Aku terduduk di hadapan Raja sambil menghisap rokok dan berkali-kali mengembuskan napas frustrasi, bayangan Anna berbahagia dengan anak-anaknya dan Evan sialan yang impoten itu. Anggap saja dia seperti itu agar mereka tak lagi punya anak-anak lucu, biarkan anak-anak itu menjadi anak-anakku.
"Ya, kalau udah nikah mau diapain lagi?" Ah, sial! Raja tidak mengerti sama sekali. Bukan begitu cara mainnya!
"Kan kita punya misi berbeda." Raja terkekeh, kawan laknat! Tidak membantu sama sekali.
"Jadi, gimana?"
"Nanti aku pikirkan caranya. Pokoknya ini harus jadi." Puntung rokok itu dimatikan dan menyugar kembali rambutku. Rasanya aku ingin bertemu dengan Anna dan anak-anaknya.
"Aku nggak ikutan, bro."
"Aelah! Ini bukan bunuh orang, tapi membantu teman untuk mengambil kembali apa yang menjadi miliknya." Bayangan wajah Anna, senyuman Anna, pipi tomat Anna, saat bibirnya yang mungil menciumku, saat celah sempit milikn
Aku menggigit bibirku, tidak akan membiarkan desahan lolos dari bibir ini walau sangat ingin berteriak kencang.Dengan melilitkan kakiku di pinggangnya, dan menciumnya penuh cinta dan nafsu. Dia tidak pernah gagal untuk memberiku kepuasan, aku meremas rambutnya, saat dia menghentakkan miliknya semakin kuat dan bunyi kulit bertemu kulit semakin kuat.Saat lidahnya menyusuri leherku dan menggigit kecil, aku menggigil. Ini gila! Lima tahun aku tidak terjamah, dan di saat puing-puing cinta yang masih tersisa ditambah desiran gairah yang terus meletup-letup, aku meledak!Aku mencakar punggunya, dan menahan napasku, ketika baru saja mencapai puncak yang membuat kepalaku pening. Ini luar biasa!"Capek, Sayang?" Aku membuka mataku, saat dia menatapku penuh cinta dan sangat lembut. Ya Tuhan, aku tidak bisa dibuat seperti ini.Karena tak bisa menjawab, aku membungkam mulutnya, dan mencium saat paha kami beradu dan menimbulkan bu
"Sorry." Entah kenapa, aku refleks mengatakan hal itu. Evan berbalik saat hendak membuka pintu mobilnya, aku hanya berdiri di sana menunggu reaksi darinya. Merasa seperti seorang kekasih yang ketahuan mengkhianati kekasihnya. Bagaimana mungkin? "It's okay. Aku mengerti." "No! I mean. Uhm, maksudku, kami tidak ada apa-apa. Sungguh, aku sangat membenci dirinya. Maksudku, kamu boleh masuk ke dalam." Aku menunjuk pada kantong putih tersebut. Evan juga menunduk mengikuti arah tanganku. "Aku hanya kasih ini, buat makan siang." Aku tersenyum canggung, dan menerima pemberian Evan. Merasa serba salah. Evan juga tak bisa marah, walau saja dia merasa kecewa. Kami benar-benar terjebak di situasi yang tidak mengenakan seperti ini. "Kamu mau masuk, nggak?" Evan menggeleng. Aku menarik napas panjang. "I'm sorry." Evan tersenyum tipis, aku sedikit merasa lebih baik, daripada tadi merasa serba salah. "No need to be s
Pandanganku tak pernah lepas darinya, saat tangannya memegang cup minuman dan menyeruputnya dan melewati tenggorokannya.Saat tangannya memegang anak-anaknya untuk menyebrang jalanan. Celine dan Celena yang membawa tas mini di belakang mereka dan berjalan dengan rapi. Tak sadar, tanganku sudah memegang ponsel dan mengabadikan hal itu. Pemandangan paling indah. Aku tersenyum, dan memotret lagi.Anak-anak sangat bahagia. Ya Tuhan, apa aku tega? Tubuh mereka mengalir darah yang sama. Tidak! Aku langsung menggeleng, jangan lembek dan jangan lemah!Dia berbalik dan aku pura-pura menunduk seolah sibuk dengan ponsel. Harusnya dia curiga ya, aku sudah punya suami dan kenapa mau saja? Huh, kenapa aku selalu bodoh? Atau jangan-jangan dia tahu semua kepura-puraan ini?Kami tiba di gerbang kebun binatang dengan patung gajah sebagai tanda selamat datang."Bunda! Kita akan melihat Noah." teriak Celine girang. Aku benar-benar mengutu
Sebuah keputusan yang buru-buru memang bukan keputusan yang bijak.Apalagi, jika itu menyangkut tentang masa depan. Tapi, aku hanya ingin menghindar dari Danish sialan itu dan tak ada bayang-bayang dia di hidupku.Anggap saja anak-anak adalah peninggalannya, walau aku jadi seorang ibu yang egois, tapi, saat mereka sudah dewasa, mereka akan mengerti jika ayah mereka seorang yang bregsek!Aku hanya memegang tasku dengan ragu mengikuti Evan. Aku tidak yakin dengan laki-laki ini, tapi, aku terjebak. Terkadang, Anna memang bodoh dan gegabah, tapi, Danish adalah ancaman terbesar dalam hidupku.Evan berbalik dan berjalan lagi. Dia sedang mendorong troli belanja, dan mengambil apa saja di depannya, sebenarnya, kami berencana untuk barbeque party di rumah, sambil penjajakan. Ya, usia sudah matang, tentu masalah yang dibahas adalah keseriusan, aku seperti sedang bermain iseng-iseng berhadiah, jika beruntung, maka, aku akan mendapatkan jackpot
Saat laki-laki sial ini berada di sekelilingku, aku selalu merasa jika kesialan selalu menyertaiku. Vibes yang dia berikan selalu terasa buruk. "Ini kalian hanya jadi penonton? Baiklah-baiklah, tunggu di situ, Tuan dan Nyonya." Aku dan Evan hanya jadi penonton, tidak berselera untuk berbuat yang lain, karena Danish sialan ini. Dia dengan telaten menyiapkan alat panggang dan menyiapkan semua bumbu sendirian. Celine dan Celena sudah bermain kejar-kejaran. Ada saja yang dibuatnya, membawa spidol coret-coret tembok, merusak atau menyerakkan apa saja. Lihat! Sekarang keduanya tertawa bersama sambil mencoret tembok. Celena memegang spidol berwarna hijau, Celine memegang warna merah, keduanya berbicara dan kembali mencoret. Ah, menonton mereka ternyata lebih menyenangkan. Aku tersenyum, dan lebih tertarik mendekat ke arah Celine dan Celena. Sebelum aku berbisik ke arah Evan. "Tolong usir dia. Aku tidak pern
Long dress berwarna hitam, outer aksen gold yang memberi kesan elegant dan mewah, tapi tidak heboh.Mengelos sedikit bedak dan juga perona pipi dan lipstik mate yang tak terlalu mencolok. Hari ini, aku akan bertemu dengan calon mertua, merasa gugup tapi juga senang.Suatu langkah serius untung jenjang yang lebih jelas. Aku memang baru mengenal Evan beberapa bulan, tapi, Danish mengacaukan segalanya. Alasan terbodoh sebenarnya, ingin cepat menikah karena tak ingin diganggu mantan.Aku berbalik melihat dua putriku yang saling berebut selimut, masuk ke dalam keluar lagi dan tertawa bersama. Sebenarnya, aku nyaman sendiri, tapi kehadiran Danish kembali menjadi ancaman, aku masih dendam padanya, apa yang pernah dia lakukan masih membekas hingga kini."Nggak mau peluk Bunda? Bunda udah wangi." Mereka bangkit dan memelukku, aku mengecup kepala mereka bergantian. Celine dan Celena anak yang manis."Bunda mau pergi?"
Aku menyerah!Sepengecut itu. Lagi-lagi aku bersifat pengecut dan tidak layak mendapatkan apa pun dari Anna.Anna.Anna-ku.Sedih sebenarnya. Tapi aku tahu, hirarki tertinggi mencintai seseorang adalah melepaskan dirinya asal dia bahagia. Aku tidak yakin Anna bahagia, tapi dia tidak akan pernah bahagia jika hidup bersamaku.Aku hanya melihat gumpalan awan dengan suara pesawat yang seperti radio rusak. Mengingat senyuman Anna, anak-anaknya yang lucu. Aku akan kembali menjadi pengecut dan tidak akan pernah muncul di hadapan Anna.Teringat percakapan bersama Mommy dan Ayah yang terlewat begitu saja. Mereka tidak dapat berbuat banyak. Walau akhirnya aku berdamai dengan ayahku."Kamu kembali?" Suara Mommy bergetar. Aku hanya meminum air putih berkali-kali, sebenarnya ini keputusan terberat yang pernah kuambil. Anna sudah tidak menginginkan aku lagi, jadi apa yang kuharapkan?"Ya. Peker
Aku tahu, ini gila dan juga nekat, tapi, aku hanya ingin melakukan hal ini.Setelah berperang selama tiga minggu dan di sini aku berada, sebuah pesawat yang membawaku ke Amerika. Aku akan menuju California, sebuah perjalanan nekat yang akan menemui hasil atau mungkin menjumpai kekecewaan yang lain. Tapi, aku hanya ingin melakukan hal ini.Satu minggu, khusus untuk pelajari tentang kantor Go0gle dan aku sedikit tahu tentang suasana kantor tersebut. Diam-diam, aku merasa iri pada Danish sialan itu. Pantas saja dia mencampakkan aku demi pekerjaan di sana, bekerja di sana sangat menjanjikan dan dimanjakan.Aku menoleh ke samping, ke arah dua kurcaci milikku. Mereka ikut tentu saja. Sebenarnya, aku belum bisa mengatakan tentang kebenaran anak-anak Danish, aku ingin dia menyadari anak-anaknya sendiri, kalau dia sadar, jika dia yang telah menanam benih tersebut.Anak-anakku senang perjalanan ini, tapi sepertinya mereka sudah bosan.
ABC NEWSTelah terjadi kecelakaan pesawat Europe Air pada tanggal 28 Juni dini hari, pesawat mengalami kesalahan teknis, dan membuatnya jatuh ke hutan di Ermenonvile, Perancis.Pada pintu bagian kargo tidak tertutup rapat menyebabkan pesawat mengalami tekanan udara di tengah penerbangan.Hal ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah bagian pesawat, termasuk mesin yang perlahan-lahan hancur. Tidak ada penumpang yang selamat dalam kejadian ini.Otoritas setempat mengatakan, terjadi ledakan besar, dan sekarang TIM SAR sedang menggerakkan seluruh tim untuk mencari badan pesawat.Penumpang yang berisi 288 penumpang termasuk para awak kabin. Para jenazah sedang diidentifikasi.____________Tubuhnya lemas tak bersisa, semua ini salahnya, semua karena kebodohannya. Bahkan, dia sudah tak sanggup untuk bernapas, bersuara saja rasanya tidak sanggup.Kematian adalah suatu kepastian, perpisahan tak dapat di
Banyak orang yang terobsesi dengan Perancis, terutama Paris dengan ikon khas menara Eiffel yang mendunia. Salah satu kota yang dijuluki sebagai kota paling cinta, kota paling romantis di dunia. Apalagi ingin menghabiskan waktu bulan madu.Sebenarnya, aku tak terlalu banyak berekspektasi tentang bulan madu kali ini, apalagi anak-anakku tidak diikutsertakan, setengah ikhlas aku menjalani ini.Danish memboyong bulan madu ke Eropa, tapi kami lebih berfokus ke Perancis. Aku menghindari Paris, walau kata orang kota romantis, tidak bagiku, kota itu banyak kasus pencopetan, bau pesing, bahkan penduduk lokal sangat tidak ramah pada turis, mereka tak mau berbicara bahasa Inggris, mereka hanya mau berbicara bahasa Perancis.Akhirnya kami memilih di Perancis Timur. Aku lebih suka bangunan gaya kuno yang sudah berdiri sejak abad pertengahan."Aku kenapa selalu terobsesi dengan kerajaan?" tanyaku pada Danish. Kami sedang berada di Perouges, sebu
Lantunan lagu syahdu, mengiringi setiap langkah. Setiap langkah beriringan dengan sebuah tangisan penuh kebahagiaan, aku merasa belum bisa memijak dunia sekarang. Pipi terasa memanas, tubuh terasa ringan, irama jantung yang berdegup kencang, napas serasa dicekik. Aku berusaha untuk menelan ludah walau sulit.Aku bahagia! Ini bukan hari perkabungan, tapi aku ingin meratapi nasibku. Di depan sana, seorang laki-laki yang dulu pernah berjanji akan menikahiku, dan semuanya gagal di saat pernikahan impian itu sudah berada di depan mata.Aku meremas tanganku sendiri, rasanya ingin menampar pipiku jika ingin bukan mimpi, tapi sebuah mimpi yang kubangun bertahun-tahun, dan sekarang menjadi kenyataan."Rileks. Semua akan berjalan dengan lancar." Aku tertawa kecil, sambil menoleh pada Ayah. Laki-laki yang sudah membesarkan aku mengandeng tanganku, dan berjalan menuju altar yang sedang berdiri laki-laki yang pernah mengingkari janjinya sendiri.
Aku kembali berdiri kaku, memandangi sebuah gaun mewah berdiri angkuh di depanku. Aku memperhatikan gaun itu lamat-lamat, dan meyakinkan diriku, ini yang aku inginkan, ini yang aku tunggu-tunggu selama ini.Aku kembali mengehela napas, gaun pengantin sudah tersedia di depanku, dan aku kembali meragukan hatiku, di saat semua sudah siap. Bukan, aku tidak meragukan Danish sama sekali, aku yakin laki-laki itu akan bertanggung jawab, tapi aku meragukan diri sendiri, dan kembali dilempar pada kejadian lima tahun ke belakang, aku gagal menikah.Di saat aku sudah memimpikan pernikahan impian, aku sudah menghayal tentang sebuah rumah tangga yang harmonis, keluarga kecil yang bahagia, dan impian itu dirusak beberapa jam, rasanya masih membekas hingga kini."Kamu suka?" Aku berbalik ke arah Danish yang memeluk pinggangku, sambil mencium pipiku. Aku tersenyum ke arahnya, sambil mengangguk.Gaun berwarna ungu dengan tulle berwarna putih di bawa
Dengan menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuh, leher, pergelangan tangan, keliling tubuh bagian depan dan belakang, aku mencium parfum tersebut, dan tersenyum. Bernapas lega!Aku masih berdiri di depan kaca, sambil mengukur gundukan bulat di perutku, mengelus-elusnya. Kembali tersenyum dengan kebahagiaan, tak menyangka takdir membawaku sejauh ini.Aku mengikat rambutku dan memastikan sekali lagi penampilan.Hari ini, perayaan untuk keluarga kecilku, dan semua keluarga akan berkumpul.Aku menengadahkan wajah ke atas, bernapas lega, dan bersyukur masih bisa bertahan hidup sejauh ini, dengan keluarga yang harmonis, keluarga yang selalu mendukung, serta anak-anak yang sangat menggemaskan semuanya.Ganggang pintu bergerak, aku alihkan pandangan ke pintu bercat putih tersebut. Menyambut calon suami yang sangat mengesalkan, tapi harus kuakui hidupku sepi jika dia tak berada di sekelilingku. Aku merentangkan kedua tanga
"Jadi, pada akhirnya kamu tetap memilih tytyd jelek itu?" Aku hanya memalingkan wajahku, malu tentu saja. Aunty Ilene berbicara mana peduli dengan perasaan orang lain, asal apa yang dia keluhkan keluar."Aunty marah?""Lebih ke kecewa, sih. Malu juga, mereka itu memang paling dekat, Dennis itu abangku, Bella itu sahabatku dulu, punya anak sebiji Danish, keponakan favorit yang akhirnya mengecewakan semua orang." Aku kembali menghela napas. Mau bagaimana lagi, aku kembali hamil dengan laki-laki itu, dan aku mencintai Danish, biarlah jadi wanita bodoh, aku akan melakukan apa saja demi kebahagian anak-anakku."Mungkin udah takdirnya, Aunty. Nyatanya aku kembali dengannya, walau awalnya sakit hati, dendam. Tapi, Danish sudah punya banyak anak." Aku menjilati bibirku. Kami sama-sama menghela napas berat.Sekarang, anak-anak lebih dikuasai Mommy Danish, aku tak banyak berbuat karena tahu wanita itu sedang menikmati perannya sebagai nenek, setel
Aku mengalihkan pandangan ke belakang, melihat interaksi antara nenek dan cucu yang begitu akrab sekarang. Jadi, aku akan memeriksa kehamilan, tapi Mommy Danish sudah berpesan agar dia juga ikut dalam pemeriksaan kali ini. Dan satu keluarga ikut. Nasib baik, Momma, Ayah, Aunty Ilene dan keluarganya ikut, jika tidak serasa piknik keluarga."Mommy penasaran dengan bentuk bayinya, pasti lucu.""Masih jadi kecebong itu, Mommy." Aku langsung mencubit paha Danish, karena bicara sembarangan."Udah besar. Bahkan udah tahu jenis kelaminnya. Perut Anna juga udah besar." Aku menunduk, dan kembali melihat gundukan perutku, ya memang terlihat membuncit sekarang. Dan anak-anak sebenarnya belum dikasih tahu, jika mereka sudah jadi kakak sekarang."Kalau kembar lagi, Mommy pasti akan senang bangat." Aku hanya menggeleng, tak mau berekspektasi apa-apa, asal anakku sehat, sudah lebih dari cukup buatku.Danish sedang menyetir, kami sudah membu
Aku memeluk tubuh Danish dari belakang, dia sedang mencuci piring. Ya, sekarang dia kesurupan untuk melakukan semua pekerjaan rumah, walau aku juga ikut membantunya. Atau, kami membagi pekerjaan, dia memasak aku akan mengurusi anak-anak untuk sekolah, atau aku yang memasak Danish mengurusi anak-anak sekolah."Pasti dapat jatahnya kurang, atau malah puas bangat?" Aku hanya tersenyum dengan komentar mesum terus. Danish dan otak mesumnya tak dapat dipisahkan, layaknya kendaraan tanpa bahan bakar, tidak berfungsi."Dua-duanya, sih. Kadang kamu ngeselin, tapi ada saat di mana aku ingin berkata ribuan kali aku mencintai kamu, dan kamu membuktikan semuanya." Danish mencuci tangannya, dan berbalik padaku, dia memeluk pinggangku aku memeluk lehernya, sambil tersenyum ke arahnya."Mama pasti udah ketagihan sama Tiger, makanya Mama tidak akan bisa melepaskan lagi. Tenang aja, Tiger akan selalu memberi servis terbaik.""Ish! Bukan itu."
"Aku selalu membayangkan kamu dalam balutan baju pengantin. You're so damn sexy, Anna!" Aku memutar bola mataku. Menatap malas ke arah Danish."Bagiku, baju pengantin seperti mimpi buruk. Aku pernah gagal menikah, dan aku seperti akan merasakan mimpi buruk itu lagi.""You won't. I'm promise, Baby!" Aku langsung menepis tangan Danish yang berusaha untuk mengelus-elus pipiku. Kami sedang berdebat tentang baju pengantin, tentang pernikahan yang kurasa seperti mimpi buruk. Aku kembali mengalami ketakutan tentang pernikahan.Danish memeluk leherku dari belakang. Aku berbalik padanya, dan hidungku menyentuh pipinya."Tapi, ngomong-ngomong, di bayangan aku, baju pengantin itu warna ungu.""Kamu bebas memilih, Sayang. Mau baju pengantin dari tai kambing juga bisa." Ucapan ngawur dari Danish membuatku ingin menggunduli rambutnya. Benar-benar ajaib!"Padukan gaun ungu dengan tulle warna putih sehingga paduan warnany