"Kak Firman?"
Ranti melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertahan. Firman dan ibunya yang tampak sedang berbicara serentak menoleh ke arah Ranti. Firman berdiri menyambut kedatangan wanita itu."Dari mana tahu alamat rumah ini?"Tanpa basa-basi Ranti melontarkan pertanyaan pada laki-laki itu. Jujur, Ranti tak ingin hubungan profesional yang saat ini terjalin antara mereka tak bercampur dengan kisah masa lalu yang pernah ada. Cukup sebatas pengacara dan kliennya. Tak lebih."Dari Ridwan. Ada yang perlu Kakak bicarakan langsung denganmu."Masih dengan posisi berdirinya, Ranti mengernyitkan dahi."Bukankah tadi aku sudah berpesan, sampaikan saja semuanya pada Bang Ridwan?"Bu Dewi tampak berdiri dan sepertinya paham dengan kondisi yang terjadi. Wanita paruh baya itu tahu tentang masa lalu dua manusia yang ada di hadapannya sekarang."Ibu tinggal dulu, silahkan diminum tehnya, Nak Firman.""Iya, Bu. Te"Aku menyesal, Ran." Hanya kalimat itu yang mampu diucapkan Firman."Tak apa. Lagi pula penyesalanmu tak akan mengubah apa pun yang ada dalam hidup kita sekarang kan?"Perlahan Ranti mencoba menekan rasa sakit yang pernah ada di hatinya. Memaafkan jauh lebih mulia daripada menyimpan dendam."Kamu tak ingin bertanya kabarku, Ran?" Ranti akhirnya menyunggingkan senyum kecil di bibirnya. Firman terkesima, cara wanita itu tersenyum masih tak berubah. "Untuk apa? Kamu tentu lebih bahagia dengan dapat membahagiakan orang tuamu kan?"Hening. Tak ada suara yang keluar dari mulut keduanya. Sampai akhirnya Firman menarik napas panjang sebelum mengeluarkan rangkaian katanya."Aku berpisah dengan istriku di tahun ketiga pernikahan kami."Ranti tak menunjukkan reaksi apa pun atas ucapan laki-laki itu. "Aku dikhianati. Dan aku terlambat menyadarinya. Mungkin itu merupakan karma atas perbuatanku padamu, Ran. Aku s
Persidangan demi persidangan harus dijalani Bayu setelahnya. Ranti selalu setia mendampingi suaminya itu. Awalnya Ranti berusaha menutupi masa lalu yang pernah ada antara dirinya dan Firman, sang pengacara. Namun akhirnya setelah didesak berkali-kali oleh Bayu, Ranti memilih menceritakan semuanya."Yang terpenting Abang harus tahu. Tak ada apa pun lagi di antara kami berdua. Abang harus yakin dan percaya. Masa lalu itu memang ada, kisah indah itu memang pernah tercipta, namun takdir lagi-lagi berkuasa di atas segalanya."Bayu pun akhirnya lega saat mendengar kejujuran dari istrinya itu. Firasatnya tak salah, raut wajah keduanya menunjukkan semua itu saat pertama kali berjumpa kembali.Sebagai laki-laki dan seorang suami, Bayu memutuskan bicara empat mata dengan sang pengacara. Bukan untuk membahas kasusnya, tapi untuk berbicara sebagai dua orang laki-laki sejati."Anda sungguh sangat beruntung, Pak Bayu. Ranti wanita luar biasa. Jujur, saya menyes
"Tak ada harga untuk seorang saudara."Sontak saja Bayu dan Ranti serentak terperangah. "Kak??? Ranti serius!" pekik Ranti."Kamu pikir Kakak tak serius? Kakak tahu kebutuhanmu dan anak-anak banyak ke depannya. Status Bayu ... ya, kalian tahu sendirilah. Pergunakan uang simpanan kalian untuk anak-anakmu."Ranti merasa tak enak hati. Bagaimana pun, jerih payah yang sudah Firman lakukan harus dihargai secara profesional."Atau ... kalian tak menganggap aku sebagai saudara? Satu lagi Ran, selama Bayu dipenjara nantinya, jika kamu perlu bantuan, hubungi saja Kakak."Ranti hanya terdiam, tak mampu merangkai kata."Tak usah khawatir, Kakak sudah menjelaskan segalanya pada suamimu. Tak perlu suamimu resah, istrinya ini cinta mati pada dirinya," lanjut Firman sambil tertawa.Ranti tak mampu untuk menahan lagi. Bulir bening itu akhirnya lolos dari netranya. Ya Allah, ternyata satu episode ujian dalam hidupnya berakhir d
Keesokan harinya, Bu Dewi memutuskan untuk pertama kalinya menghadiri sidang kasus menantunya. Bukan sidang seperti yang sebelumnya, kali ini sidang vonis hukuman atas kasus korupsi yang membelit laki-laki yang selama ini dipercayakannya tanggung jawab untuk menjaga putrinya."Ibu tak usah pergi, biasanya juga Ranti pergi sendiri. Ibu cukup berdoa saja untuk kekuatan kami menghadapi vonis Bang Bayu nantinya."Ranti mencoba mencegah ibunya untuk ikut hadir di peristiwa yang pastinya akan menyakitkan hati mereka nantinya."Biarkan Ibu mendampingimu kali ini. Kondisimu sedang hamil sekarang. Ibu tak ingin sesuatu terjadi pada dirimu. Kita hadapi bersama, apa pun vonis Bayu nantinya.Ranti tak dapat lagi membantah keinginan ibunya. Ibunya benar, dirinya butuh kekuatan yang lebih untuk menghadapi hari ini. Sepanjang kasus ini bergulir, mungkin hari ini akan menjadi momen terberat yang harus dihadapinya.Langkah Bu Dewi perlahan saat melangkahk
"Pergilah, Bang. Kami akan mengurus Ibu."Bayu menegakkan tubuhnya yang sempat terasa lunglai saat bertatapan dengan istrinya itu. Kepalanya mengangguk dengan lesu."Abang titip Ibu."Bayu melangkahkan kakinya dengan sedikit terpaksa. Meninggalkan ruangan sidang yang membuat dunianya seketika berubah. Tinggal menunggu saatnya saja, jabatan yang diembannya akan tinggal kenangan saja. Hilang, seperti hilangnya rasa percaya kepada seorang teman di hatinya. Dirinya dijebak yang akhirnya berujung pada kemelut kisah yang menuntunnya pada kehidupan suram sepanjang hidupnya.Ranti melangkahkan kakinya ke arah sang mertua, diikuti sang ibu di belakangnya. Tampak Ilham dan Anwar mencoba mengipas-ngipaskan selembar karton tebal ke arah wajah Bu Ratna. Sementara Nina dan Ririn tampak sibuk mengoles-oleskan minyak angin di daerah hidung ibu mereka. "Jangan terlalu sesak! Beri ruang pada ibu itu!" pinta Firman yang ikut mendekat bersama Ridwan.
Dua minggu berlalu sejak tragedi di ruang sidang itu. Bu Dewi memilih tak ingin menyinggung kembali sedikit pun masalah itu dengan Ranti. Sedapat mungkin wanita itu menjaga kondisi emosional Ranti saat ini. Kehamilan tanpa didampingi sang suami tentunya bukanlah hal yang mudah. Salah satu cara yang dapat dilakukannya saat ini hanyalah menjaga kewarasan otak putrinya agar tidak melakukan hal-hal yang di luar kendali.Ranti pun sepertinya tak lagi ingin mengingat kejadian itu. Hari-harinya hanya disibukkan dengan aktivitas rutin seperti biasa. Sesekali mengecek dua toko rotinya, ikut menikmati suasana malam bersama ibu dan kedua anaknya di kafe "Simpur" paling tidak seminggu sekali untuk memastikan semua pelayanan di kafe berjalan lancar serta terus berpikir ide-ide baru untuk mengembangkan usahanya. Tekad itu terus tertanam di hatinya.Selepas vonis hukuman Bayu, Ranti harus siap menjadi tulang punggung keluarganya. Putusan pemberhentiannya sebagai aparatur negara t
Ryan menyambut baik usulan itu. Kunjungan pertamanya ke rumah sang kakak dijanjikannya seminggu sebelum wisudanya. Sekarang ini Ryan sedang fokus membereskan segala urusannya, termasuk perbaikan skripsinya di beberapa bagian. Pemuda itu berencana tinggal beberapa lama dengan kakak dan ibunya setelah wisuda nanti, menenangkan diri sembari mencari lowongan pekerjaan yang sesuai. Selama ini tak ada waktu yang diluangkannya khusus untuk keluarga, terutama sejak kepergian ayah mereka.Seminggu sebelum acara wisudanya, pemuda itu datang berkunjung pertama kalinya ke rumah sang kakak, sekaligus melepas rindu pada sang ibu. Selama ini baik Bu Dewi maupun Ranti memang tak pernah menceritakan semua yang terjadi pada pemuda itu. Membiarkan Ryan fokus dengan kuliahnya dan tak melibatkan pemuda itu dalam masalah yang sedang Ranti alami saat ini.Hanya meminta alamat Ranti, Ryan tak ingin dijemput oleh wanita itu dan memilih menjadikan taksi sebagai kendaraannya dari bandara. Ta
"Kak ... memang seperti itu model mertuamu?" tanya Rian.Pemuda itu langsung duduk mendudukkan tubuhnya di sebelah Ranti saat mendapati wanita itu duduk dengan napas yang terengah-engah di kamarnya. Setelah kepergian Bu Ratna dan Ririn tadi, Ryan langsung menyusul kakaknya yang sudah duluan menghilang.Hanya tarikan napas panjang Ranti yang menjadi jawaban atas pertanyaan adiknya itu."Sepertinya banyak hal yang tak aku ketahui tentang Kakak selama ini."Ranti menolehkan kepalanya ke samping, netra kedua kakak beradik itu saling beradu."Tak ada yang perlu dirisaukan. Kakak sudah terbiasa. Hanya saja ... dengan kondisi kehamilan Kakak sekarang ini, sepertinya perlu energi yang lebih saat berhadapan dengan mereka."Ranti merubah posisi. Sekarang tubuhnya bersandar pada bagian kepala tempat tidur dengan menggunakan bantal yang ditegakkan. Kakinya diluruskan di atas kasur."Bang Bayu tahu semua ini?"Ranti mengangg