"Kamu kenapa?" tanya Patrick sambil memperhatikan Sarah.
"Nggak apa - apa kok," balas Sarah singkat.
"Oiya. Kan ada tugas kelompok dari Ibu Sari. Aku boleh nggak kalau sekelompok sama kamu? Lagian aku belum kenal sama temen yang lain di kelas," ucap Patrick sambil memandang Sarah.
"Oh boleh aja," balas Sarah sambil mengangguk.
"Kamu kenapa masih diem aja? Nggak dimakan baksonya?" tanya Patrick.
"Iya. Ini mau aku makan kok," balas Sarah sambil menyendok kuah bakso.
Sarah dan Patrick menikmati bakso kuah di kantin. Selesai makan, Patrick kemudian berdiri dan berjalan untuk membayar.
"Patrick," ucap Sarah.
"Kenapa?"
"Aku pinjem uang kamu dulu ya. Uangku ketinggalan di rumah," balas Sarah bohong.
"Tenang. Aku udah bayar semua kok," jawab Patrick sambil memberikan sejumlah uang kepada penjaga kantin.
"Makasih ya Patrick," ucap Sarah sambil mencoba berjalan di samping Patrick.
"Iya, sama - sama," ucap Patrick sambil mempercepat langkah menuju ruang kelas 11A.
***
Bel sekolah tanda untuk pulang berbunyi. Sarah dengan cepat membereskan buku - bukunya yang berserakan di atas meja.
"Sarah, Nanti aku jemput kamu boleh?" tanya Patrick.
"Ha? Mau kemana?" ucap Sarah kaget.
"Ya kita ngerjain makalah bareng. Kan kita satu kelompok. Biar enak, Aku minta nomer whats app kamu aja. Gimana?" tanya Patrick.
"Oh. Boleh. Nomer aku 08xxxxxx," ucap Sarah.
"Oke, Udah aku save. Nanti aku hubungin kamu kalau aku mau jemput ya," balas Patrick sambil berdiri dan keluar dari ruangan kelas.
Sarah memandang Patrick yang berlalu dari hadapannya. Ia kemudian segera keluar dari ruangan kelas dan berjalan menuju parkiran untuk pulang.
"Haduh, nanti Patrick mau jemput aku. Ibu nanti marah nggak ya?" batin Sarah sambil mengeluarkan kunci motor dari dalam tasnya.
Sarah mengendarai motornya dan bergegas untuk pulang. Sepanjang perjalanan. Pemikirannya kacau dipenuhi dengan beragam pertanyaan dan kemungkinan bagaimana nantinya jika Patrick menjemput Sarah untuk mengerjakan tugas kelomppk.
Sarah merebahkan badannya di atas kasur kamarnya. Ia masih mengenakan seragam SMA putih abunya.
"Semoga nanti ibuk nggak marah," batin Sarah sambil memandang langit - langit kamarnya.
"Nah. Bagus. Pulang sekolah malah tiduran," ucap lbu Sarah yang berdiri di pintu kamar Sarah.
"Iya sebentar bu. Ini lagi istirahat. Aku capek pulang sekolah," balas Sarah sambil menoleh ke arah lbunya.
"Cepetan ganti baju dan copot sepatunya. Capek mana sama lbu yang mengurusi rumah? Kamu cuman sekolah aja ngeluh capek. Punya anak susah bener dibilangin," celoteh lbu Sarah.
Sarah kemudian bangkit dari tempat tidurnya. Ia melepas sepatunya dan berdiri.
"Iya buk. Ini Sarah mau ke kamar mandi," ucap Sarah sambil berjalan menuju kamar mandi.
Sesuai dari kamar mandi. Sarah menuju dapur. Ia sangat lapar. Tangannya membuka tudung saji yang ada di meja dapur. Namun kosong. Tak ada isinya sama sekali.
"Apa? Ibu nggak masak?" batin Sarah sambil menutup kembali tudung saji yang berada dimeja.
"Kamu cari apa? Makanan? Nggak ada. Ibu belum sempat masak dari pagi. Ibu sibuk beberes rumah," balas lbu Sarah sambil berlalu dan kemudian pergi.
Sarah melangkah gontai menuju kamarnya. Ia bergegas untuk bersiap bertemu dengan Patrick. Lima menit yang lalu Patrick mengirimkan pesan bahwa ia akan menjemputnya. Tak lupa, Sarah mengirimkan share lokasi rumahnya.
Tak lama kemudian. Muncul di depan gerbang rumah Sarah sebuah mobil hitam. Sarah bergegas keluar dari dalam rumah dan menemui Patrick.
"Kamu jemput pakai mobil?" tanya Sarah keheranan.
"Iya, emangnya kenapa?" balas Patrick.
"Sarah. Kamu mau ke mana? Siapa itu di dalam mobil?" tanya lbu Sarah yang berdiri di teras rumah.
Patrick kemudian keluar dari dalam mobil dan mendekati lbu Sarah.
"Sore tante. Kenalin saya Patrick. Temen satu kelasnya Sarah. Mau jemput Sarah buat ngerjain tugas kelompok," ucap Patrick kepada lbu Sarah.
"Oh. Mau ngerjain tugas kelompok. Nggak pacaran kan?" tanya lbu Sarah ketus.
"Enggak tante. Saya sama Sarah cuman temenan," balas Patrick.
"Yaudah. Sarah kamu sebelum malam harus pulang ya. Jangan keluyuran sampai malam," balas lbu Sarah sambil masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumah dengan keras.
"Maafin lbu aku ya Patrick," ucap Sarah sambil memandang Patrick.
"Oh. Nggak masalah. Yaudah yuk masuk mobil aja," balas Patrick sambil masuk ke dalam mobil.
Sarah kemudian masuk ke dalam mobil Patrick. Ia lebih memilih untuk duduk dikursi belakang.
"Loh, Kenapa kamu malah duduk di belakang? Nggak duduk didepan aja?" tanya Patrick sambil menoleh ke Sarah.
"Enggak. Aku duduk di belakang aja," balas Sarah.
Patrick kemudian mengemudikan mobilnya menuju jalan raya. Suasana di dalam mobil hening.
"Ibu kamu emang galak ya?" tanya Patrick sambil memegang kemudi mobil.
"Eh, Enggak kok. Cuman tadi itu. Ya gimana ya. Aku baru pertama kali ini dijemput cowok di rumah," jawab Sarah.
"Oh begitu. Jadi lbu kamu kayak marah gitu ya sama kamu?"
"Iya gitu deh. Kita mau ngerjain tugas kelompok di mana sih?" tanya Sarah.
"Nanti kamu juga bakal tau kok," balas Patrick.
Patrick memasukkan mobilnya ke tempat parkir sebuah cafe.
"Udah sampai," balas Patrick sambil kemudian keluar dari dalam mobil.
"Haduh, lni cara buka pintu mobilnya gimana sih?" batin Sarah sambil berusaha untuk membuka pintu mobil Patrick.
Patrick yang sudah berada di luar mobul merasa ada yang aneh dengan Sarah. Ia kemudian masuk lagi ke dalam mobil dan bertanya dengan Sarah.
"Sarah, Kok kamu belum keluar?" tanya Patrick.
"Ini susah dibuka pintu mobilnya," jawab Sarah sambil menahan malu.
"Oh, Sini aku bukain," balas Patrick sambil tertawa.
Sarah berhasil keluar dari dalam mobil. Keduanya kini masuk ke dalam cafe. Mereka memilih untuk duduk dipojok cafe.
"Sarah, kamu mau pesen apa?" tanya Patrick sambil duduk.
"Aku nggak usah aja," balas Sarah.
"Loh kok gitu?"
"Haduh, Aku kan nggak bawa uang. Gimana ya? Apa aku jujur aja sama Patrick?" batin Sarah sambil memandang Patrick.
Dengan cepat Patrick kemudian meninggalkan Sarah. Ia berjalan untuk memesan makan dan minuman di tempat pemesanan.
"Semoga Patrick enggak mesenin gue makan atau minum," batin Sarah sambil memandang sekeliling.
Sarah melihat sekeliling. Dalam hidupnya. Baru pertama kali ini ia masuk ke dalam cafe. Ia menatap orang - orang dengan pakaian yang kekinian dan terlihat mewah. Saat itu Sarah hanya memakai kaos warna putih dan celana panjang warna biru lengkap dengan tas gendong hitam di punggungnya.
"Aku udah pesen dua chicken rice bowl sama orange juice. Gimana?" tanya Patrick sambil kemudian duduk.
"Apa? Kenapa Patrick malah pesenin aku makan sama minum? Tadi di kantin sekolah juga dia mesenin bakso. Sekarang mesenin makanan apalah itu. Aku nggak tau. Padahal, aku udah bilang sama Patrick buat nggak usah dipesenin. Pasti harganya mahal," batin Sarah.
"Nggak apa - apa. Santai aja sama aku," balas Patrick sambil tersenyum dan mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.Kemudian datang pelayan dengan membawakan makanan dan minuman yang sudah dipesan Patrick."Makan aja dulu," ucap Patrick sambil menyeruput orange juice.Sarah yang belum makan siang dan hanya makan dikantin sekolah sewaktu istirahat langsung melahap habis makanan dihadapannya."Makasih ya Patrick. Maaf kalau aku ngerepotin kamu," ucap Sarah."Udah kamu makan aja dulu. Dihabisin. Aku sambil nyicil makalahnya. Kalau kamu udah selesai makan. Nanti kamu yang lanjutin ngerjain," balas Patrick sambil mengetik di keyboard laptop.Dua jam berlalu. Sarah dan Patrick masih sibuk mengerjakan makalah. Hingga matahari telah terbenam dan berganti menjadi malam."Patrick. Kita kapan pulang?" tanya Sarah."Sebentar lagi selesai kok. Kenapa? Oh kamu takut kena marah sama lbu kamu ya?" tanya Patrick sambil memandang Sarah."Iy
Patrick terdiam. Sampai pelajaran pertama selesai. Sarah masih saja diam dan tidak menjawab pertanyaan apapun yang dilontarkan Patrick."Sarah, Kamu kenapa sih? Aku ada salah ya sama kamu?" tanya Patrick sambil meletakkan minuman boba di atas meja depan Sarah."Itu minuman buat siapa?" tanya Sarah yang masih saja ketus terhadap Patrick."Buat kamu. Biar pikiran kamu adem. Mumpung ini lagi jam istirahat kan. Minum aja," balas Patrick sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang gingsul."Makasih," balas Sarah sambil menyeruput minuman boba yang baru saja diberikan oleh Patrick.Sarah masih saja diam. Patrick mencoba duduk di samping Sarah."Orangtua kamu marah ya?" tanya Patrick pelan."Tau dari mana kamu?" balas Sarah sambil menoleh ke arah Patrick."Ya. Aku cuman nebak sih. Soalnya kemarin aku nggak pamitan sama orangtua kamu. Waktu nganter kamu pulang," ucap Patrick sambil memandang Sarah."Iya. Terus aku diusir dari r
Sarah memandang wanita yang sudah terbujur kaku dan diselimuti kain putih. Kakak perempuannya yang bernama Wati, Nampak menangis tersedu-sedu. Sarah masih kecil. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada ibunya. Sarah hanya tahu, Ibunya sedang tidur.Sarah kemudian memandang wajah ayahnya. Raut wajahnya nampak murung dan sedih. Sarah kemudian bertanya kepada ayahnya dengan pelan."Ayah, Ibu kenapa? Kok masih tidur? Kenapa lbu belum bangun - bangun Yah?" tanya Sarah sambil terus memandang bibir Ayahnya. Sarah berharap. Ia mendapatkan jawaban dari mulut Ayahnya.Wati yang sedari tadi menangis kemudian memandang dan membelai rambut Sarah yang dikepang dua. Wati kemudian mengecup kening Sarah dan berbisik pelan."Ibu sudah tenang di Surga," bisik Wati pelan."Di mana Surga kak?" tanya Sarah polos.Wati tak menjawab pertanyaan dari Sarah. Jenazah Ibu Sarah kemudian segera untuk dimakamkan. Saat pemakaman, Sarah digendong Ayahnya.Sarah melihat l
Sarah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ia kini telah duduk di bangku SMA. Kakaknya sudah tidak lagi dirumah. Wati sudah bekerja di Kota Jakarta dan menetap di sana. Rumah orangtua Sarah yang dulunya reot. Saat ini sudah berganti menjadi tembok. Keadaan pun berubah. Ayah Sarah sudah mendapatkan pekerjaan tetap. Kondisi ekonomi orangtua Sarah juga sudah membaik. Sarah termasuk gadis yang pintar. Ia berhasil bersekolah di SMA favorit di kotanya. Sarah setiap berangkat dan pulang sekolah mengendarai motor. "Sarah, lni uang saku kamu hari ini ya," ucap Ayah Sarah sambil memberikan uang dua lembar sepuluh ribuan. "Makasih Yah. Aku berangkat sekolah duluan ya," ucap Sarah sambil mencium tangan ayahnya. "Mas, Kamu kasih uang jajan berapa ke Sarah? 20 ribu? Itu kebanyakan," ucap lbu Sarah yang tiba - tiba datang dari dapur. "Ibu, Aku mau berangkat sekolah dulu," ucap Sarah sambil mencoba menyalami ibunya. "Mana uangnya dulu. Ibu ambil