Sarah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ia kini telah duduk di bangku SMA. Kakaknya sudah tidak lagi dirumah. Wati sudah bekerja di Kota Jakarta dan menetap di sana.
Rumah orangtua Sarah yang dulunya reot. Saat ini sudah berganti menjadi tembok. Keadaan pun berubah. Ayah Sarah sudah mendapatkan pekerjaan tetap. Kondisi ekonomi orangtua Sarah juga sudah membaik.
Sarah termasuk gadis yang pintar. Ia berhasil bersekolah di SMA favorit di kotanya. Sarah setiap berangkat dan pulang sekolah mengendarai motor.
"Sarah, lni uang saku kamu hari ini ya," ucap Ayah Sarah sambil memberikan uang dua lembar sepuluh ribuan.
"Makasih Yah. Aku berangkat sekolah duluan ya," ucap Sarah sambil mencium tangan ayahnya.
"Mas, Kamu kasih uang jajan berapa ke Sarah? 20 ribu? Itu kebanyakan," ucap lbu Sarah yang tiba - tiba datang dari dapur.
"Ibu, Aku mau berangkat sekolah dulu," ucap Sarah sambil mencoba menyalami ibunya.
"Mana uangnya dulu. Ibu ambil 10 ribu," balas lbu Sarah.
"Bu, Kamu kok malah mau ambil uang jajan Sarah?" tanya Ayah Sarah sambil memandang lbu Sarah.
"Lah, memangnya kenapa? Mas, bumbu di dapur udah habis. Mending buat beli keperluan di Dapur. Mas itu, jangan manja sama Sarah."
"Yaudah buk. Ini uangnya buat lbu semua aja," ucap Sarah sambil memberikan uang 2 lembar sepuluh ribuan kepada lbunya.
"Sarah. Nanti kamu di sekolah bagaimana?" tanya Ayah Sarah.
"Udah Yah. Tenang aja," ucap Sarah sambil kemudian berlalu dari hadapan kedua orangtuanya.
Sarah kemudian mengendarai motornya menuju ke sekolah. Di perjalanan, Sarah tak sengaja meneteskan air mata.
"Kenapa lbu selalu begitu? Selalu saja seperti itu dari dulu? Apa salahku?" batin Sarah sambil fokus menatap ke jalan raya.
Setelah setengah jam perjalanan. Sarah memasuki parkiran motor di sekolahnya. Sarah menggendong tas punggung warna hitam. Sarah bergegas memasuki ruang kelas 11A dan duduk di bangku pojok paling depan.
"Sarah, denger - denger nih. Bakal ada anak baru loh," ucap Nisa sambil menepuk pundak Sarah dari belakang.
"Eh iya kah? Siapa?" tanya Sarah penasaran.
"Nggak tau juga sih. Tapi, tadi aku ngeliat ada cowok ganteng masuk ruang kepala sekolah," jawab Nisa sambil tersenyum.
Sarah tidak memperdulikan perkataan Nisa. Ia fokus untuk mempersiapkan alat tulis di atas meja.
"Selamat pagi anak - anak," ucap lbu Ratna selaku wali kelas 11 A sambil masuk ke dalam ruang kelas.
"Pagi ibu," balas anak - anak yang berada di dalam kelas.
"Hari ini, kalian kedatangan teman baru. Patrick, Silahkan kamu memperkenalkan diri," ucap Ibu Ratna.
"Baik lbu Ratna. Terimakasih. Selamat pagi teman - teman. Perkenalkan nama aku l Gede Patrick. Kalian bisa panggil aku Patrick. Aku pindahan dari SMA di Bali. Semoga kalian senang dengan kehadiran aku disini. Terimakasih," ucap Patrick sambil tersenyum.
Patrick. Sosok dengan postur badan tinggi. Hidung mancung. Senyum manis dengan lesung pipi tercetak indah di wajahnya. Warna kulitnya yang putih membuat siapapun yang memandangnya tidak akan bosan.
"Patrick. Kamu boleh duduk di bangku depan pojok ya," ucap Ibu Ratna.
"Hah? Duduk sebangku sama saya bu?" tanya Sarah kaget.
"Iya Sarah. Baik anak-anak. Ibu tinggal ya. Kalian tunggu lbu Sari guru kalian ya," ucap Ibu Ratna sambil keluar kelas.
Patrick kemudian duduk di sebelah Sarah.
"Kenalin. Aku Patrick," ucap Patrick sambil menjulurkan tangan.
"Sarah," ucap Sarah singkat dan tidak peduli dengan ajakan Patrick untuk bersalaman dengannya.
"Haduh. Sarah. Kamu jangan cuekin Patrick gitu dong," ucap Nisa sambil menyentuh lengan Sarah dengan bolpoin.
Sarah kemudian menoleh ke belakang.
"Nisa, Kamu ya. Kan aku sama Patrick udah kenalan," ucap Sarah sewot.
"Ya, Tapi. Setidaknya kan. Salaman," balas Nisa.
Sarah kemudian memalingkan wajahnya dari Nisa. Sarah sebenarnya sedari tadi tidak fokus dengan Patrick. Baru kali ini, Sarah duduk sebangku dengan cowok. Sarah sedikit melirik Patrick dan melihat aura ketampanannya.
"Kamu kenapa ngeliatin aku gitu?" tanya Patrick sambil memandang Sarah.
"Enggak apa - apa kok," ucap Sarah kaget sambil menutupi wajahnya dengan buku tulis.
"Cie Sarah. Salah tingkah," ucap Nisa sambil tertawa.
"Nisa," ucap Sarah sambil memandang Nisa dengan tatapan tajam.
Ibu Sari. Guru kelas mata pelajaran pertama hari ini datang. Kelas dimulai dengan salam dan dilanjutkan dengan pemberian materi dari guru. Semua murid di dalam kelas memperhatikan penjelasan guru dengan seksama.
"Baik. Sebelum lbu tutup pelajaran hari ini. Saya memberikan kalian tugas membuat makalah. Tugas ini diselesaikan secara berkelompok. Satu kelompok berisi dua orang," ucap lbu Sari sambil membereskan buku dan laptop diatas meja.
"Baik ibu," jawab anak - anak kelas 11A secara bersamaan.
Bel kelas berbunyi. Tanda waktu untuk istirahat. Ibu Sari kemudian pamit untuk meninggalkan kelas.
Sarah kemudian memasukkan buku - buku ke dalam tas.
"Sarah. Kantin sekolah di mana?" tanya Patrick.
"Oh kantin. Itu kamu tinggal keluar kelas. Terus belok kanan lurus. Setelah itu belok kiri. Belok kanan lagi. Ada ruang perpustakaan kamu belok kiri," jawab Sarah panjang lebar.
"Apa? Jauh banget," keluh Patrick.
"Nggak kok. Deket."
"Halo Patrick. Kenalin nama aku Angel dan ini Lola," ucap Angel sambil menunjuk Lola.
Angel dan Lola tiba - tiba saja datang dan memperkenalkan diri kepada Patrick.
"Oh iya. Aku Patrick," jawab Patrick sambil memandang Angel dan Lola.
"Kamu mau ke kantin kan? Yaudah bareng aja sama kita berdua. Kita juga mau ke kantin kok," ajak Angel.
"Kalian duluan aja ya," tolak Patrick.
Angel dan Lola kemudian bergegas meninggalkan Patrick dan Sarah. Kini di dalam kelas hanya tinggal mereka berdua.
"Kamu nggak ke kantin?" tanya Patrick.
"Kenapa emangnya? Kenapa kamu nggak bareng sama Angel tadi?"
"Males sama mereka."
"Yaudahlah. Aku anter aja," ucap Sarah sambil berdiri.
Patrick kemudian berdiri dan tersenyum. Ia mengikuti langkah Sarah menuju kantin. Saat mereka berdua berjalan di koridor sekolah. Nampak murid - murid lain yang berpapasan memandang Patrick dan Sarah. Ada juga yang berbisik - bisik.
"Eh itu siapa? Ganteng banget," bisik salah satu orang yang berpapasan dengan Sarah dan Patrick.
Sesampainya di Kantin. Sarah dan Patrick duduk di kursi.
"Kamu kalau mau makan tinggal pesen aja," ucap Sarah kepada Patrick.
"Oh, Oke." ucap Patrick sambil berjalan untuk memesan makanan dan minuman.
Patrick kemudian duduk kembali di hadapan Sarah.
"Tadi aku pesen bakso sama es tehnya dua," ucap Patrick sambil memandang Sarah.
"Apa? Aku kan nggak minta dipesenin," ucap Sarah kaget.
"Lah gimana. Aku udah terlanjur pesen," balas Patrik.
Kemudian datang pelayan dengan membawakan dua mangkok bakso dan es teh.
"Haduh, Aku kan nggak bawa uang. Gimana nih?" batin Sarah cemas.
"Kamu kenapa?" tanya Patrick sambil memperhatikan Sarah."Nggak apa - apa kok," balas Sarah singkat."Oiya. Kan ada tugas kelompok dari Ibu Sari. Aku boleh nggak kalau sekelompok sama kamu? Lagian aku belum kenal sama temen yang lain di kelas," ucap Patrick sambil memandang Sarah."Oh boleh aja," balas Sarah sambil mengangguk."Kamu kenapa masih diem aja? Nggak dimakan baksonya?" tanya Patrick."Iya. Ini mau aku makan kok," balas Sarah sambil menyendok kuah bakso.Sarah dan Patrick menikmati bakso kuah di kantin. Selesai makan, Patrick kemudian berdiri dan berjalan untuk membayar."Patrick," ucap Sarah."Kenapa?""Aku pinjem uang kamu dulu ya. Uangku ketinggalan di rumah," balas Sarah bohong."Tenang. Aku udah bayar semua kok," jawab Patrick sambil memberikan sejumlah uang kepada penjaga kantin."Makasih ya Patrick," ucap Sarah sambil mencoba berjalan di samping Patrick."Iya, sama - sama," ucap Patr
"Nggak apa - apa. Santai aja sama aku," balas Patrick sambil tersenyum dan mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.Kemudian datang pelayan dengan membawakan makanan dan minuman yang sudah dipesan Patrick."Makan aja dulu," ucap Patrick sambil menyeruput orange juice.Sarah yang belum makan siang dan hanya makan dikantin sekolah sewaktu istirahat langsung melahap habis makanan dihadapannya."Makasih ya Patrick. Maaf kalau aku ngerepotin kamu," ucap Sarah."Udah kamu makan aja dulu. Dihabisin. Aku sambil nyicil makalahnya. Kalau kamu udah selesai makan. Nanti kamu yang lanjutin ngerjain," balas Patrick sambil mengetik di keyboard laptop.Dua jam berlalu. Sarah dan Patrick masih sibuk mengerjakan makalah. Hingga matahari telah terbenam dan berganti menjadi malam."Patrick. Kita kapan pulang?" tanya Sarah."Sebentar lagi selesai kok. Kenapa? Oh kamu takut kena marah sama lbu kamu ya?" tanya Patrick sambil memandang Sarah."Iy
Patrick terdiam. Sampai pelajaran pertama selesai. Sarah masih saja diam dan tidak menjawab pertanyaan apapun yang dilontarkan Patrick."Sarah, Kamu kenapa sih? Aku ada salah ya sama kamu?" tanya Patrick sambil meletakkan minuman boba di atas meja depan Sarah."Itu minuman buat siapa?" tanya Sarah yang masih saja ketus terhadap Patrick."Buat kamu. Biar pikiran kamu adem. Mumpung ini lagi jam istirahat kan. Minum aja," balas Patrick sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang gingsul."Makasih," balas Sarah sambil menyeruput minuman boba yang baru saja diberikan oleh Patrick.Sarah masih saja diam. Patrick mencoba duduk di samping Sarah."Orangtua kamu marah ya?" tanya Patrick pelan."Tau dari mana kamu?" balas Sarah sambil menoleh ke arah Patrick."Ya. Aku cuman nebak sih. Soalnya kemarin aku nggak pamitan sama orangtua kamu. Waktu nganter kamu pulang," ucap Patrick sambil memandang Sarah."Iya. Terus aku diusir dari r
Sarah memandang wanita yang sudah terbujur kaku dan diselimuti kain putih. Kakak perempuannya yang bernama Wati, Nampak menangis tersedu-sedu. Sarah masih kecil. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada ibunya. Sarah hanya tahu, Ibunya sedang tidur.Sarah kemudian memandang wajah ayahnya. Raut wajahnya nampak murung dan sedih. Sarah kemudian bertanya kepada ayahnya dengan pelan."Ayah, Ibu kenapa? Kok masih tidur? Kenapa lbu belum bangun - bangun Yah?" tanya Sarah sambil terus memandang bibir Ayahnya. Sarah berharap. Ia mendapatkan jawaban dari mulut Ayahnya.Wati yang sedari tadi menangis kemudian memandang dan membelai rambut Sarah yang dikepang dua. Wati kemudian mengecup kening Sarah dan berbisik pelan."Ibu sudah tenang di Surga," bisik Wati pelan."Di mana Surga kak?" tanya Sarah polos.Wati tak menjawab pertanyaan dari Sarah. Jenazah Ibu Sarah kemudian segera untuk dimakamkan. Saat pemakaman, Sarah digendong Ayahnya.Sarah melihat l