Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Kekuatan Baru

Share

Kekuatan Baru

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-02 11:41:31

Sisa waktu menuju Istana Sursena hanya tinggal satu minggu lagi, tapi Jendral Dewangga mengatakan jika Lanting Beruga dan Subansari harus menghentikan latihan berat mereka.

Dia menyerahkan masih-masih satu kotak kepada dua orang itu, "Ini adalah sumber daya pelatihan, aku ingin kalian menyerapnya."

Lanting Beruga membuka isi dalam kotak itu, sebuah pil berwarna hijau tua. Di balik pil itu, ada kertas kecil yang bertulisan, 'Pil Cakra Hijau.'

Pil yang sangat mahal dan langka, bahkan tidak diperjual belikan selain di Istana Sursena. Hanya tabib yang menyandang gelar grandmaster saja yang bisa membuat pil Cakra Hijau ini, tapi tabib seperti itu hanya ada di Istana Sursena.

Itu artinya Jendral Dewangga mungkin saja pernah membeli pil itu ketika dia berkunjung ke Istana, atau mungkin. entahlah!

"Dengan pil ini aku yakin kau bisa mencapai Otot Naga Api level ke dua," uap Jendral Dewangga.

Sementara itu, Subansari mendapatkan sebuah mustika siluman

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
nugraha rangga
hehehe, sulit mau komen tapi mirip2 cerita narto dri kampung sebelah, buts its okay, lanting beruga punya local wisdom nya sendiri..
goodnovel comment avatar
Kartaputrawangsa
LAma bgt cerita selanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Cawan Kecil

    Di dalam kamarnya, Lanting Beruga terus mengurung diri, beberapa orang mengira dia masih melakukan meditasi untuk menyerap Pil Cakra Hijau, tapi sebenarnya dia sedang memahami Jurus Tarian Dewa Angin.Yang dipahami oleh Lanting Beruga adalah, jurus itu sebenarnya begitu menguras staminanya. Tentu saja, butuh beberapa ribu titik cakra tenaga dalam untuk menggunakan jurus itu, tapi bagaimana jika tanpa tenaga dalam?Satu-satunya cara yang mungkin bisa dilakukan Lanting Beruga adalah memasukkan kekuatan Roh Api pada Jurus Tarian Dewa Angin."Mode Kedua Aura Api," pikir Lanting Beruga. "Hanya itu satu-satunya cara agar dia memiliki jurus Tarian Dewa Angin yang kuat."Namun keraguan menyelimuti hati Lanting Beruga, mode ke dua Aura api terlalu membebani tubuhnya, pemuda itu takut jika dia kehilangan kesadaran ketika menggunakan kekuatan itu."Lanting ..." Suara Roh Api bergema di kepala pemuda itu. "Dengan level ototmu sekarang, aku yakin kau bisa mengg

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • LANTING BRUGA   Bersiap Berangkat

    Esok harinya, Subansari telah berhasil menyerap mustika siluman kualitas terbaik, tekanan tenaga dalamnya menunjukan jika dia berada dipuncak pendekar emas saat ini. Hanya setengah langkah lagi untuk mencapai pendekar tanding.Jika dia memiliki waktu satu minggu lagi, dengan sumber daya pelatihan yang sama, gadis itu mungkin akan menjadi pendekar tanding termuda di wilayah Majangkara.Gadis itu berlari menemui Jendral Dewangga, lalu menanyakan apakah Lanting Beruga telah keluar dari latihan tertutupnya."Belum, dia masih menutup rapat pintu kamarnya," jawab Jendral Dewangga."Bukankah hari ini kita akan pergi ke Sursena?" tanya Subansari. "Apa menurutmu Lanting akan berhasil menyerap Pil Cakra Hijaunya?"Subansari sebenarnya merasa sedikit bangga karena menyelesaikan latihan tertutupnya lebih cepat dari murid kesayangan neneknya itu.Bagaimanapun, Subansari tidak bisa terima jika Lanting Beruga lebih hebat dari dirinya.Namun ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • LANTING BRUGA   Jalur Kelabang

    Lanting Beruga masih berusaha mengontrol kekuatan Roh Api, sehingga dia tidak terlalu khwatir ketika menggunakan kekuatan itu, mode kedua Aura Api. "Jika aku bisa mengendalikan kekuatan ini, bukan hanya aku dapat memiliki energi panas, tapi juga memiliki aura api ..." gumam Lanting Beruga. Pemuda itu berambisi untuk menciptakan sebuah aura, sebagaimana tekanan tenaga dalam pada setiap diri pendekar. Lagipula tekanan tenaga dalam juga sering dikatakan sebagai aura tenaga dalam. Apapun jenisnya, aura dapat menciptakan rasa takut kepada musuh. Hanya dengan merasakan aura seseorang, biasanya pendekar sudah dapat melihat sekuat apa lawan mereka. Melemahkan mental. Mode Ke dua Aura Api, bukan hanya memberi Lanting Beruga energi panas tapi juga memberinya aura panas yang dapat membuat pendekar dibawah level perunggu kehilangan kesadaran mereka. Jadi sekarang di dalam kepala pemuda itu ada banyak hal yang harus dia pahami, Keinginan pedang, ju

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • LANTING BRUGA   Racun Asap

    Tidak ada yang terjadi di hari ini, meski berada di tempat yang benar-benar tidak memiliki aturan sama sekali.Beberapa pendekar aliran hitam datang ke tempat itu, tapi tidak ada yang terlalu berani membuat onar, lagi pula orang yang memiliki otak tidak akan mendekati pendekar aliran hitam, jika matanya masih ingin melihat matahari besok pagi.Jendral Dewangga memesan sebuah tempat untuk ditinggali malam ini. Karena rumah yang disewa tidak terlalu besar, maka Lanting Beruga tidur bersama Dewangga dan Kusir Kuda, sementara Subansari tidur di kamar sebelah.Menjelang tengah malam, Lanting Beruga memutuskan untuk keluar dari kamarnya, keluar dari rumah itu dan melihat suasana jalur kelabang di malam hari.Tempat itu dipenuhi dengan obor dan lampu pelita, cukup damai jika malam hari."Masih ada orang yang berdagang?" tanya Lanting Beruga.Tidak jauh dari lokasi penginapannya, ada bangunan yang menjual aneka ragam keperluan pendekar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • LANTING BRUGA   Seperti Yang Diharapkan

    Didalam kamarnya, Jendral Dewangga menyadari sesuatu yang tidak beres, jadi dia segera terjaga dan mengeluarkan bilah pedangnya.Sang Kusir mengikuti di belakang pria tua itu, meski dia hanya kusir tapi dia bisa bertarung seperti halnya para pendekar."Tutup mulut dan hidung!" perintah Jendral Dewangga. "Kurang ajar, mereka ingin bermain licik ..."Asap semakin mengepul di dalam penginapan tersebut, mulai membuat jarak pandangan mata menjadi terbatas.Jendral Dewangga baru ingat mengenai Subansari, bergegas ke kamar gadis itu dan menemukan Subansari berjalan sempoyongan.Rupanya Subansari telah menghirup asap beracun ini, membuat dia mulai lumpuh. "Jaga dia !" ucap Jendral Dewangga, kepada Kusir Kudanya.Pria tua itu kembali lagi ke kamar untuk memastikan keberadaan Lanting Beruga, tapi pemuda itu tidak ada lagi di dalam penginapan.Wajah Jendral Dewangga menjadi panik, apakah mereka sengaja datang ke tempat ini untuk mengincar Lantin

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • LANTING BRUGA   Pembalasan

    Nyai Seburuk Mayat meski dapat melihat cahaya merah yang datang tiba-tiba tersebut, tapi dia tidak bisa menghentikannya merebut Subansari yang dikelilingi oleh banyak anak buahnya. Pergerakan yang benar-benar cepat, Nyai Seburuk Mayat belum pernah melihat ada pendekar di bawah level tanding yang memiliki kecepatan seperti itu. Lanting Beruga membawa Subansari menjauhi tempat ini, sejauh yang dia bisa kemudian menyembunyikan tubuh gadis itu di antara batu-batu besar. Garuda Kencana datang terlambat, dia berkicau kecil menanyakan apa yang harus mereka lakukan saat ini. "Aku akan kembali, Jendral Dewangga mungkin sedang bertarung saat ini," ucap Lanting Beruga. "Namun kau harus berada di sini, melindungi Subansari." "Klik Klik Klik ..." Burung Kecil itu dapat bekerja sama, Lanting Beruga merasa lega meninggalkan Subansari saat ini. Pemuda itu kembali ke jalur Kelabang. Musuh yang dihadapi oleh Dewangga kali ini adalah petinggi Bulan Merah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • LANTING BRUGA   Dewangga Terpojok

    Nyai Seburuk Mayat memasang kuda-kuda untuk menyerang, cahaya ungu mulai menyelimuti belati angkara murka di tanganya."Tebasan Seribu Derita."Banyak larik cahaya hijau berbentuk bulan sabit mengarah pada Jendral Dewangga.Serangan jarak jauh, yang sangat kuat. Puing-puing bangunan yang ada di tempat ini berhamburan, ledakan terjadi ketika setiap larik cahaya mengenai benda apapun.Bom bom bomJendral Dewangga mencoba menghindari semua serangan beruntun lawannya, hampir saja dia berhasil tapi salah satu dari anak buah Nyai Seburuk Mayat juga melepaskan serangan tak terduga, yang mengenai tubuh tua Jendral Dewangga.Serangan itu mungkin tidak seberapa bagi pak tua tersebut, tapi karena hal itu konsentrasinya menjadi terganggu, selarik cahaya ungu datang ke arah dirinya. Terkena telak.Tubuh tua Jendral Dewangga melayang beberapa saat di udara, sebelum kemudian terhempas, terseret beberapa jauhnya.Permukaan tanah membuat

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • LANTING BRUGA   Lanting Bertindak

    Beberapa orang melihat hanya seorang pemuda yang mengayunkan pedang bercahaya merah. Tapi kekuatan yang ditimbulkan dari pedan bercahaya merah itu, bisa membuat semua benda hangus menjadi abu. "Sial, siap itu?!" berteriak keras kusir kuda yang menghianati mereka. "Aku ..." jawab Lanting Beruga. "Teganya kau menghianati kami." Kusir itu mengangkat pedangnya, mencoba menahan serangan Lanting Beruga dengan perasaan takut. "Tunggu, aku hanya dipaksa oleh mereka!" ucap kusir kuda tersebut. "Aku melangkah di jalan pedang, jika kau mati maka kau telah bersalah ..." Lanting Beruga mengayunkan pedangnya secepat kilat, memotong pedang kusir penghianat itu, juga memotong tubuh orang itu menjadi dua bagian. Sesaat kusir kuda menggelepar seperti ikan emas yang berada di daratan, dia berteriak keras, berguling dan berteriak keras lagi. Pemandangan itu membuat beberapa orang yang tersisa menjadi ketakutan. Setelah itu, l

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status