingan itu yang mencoba-coba mengajak menikah, mungkin dia bercanda tapi aku menganggap serius dan banyak hal yang sudah kami lalui bersama tentu jadi akar yang kuat untuk menikah, tapi dia mengacaukan semuanya. Sampai detik ini aku masih belum percaya Ya Tuhan!
Aku dicampakkan oleh laki-laki yang sangat aku cintai. Aku dibuang oleh laki-laki yang kupercayai sepenuh hati.
"Anna!" Momma memanggil, tapi aku seperti orang tuli yang tak ingin mendengar apapun. Kata-kata Danish sialan itu sangat membekas di telingaku dan terus diputar-putar seperti kaset rusak yang mengejekku jika aku tidak berharga sama sekali di matanya!
"Anna! Momma panggil DAMKAR ya!" Aku tak peduli. Bahkan aku rela jika Momma menyewa algojo dan menghabisi nyawaku sekarang.
"Anna!" Hatiku semakin perih saat Ayahku. Ayah adalah laki-laki lembut yang tidak pernah marah dan sangat memanjakan aku. Sedari kecil aku selalu berlimpah kasih sayang dari orang-orang di sekitarku, tapi sekarang aku merasa begitu hina! Aku hanya memeluk diriku masih terisak, bahkan pita suara nyaris putus karena kebayankan menangis. Kepalaku sampai pening.
"Anna."
Kepalaku pening. Perutku semakin terasa mengencang, tenggorokanku terasa dicekik, dadaku dihimpit. Perutku seperti diaduk-aduk.
Aku bangkit dan memuntahkan semua kesialan yang aku rasakan. Setelah semua cairan bening itu keluar aku masih menangis dengan melihat muntahanku sendiri!
Uweeekkk!
Aku tergugu. Duduk lemas di bawah wastafel, sebelum aku terbangun di ranjang rumah sakit!
💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰
"Sayang, maaf, Mommy nggak tahu kamu kayak gini. Mommy malu bangat sama kamu. Maafkan, kami." Aku terduduk di ranjang sambil menerawang kosong.
Mommy si brengsek itu datang dan memeluk diriku. Keluarga kami sudah saling mengenal dan menganggap diriku seperti anak. Hal ini juga yang mendasari diriku begitu kuat untuk menikah, tapi si sialan itu merusak segalanya! Ah! Perutku mau muntah lagi jika mengingat dirinya.
Aku melirik dengan ekor mataku ke arah ayahnya si bajingan itu. Hanya diam. Ayahnya memang tidak banyak bicara, tapi tidak brengsek seperti anaknya.
"Maafkan, Mommy. Maafkan anak Mommy. Nggak pernah Mommy mengajarkan seperti itu. Semalam ayahnya udah pukul Danish sampai babak belur, tapi anaknya tetap ngotot mau pergi. Dia pergi dengan lebam di tubuhnya. Nggak ada yang nganterin ke bandara. Kami semua menghukum dia."
Aku tidak lega sama sekali. Justru rasa benci itu semakin mengakar. Berarti aku memang tak berarti apa-apa jika keluarganya juga tak bisa mencegah dirinya.
"Maafkan anak Mommy sayang." Ibu si bajingan itu mencium pucuk kepalaku dengan sayang. Sorot matanya menatapku lembut dan penuh kasih sayang. Ibu si bajingan itu sangat baik dan lembut, tapi kenapa anaknya harus brengsek?
"Lekas sembuh, Anna. Semalam ayahnya ngancam, kalau dia berani pergi, Danish akan dicoret dari KK. Dia bukan anak kami lagi. Anak kami, Anna." Semua hiburan itu tidak berarti apa-apa bagiku. Aku mati rasa dan tersisa hanya kebencian yang kain membumbung tinggi.
"Mau makan? Biar Mommy suapin." Aku hanya duduk di atas ranjang. Duduk dalam diam, dan tak ingin melakukan apapun. Aku tengah berduka luar biasa.
"Maafkan Danish, Sayang. Kami bahkan nggak tahu kalau dia melamar kerja di sana. Anak kami hanya, Anna. Mommy hanya mau menantu Mommy itu Anna." Aku masih diam. Tidak merespon apa-apa.
Menunduk dengan tubuh lemah dan perasaan tidak diinginkan sama sekali. Sial sekali hidupku! Aku benci dengan hidupku sendiri!
"Cepat sembuh, Sayang." Semua kata-kata itu tidak ada artinya sama sekali. Aku hanya menunduk saat ibu si bajingan itu memeluk diriku.
Danish sialan! Danish brengsek! Laki-laki pengecut yang pernah aku tahu. Tapi aku tidak akan mengenal laki-laki itu lagi. Seumur hidupku!
💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰
Tanpa sadar bulir air mata itu merembes. Lima tahun aku berjuang, bagaimana aku melawan kesedihan dan luka yang dia torehkan. Dan sekarang dia dengan gampang meminta kesempatan kedua? Kesempatan my ass! Aku bahkan sangat membenci melihat dirinya.
Dengan cepat-cepat aku mengubur air mataku dan tersenyum melihat anak-anak itu bermain. Jika aku terluka dan bersedih seperti ini, perlarianku adalah datang ke taman. Melihat anak-anak bermain tak mengenal rasa lelah, tak ada kesedihan yang terpancar dari wajah-wajah polos itu membuatku ingin kembali ke masa kecil, ketika apa yang aku inginkan semua terpenuhi.
Mataku tak pernah lepas dari dua kembar itu, yang satunya memakai dress berwarna putih dengan bunga-bunga pink, yang satu lagi berwarna merah. Rambut diikat ekor kuda, rambutnya sedikit panjang. Aku tersenyum melihat tingkah mereka. Anak-anak itu seperti terapi bagiku. Saat aku merasa sial seperti ini, melihat anak-anak bermain adalah solusi.
Nora : Oy! Kemana?
Aku hanya membaca pesan dari Nora. Aku memang bolos dari kantor. Kesedihan membawaku kesini. Semoga laki-laki brengsek sialan itu tidak pernah hadir dalam hidupku. Dia hanya membawa luka!
Aku menunduk memijit kepalaku pening karena menangis. Mengingat masa-masa terpuruk dalam hidupku. Saat laki-laki brengsek itu hadir lagi aku merasa kembali terpuruk. Lebih baik dia memang tak usah kembali lagi.
Anak-anak itu berlari ke hadapanku. Aku langsung tersenyum. Keduanya begitu kompak dalam melakukan segala hal.
"Hi, cantik." Aku langsung memeluk satu-satu dan mencium seluruh wajah mereka. Secara ajaib luka yang tadi menganga lebar seperti diembuskan sebuah mantra dan luka itu mengering. Jika mengingat si bajingan sialan itu luka itu kembali.
"Kalian mau main lagi atau mau pergi makan?"
"Bunda, mau makan ice cream."
"Okay! Kita makan ice cream." Aku tersenyum tulus dan manis pada mereka. Obat dari segala obat.
"Bunda, kapan Ayah pulang?"
Tubuhku langsung menegang. Aku selalu bilang ke anak-anak jika Ayah mereka pergi jauh. Jauh sekali!
Permintaan polos mereka kadang membuatku semakin merasa jadi ibu terburuk buat anak-anakku.
"Okay. Bunda antar makan ice cream ya."
"Bunda, nanti Ayah pulang kan? Nanti kita bisa pergi ke taman, pergi makan ice cream sama Ayah kan?" Aku hanya mengangguk dengan air mata yang tak dapat kubendung lagi.
Mengendong Celine dan Celena ke dalam mobil.
💰💰💰💰💰💰💰💰💰💰
Hayoooo. Siapa ayah mereka?
Kalau itu anak Danish, kira-kira kapan dia tahu anak-anaknya 😋😋😋😋.
Kita hukum Danish ya, dia jahat sama Mama Anna.
See you💋💋💋💋.
Dua jagoanku tertidur dengan pulas, setelah menghabiskan satu mangkuk ice cream masing-masing dan ayam goreng satu potong. Mereka tertidur dengan memeluk boneka masing-masing.Aku hanya menatap mereka dengan penuh cinta. Mencium kepala mereka mengelusnya dan tersenyum bangga. Dua malaikat yang hadir di saat aku merasa dunia tak pernah adil. Dunia tak pernah berpihak pada orang lemah sepertiku. Sumber kekuatan yang Tuhan hadirkan di saat aku berada di titik terlemah dalam hidupku."Bunda, akan lakukan apapun biar kalian bahagia." Wajah mereka sama. Orang-orang di sekitar tak bisa membedakan mana Celine dan Celena.Nora : Girls, Danish minta alamat rumah kamu. Serius aku bingung mau jawabnya. Gimana nih?Anna : Jangan dilayan!Laki-laki sialan! Yang tersisa untuknya hanya kebencian yang kian memupuk. Danish adalah laki-laki paling brengsek yang pernah
Coklat panas di tangan tak mampu mendinginkan perasaanku yang hancur. Laki-laki itu hadir untuk membuatku kembali terpuruk.Aku sudah menelpon anak-anak dan menyuruh untuk jadi anak yang manis. Aku akan menjemput anak-anak besok pagi, menuruti semua permintaan mereka sebelum laki-laki sial itu mencari celah agar dekat dengan anak-anakku. Aku benci jika dia menyentuh anak-anakku. Dia tak berhak sedikitpun!Aku menunduk melihat coklat panas tersebut. Berharap cangkir itu punya mulut dan berbicara padaku dan menenangkan jika aku tak boleh bersedih, Celine dan Celena hadir sebagai penyembuh untukku. Aku menyeka air mataku. Sakit hati masih terasa hingga kini. Bertahun-tahun.Dia mencampakkan aku!Mengingat ini rasanya aku ingin menangis darah. Begitu hinakah aku? Dulu di memperlakukan aku seperti seorang putri, aku tak pernah ragu menyerahkan segalanya untuknya, tapi setelah aku dibuang
"Duduk manis di sana, biar Bunda masak." Aku langsung menyuruh anak-anak karena meminta dengan tidak sabar ingin makan sushi roll crispy. Aku sudah melihat resep dan cara membuatnya juga gampang.Sebisa mungkin aku menuruti permintaan anak-anak karena laki-laki sial itu berhasil mencuri hati anak-anakku dan mereka sudah suka padanya. Anak-anak jadi suka membandingkan dirinya denganku yang tegas pada mereka.Aku mengocok telur ingin membuat telur dadar terlebih dahulu. Saat memotong sosis kecil-kecil si sialan itu masuk ke dapur. Saat pulang ke rumah, aku melarang dirinya untuk menginjak kaki di rumah ini tapi dia anak-anak yang mengundang. Mereka sangat kompak membuatku hanya bisa mengelus dada. Dasar ayah dan anak nyusahin!"Dapur kamu rapi ya." Aku berhenti memotong dan masih memegang pisau. Jika pisau ini menancap di dadanya akan membuatku puas sekali."Sebenarnya aku nggak sudi kau masuk
MEMUAT ADEGAN DEWASA YANG MENDETAIL! YANG MASIH DI BAWAH UMUR TINGGALKAN SEBELUM MIMPI BURUK!________________Setiap sentuhan yang dia berikan terasa memabukan, saat kulitnya bertemu dengan kulitku, membuatku melayang hingga langit ke tujuh. Aku menatapnya penuh gairah dan rasa cinta yang begitu membumbung tinggi. Aku sangat mencintai wanita ini.Saat tanganku menyentuh gundukan kembar itu, dia menggigit bibirnya sorot matanya mengatakan jangan berhenti. Diam-diam aku tersenyum penuh kemenangan, Anna sedang tidak mabuk sekarang, dia waras untuk mengetahui jika aku yang memberi kenikmatan padanya, bukan suaminya yang bodoh! Shit! Moodku langsung buruk mengingat suami Anna! Aku menunduk lagi melihat sorot memohon tersebut, aku mendekatkan wajahnya dan menjilatinya. Menyusu seperti anak kecil lapar, menjilati bukit itu bergantian agar yang satunya tidak merasa cemburu. Aku ingin bermain pelan, lembut dan intim.
Aku tidak akan menyerah!Hari ini, aku mencoba kembali mendekati anak-anak Anna, sambil mengorek informasi tentang suami Anna yang bodoh itu!Aku menyisir rambutku, sudah mencukur, dan meraba-raba wajah tampanku, dan merasakan bulu-bulu di wajahku sudah ditebas, terasa halus dan Anna tidak akan risih seandainya ada kesempatan aku menciumnya. Shit! Membayangkan saja, aku sudah seperti seorang penjahat kelamin! Tidak! Bukan! Maksudnya, aku ingin! Shit! Pikiranku kacau, jika membicarakan Anna. Mengambil beberapa gel rambut dan menyapu di rambutku.Dadaku masih terasa terhimpit, tak ikhlas begitu saja Anna bahagia bersama orang lain. Ya, sangat egois tapi jika aku masih mencintai wanita itu, kalian bisa apa?Aku menarik napas panjang, dan melihat wajahku di cermin. Aku masih sangat tampan dan gagah, untuk merebut kembali Anna dalam pelukanku. Sepertinya aku harus menonton serial psikopat, bagaimana menghilangkan nyawa orang. Membunuh suami A
"Bunda makan." Aku hanya menggeleng, dan tersenyum ke arah anak-anak yang bersemangat makan, sedangkan aku sudah ingin menangis. Terkadang alasan inilah yang membuat anak-anak lebih betah sama orang lain, apa aku jadi ibu yang jahat? Aku terlalu meratapi nasibku.Evan sudah pulang, dia tahu mood aku yang mendadak buruk dan hanya terdiam sepanjang perjalanan, di belakang ada anak-anak yang terus saja bernyanyi."Bunda." Air mataku turun dengan sendirinya, saat anak-anak polos ini mendekati diriku dan menyuapiku. Aku langsung menciumi Celena, dan dia tertawa terlihat gigi susunya yang putih dan rapih, ah, mereka alasan aku bertahan hidup, di saat aku dicampakkan begitu hina!Aku langsung berjalan menjauh dari anak-anak yang sudah bertengkar dan terduduk sendiri, di sofa single sambil meneliti lantai dingin tersebut.Danish sialan!Kehadiran laki-laki sial itu hanya memperburuk suasana, harusnya dia sudah mati duluan. Tap
Seumur hidupku, aku hanya satu mengenal laki-laki penting di hidupku, yang akhirnya juga menghancurkan hidupku. Setelah dia pergi, maka, kepercayaan diri dan rasa cinta yang telah dipupuk musnah.Tentu, semua akan terasa canggung, ketika ada laki-laki yang mencoba mendekati diriku, aku trauma, aku terluka. Danish sialan itu membuat hidupku terasa begitu hina, dan butuh bertahun-tahun agar aku membangun kembali kepercayaan dalam diriku.Aku hanya berjalan sambil menunduk di samping Evan. Aku tahu, laki-laki ini berusaha keras, aku juga berusaha keras walau semuanya terasa awkward.Sebenarnya usiaku sudah tua dan merasa sudah tak layak untuk berkencan, tapi aku tak bisa menolak ajakan Evan, hanya berjalan-jalan di mall. Biasanya aku akan membawa anak-anakku, tapi, aku telah membicarakan hal ini bersama dengan Aunty Ilene dan beliau yang menyuruh untuk mencoba membuka hati, walau ini tak mudah. Aunty Ilene tahu, trauma besar yang aku rasakan. Dan
Aku terduduk di hadapan Raja sambil menghisap rokok dan berkali-kali mengembuskan napas frustrasi, bayangan Anna berbahagia dengan anak-anaknya dan Evan sialan yang impoten itu. Anggap saja dia seperti itu agar mereka tak lagi punya anak-anak lucu, biarkan anak-anak itu menjadi anak-anakku."Ya, kalau udah nikah mau diapain lagi?" Ah, sial! Raja tidak mengerti sama sekali. Bukan begitu cara mainnya!"Kan kita punya misi berbeda." Raja terkekeh, kawan laknat! Tidak membantu sama sekali."Jadi, gimana?""Nanti aku pikirkan caranya. Pokoknya ini harus jadi." Puntung rokok itu dimatikan dan menyugar kembali rambutku. Rasanya aku ingin bertemu dengan Anna dan anak-anaknya."Aku nggak ikutan, bro.""Aelah! Ini bukan bunuh orang, tapi membantu teman untuk mengambil kembali apa yang menjadi miliknya." Bayangan wajah Anna, senyuman Anna, pipi tomat Anna, saat bibirnya yang mungil menciumku, saat celah sempit milikn
ABC NEWSTelah terjadi kecelakaan pesawat Europe Air pada tanggal 28 Juni dini hari, pesawat mengalami kesalahan teknis, dan membuatnya jatuh ke hutan di Ermenonvile, Perancis.Pada pintu bagian kargo tidak tertutup rapat menyebabkan pesawat mengalami tekanan udara di tengah penerbangan.Hal ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah bagian pesawat, termasuk mesin yang perlahan-lahan hancur. Tidak ada penumpang yang selamat dalam kejadian ini.Otoritas setempat mengatakan, terjadi ledakan besar, dan sekarang TIM SAR sedang menggerakkan seluruh tim untuk mencari badan pesawat.Penumpang yang berisi 288 penumpang termasuk para awak kabin. Para jenazah sedang diidentifikasi.____________Tubuhnya lemas tak bersisa, semua ini salahnya, semua karena kebodohannya. Bahkan, dia sudah tak sanggup untuk bernapas, bersuara saja rasanya tidak sanggup.Kematian adalah suatu kepastian, perpisahan tak dapat di
Banyak orang yang terobsesi dengan Perancis, terutama Paris dengan ikon khas menara Eiffel yang mendunia. Salah satu kota yang dijuluki sebagai kota paling cinta, kota paling romantis di dunia. Apalagi ingin menghabiskan waktu bulan madu.Sebenarnya, aku tak terlalu banyak berekspektasi tentang bulan madu kali ini, apalagi anak-anakku tidak diikutsertakan, setengah ikhlas aku menjalani ini.Danish memboyong bulan madu ke Eropa, tapi kami lebih berfokus ke Perancis. Aku menghindari Paris, walau kata orang kota romantis, tidak bagiku, kota itu banyak kasus pencopetan, bau pesing, bahkan penduduk lokal sangat tidak ramah pada turis, mereka tak mau berbicara bahasa Inggris, mereka hanya mau berbicara bahasa Perancis.Akhirnya kami memilih di Perancis Timur. Aku lebih suka bangunan gaya kuno yang sudah berdiri sejak abad pertengahan."Aku kenapa selalu terobsesi dengan kerajaan?" tanyaku pada Danish. Kami sedang berada di Perouges, sebu
Lantunan lagu syahdu, mengiringi setiap langkah. Setiap langkah beriringan dengan sebuah tangisan penuh kebahagiaan, aku merasa belum bisa memijak dunia sekarang. Pipi terasa memanas, tubuh terasa ringan, irama jantung yang berdegup kencang, napas serasa dicekik. Aku berusaha untuk menelan ludah walau sulit.Aku bahagia! Ini bukan hari perkabungan, tapi aku ingin meratapi nasibku. Di depan sana, seorang laki-laki yang dulu pernah berjanji akan menikahiku, dan semuanya gagal di saat pernikahan impian itu sudah berada di depan mata.Aku meremas tanganku sendiri, rasanya ingin menampar pipiku jika ingin bukan mimpi, tapi sebuah mimpi yang kubangun bertahun-tahun, dan sekarang menjadi kenyataan."Rileks. Semua akan berjalan dengan lancar." Aku tertawa kecil, sambil menoleh pada Ayah. Laki-laki yang sudah membesarkan aku mengandeng tanganku, dan berjalan menuju altar yang sedang berdiri laki-laki yang pernah mengingkari janjinya sendiri.
Aku kembali berdiri kaku, memandangi sebuah gaun mewah berdiri angkuh di depanku. Aku memperhatikan gaun itu lamat-lamat, dan meyakinkan diriku, ini yang aku inginkan, ini yang aku tunggu-tunggu selama ini.Aku kembali mengehela napas, gaun pengantin sudah tersedia di depanku, dan aku kembali meragukan hatiku, di saat semua sudah siap. Bukan, aku tidak meragukan Danish sama sekali, aku yakin laki-laki itu akan bertanggung jawab, tapi aku meragukan diri sendiri, dan kembali dilempar pada kejadian lima tahun ke belakang, aku gagal menikah.Di saat aku sudah memimpikan pernikahan impian, aku sudah menghayal tentang sebuah rumah tangga yang harmonis, keluarga kecil yang bahagia, dan impian itu dirusak beberapa jam, rasanya masih membekas hingga kini."Kamu suka?" Aku berbalik ke arah Danish yang memeluk pinggangku, sambil mencium pipiku. Aku tersenyum ke arahnya, sambil mengangguk.Gaun berwarna ungu dengan tulle berwarna putih di bawa
Dengan menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuh, leher, pergelangan tangan, keliling tubuh bagian depan dan belakang, aku mencium parfum tersebut, dan tersenyum. Bernapas lega!Aku masih berdiri di depan kaca, sambil mengukur gundukan bulat di perutku, mengelus-elusnya. Kembali tersenyum dengan kebahagiaan, tak menyangka takdir membawaku sejauh ini.Aku mengikat rambutku dan memastikan sekali lagi penampilan.Hari ini, perayaan untuk keluarga kecilku, dan semua keluarga akan berkumpul.Aku menengadahkan wajah ke atas, bernapas lega, dan bersyukur masih bisa bertahan hidup sejauh ini, dengan keluarga yang harmonis, keluarga yang selalu mendukung, serta anak-anak yang sangat menggemaskan semuanya.Ganggang pintu bergerak, aku alihkan pandangan ke pintu bercat putih tersebut. Menyambut calon suami yang sangat mengesalkan, tapi harus kuakui hidupku sepi jika dia tak berada di sekelilingku. Aku merentangkan kedua tanga
"Jadi, pada akhirnya kamu tetap memilih tytyd jelek itu?" Aku hanya memalingkan wajahku, malu tentu saja. Aunty Ilene berbicara mana peduli dengan perasaan orang lain, asal apa yang dia keluhkan keluar."Aunty marah?""Lebih ke kecewa, sih. Malu juga, mereka itu memang paling dekat, Dennis itu abangku, Bella itu sahabatku dulu, punya anak sebiji Danish, keponakan favorit yang akhirnya mengecewakan semua orang." Aku kembali menghela napas. Mau bagaimana lagi, aku kembali hamil dengan laki-laki itu, dan aku mencintai Danish, biarlah jadi wanita bodoh, aku akan melakukan apa saja demi kebahagian anak-anakku."Mungkin udah takdirnya, Aunty. Nyatanya aku kembali dengannya, walau awalnya sakit hati, dendam. Tapi, Danish sudah punya banyak anak." Aku menjilati bibirku. Kami sama-sama menghela napas berat.Sekarang, anak-anak lebih dikuasai Mommy Danish, aku tak banyak berbuat karena tahu wanita itu sedang menikmati perannya sebagai nenek, setel
Aku mengalihkan pandangan ke belakang, melihat interaksi antara nenek dan cucu yang begitu akrab sekarang. Jadi, aku akan memeriksa kehamilan, tapi Mommy Danish sudah berpesan agar dia juga ikut dalam pemeriksaan kali ini. Dan satu keluarga ikut. Nasib baik, Momma, Ayah, Aunty Ilene dan keluarganya ikut, jika tidak serasa piknik keluarga."Mommy penasaran dengan bentuk bayinya, pasti lucu.""Masih jadi kecebong itu, Mommy." Aku langsung mencubit paha Danish, karena bicara sembarangan."Udah besar. Bahkan udah tahu jenis kelaminnya. Perut Anna juga udah besar." Aku menunduk, dan kembali melihat gundukan perutku, ya memang terlihat membuncit sekarang. Dan anak-anak sebenarnya belum dikasih tahu, jika mereka sudah jadi kakak sekarang."Kalau kembar lagi, Mommy pasti akan senang bangat." Aku hanya menggeleng, tak mau berekspektasi apa-apa, asal anakku sehat, sudah lebih dari cukup buatku.Danish sedang menyetir, kami sudah membu
Aku memeluk tubuh Danish dari belakang, dia sedang mencuci piring. Ya, sekarang dia kesurupan untuk melakukan semua pekerjaan rumah, walau aku juga ikut membantunya. Atau, kami membagi pekerjaan, dia memasak aku akan mengurusi anak-anak untuk sekolah, atau aku yang memasak Danish mengurusi anak-anak sekolah."Pasti dapat jatahnya kurang, atau malah puas bangat?" Aku hanya tersenyum dengan komentar mesum terus. Danish dan otak mesumnya tak dapat dipisahkan, layaknya kendaraan tanpa bahan bakar, tidak berfungsi."Dua-duanya, sih. Kadang kamu ngeselin, tapi ada saat di mana aku ingin berkata ribuan kali aku mencintai kamu, dan kamu membuktikan semuanya." Danish mencuci tangannya, dan berbalik padaku, dia memeluk pinggangku aku memeluk lehernya, sambil tersenyum ke arahnya."Mama pasti udah ketagihan sama Tiger, makanya Mama tidak akan bisa melepaskan lagi. Tenang aja, Tiger akan selalu memberi servis terbaik.""Ish! Bukan itu."
"Aku selalu membayangkan kamu dalam balutan baju pengantin. You're so damn sexy, Anna!" Aku memutar bola mataku. Menatap malas ke arah Danish."Bagiku, baju pengantin seperti mimpi buruk. Aku pernah gagal menikah, dan aku seperti akan merasakan mimpi buruk itu lagi.""You won't. I'm promise, Baby!" Aku langsung menepis tangan Danish yang berusaha untuk mengelus-elus pipiku. Kami sedang berdebat tentang baju pengantin, tentang pernikahan yang kurasa seperti mimpi buruk. Aku kembali mengalami ketakutan tentang pernikahan.Danish memeluk leherku dari belakang. Aku berbalik padanya, dan hidungku menyentuh pipinya."Tapi, ngomong-ngomong, di bayangan aku, baju pengantin itu warna ungu.""Kamu bebas memilih, Sayang. Mau baju pengantin dari tai kambing juga bisa." Ucapan ngawur dari Danish membuatku ingin menggunduli rambutnya. Benar-benar ajaib!"Padukan gaun ungu dengan tulle warna putih sehingga paduan warnany