Satu jam telah berlalu begitu cepat, kekacauan yang ditimbulkan oleh pertarungan antar pendekar memang tidak dapat dihindari lagi. Lebih-lebih beberapa orang hebat itu, mulai berpindah tempat.
Sementara itu, Neon tampaknya lebih memikirkan Pabrik Sumber Daya Pelatihan dibandingkan keadaan Kota Air Akelois.Dia tidak peduli dengan penduduk yang terluka atau pula anak buahnya yang terbunuh. Bagi Neon, semua sumber daya pelatihan harus siap besok pagi, sebelum Sekte Abu-Abu datang ke tempat ini."Simpan semua sumber daya di dalam gudang, tutup dengan rapat, dan pastikan tidak ada yang mendekati gudang tersebut!" teriak Neon, memerintahkan kepala pabrik sumber daya untuk segera mengangkut sumber daya pelatihan.Jikapun pertarungan yang melibatkan pabrik ini terjadi, maka paling tidak ada stock sumber daya pelatihan yang bisa diamankan untuk besok pagi.Namun tidak dapat disembunyikan, wajah Neon menampakan ketegangan dan kekhawatiran. Ada baKehebatan Pendekar Kaki Batu rupanya tidak cukup kuat untuk menghadapi semua serangan Achiles sang pemimpin keluarga Camar Putih. Nyatanya, tidaka ada satupun serangan Pendekar Kaki Batu yang berhasil melukai tubuh Achiles, tidak ada!Satu jam sebelum benturan terjadi, Pendekar Kaki Batu melepaskan sebuah serangan tendangan, yang menarik perhatian semua orang.Ya, pada saat itu, Pendekar Kaki Batu melompat ke atas awang-awang, dan pada saat yang sama, kaki pincangnya berubah menjadi besar seperti kaki raksasa, ukurannya mungkin sebesar rumah dengan urat besar dan kuku yang tajam.Kaki itu bukan hanya besar dan kekar, tapi juga mulai berubah warna menjadi warna beton.Dengan menggunakan kaki tersebut, Pendekar Kaki Beton menendang tubuh Achiles, tapi hal tak terduga membuat dirinya hampir saja muntah darah.Kaki sebesar itu, dapat ditahan oleh Achiles dengan satu telapak tangannya saja. Tidak lebih! tubuh Achiles memang bergerak beberapa
Raksasa Batu semakin mengamuk di atas dataran tinggi, lebih-lebih ketika dia menyadari bahwa kemunculannya tidak lantas membuat Lanting Beruga berhenti membantai semua prajurit penjaga Kastil Gagak Hitam.Areta gadis kecil yang mengendalikan raksasa batu tersebut, mulai kehabisan cara untuk menekan Lanting Beruga.Dia telah menggunakan semua teknik yang dimilikinya, mencoba menekan Pemuda itu, tapi hingga saat ini, Lanting Beruga hanya terkena tiga kali pukulan tinju besar raksasa. Tiga kali pukulan itu, tidak membuat Lanting Beruga jatuh.Seolah raksasa batu baru saja meninju seonggok logam yang memiliki kekerasan 10 kali lipat dari logam biasa."Apa yang terjadi, kenapa aku tidak bisa membunuh manusia ini?" Areta diliputi dengan penuh tanda tanya besar, sekarang dia baru menyadari jika Lanting Beruga berbeda dari orang-orang yang pernah dia hadapi.Kebanyakan musuh yang pernah melawan raksasa batu, tidak sampai menerima 3 kali serangan
Areta kini hanya sendiri, semua pasukan yang dimiliki oleh dirinya telah lenyap sudah, di habisi oleh Lanting Beruga tanpa tersisa.Raksa batu besar yang memiliki ukuran lebih dari dua kali pohon kelapa tersebut, tidak mampu melakukan tugas seperti yang diharapkan oleh Kelompok Gagak Hitam, dan ini mungkin kegagalan pertama bagi gadis kecil tersebut.Lanting Beruga sekali lagi menatap batu besar itu dengan mata asura, menemukan jalur energi yang berasal dari dalam Kastil Gagak Hitam yang letaknya mungkin hanya beberapa ratus depa dari tempat mereka bertarung."Jadi kau bersembunyi di dalam bangunan itu?" Lanting Beruga mengerahkan sedikit lebih banyak energi api ke dalam pedangnya, dan melompat ke awang-awang hingga posisi tubuh pemuda itu sejajar dengan wajah Patung Besar tersebut."Terima ini!" teriak Lanting Beruga, pada saat yang sama, cahaya merah terang memancar seperti bulan sabit, lalu membelah patung batu besar itu menjadi dua bagian.
Areta mungkin berpikir jika bola berduri yang melindungi dirinya akan cukup kuat untuk menahan serangan Lanting Beruga, tapi pemikiran gadis itu tentu saja salah besar.Energi yang ada pada ujung duri memang melakukan perlawan, tapi panas yang dihasilkan oleh pedang sisik naga hijau di tangan Lanting Beruga, bukan tandingan bagi gadis kecil tersebut.Satu tebasan cepat kini berhasil membuka bola berduri itu, seolah pisau tajam yang membelah telur menjadi dua bagian.Hampir saja mata pedang itu mengenai wajah Areta, jika bukan karena Lanting Beruga segera menahan kekuatannya.Sekarang jarak antara mata pedang sisik naga hijau dengan wajah gadis kecil itu hanya menyisakan satu jengkal saja.Namun, karena kekuatan panas yang menyelimuti pedang tersebut, membuat wajah Areta terasa begitu panas."Ahkkkkk!" Areta tidak dapat menguasai dirinya lagi, dia hanya terpaku berdiri menatap wajah Lanting Beruga, sebelum kemudian matanya mulai k
Sementara itu, Omiros yang menyadari akan adanya bahaya di dalam Kastil Gagak Hitam, tidak dapat melakukan banyak hal karena dirinya harus menahan Achiles.Pertarungan antara dua orang itu telah terjadi begitu sengit, dan menimbulkan banyak kehancuran pada dataran tinggi tersebut.Tanah dipenuhi oleh telaga kering karena pukulan energi dari dua orang pendekar itu.Namun, nyatanya Achiles tidak mampu mengalahkan Omiros semudah dia mengalahkan Pendekar Kaki Beton, karena selain kekuatan Omiros yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Pendekar Kaki Beton, teknik yang dimiliki oleh Omiros memang jauh lebih baik.Selain itu, sayap yang ada di puncak Omiros membuat Achiles sulit untuk mendekatinya dengan serangan jarak dekat.Pertukaran serangan antara ke dua orang itu sebenarnya lebih banyak terjadi pada jarak jauh, dengan saling melepaskan jurus-jurus level tinggi, meskipun cukup sering melakukan kontrak pisik dan bertarung jarak dekat.
Ukuran Garuda Kencana kini berbeda dari ukuran dirinya sebelum masuk ke dalam Tanda Api milik Lanting Beruga. Dia hampir sebesar sapi, dengan dua sayap yang mulai bercabang pada bagian pangkalnya.Benar, mutasi Garuda Kencana setelah menyerap banyak sekali sumber daya di dalam tanda api, membuat sayapnya kecil tiba-tiba muncul tepat di belakang sayap utama.Hal ini membuat Lanting Beruga benar-benar terpesona sekaligus bangga. Rasa sesal karena sumber daya pelatihannya dihabiskan oleh Garuda Kencana, akhirnya terobati pula.Klikkkkk ....Teriakan mahluk tersebut juga lebih keras lagi, mengandung tekanan udara yang membuat benda apapun di sekitar dirinya terpental beberapa depa ke belakang.Dia berdiri dengan dua kakinya yang kuat, dengan dada membusung ke depan dan tatapan mata yang tajam mengintimidasi.Bulu putih kini mulai memiliki motif emas pada bagian ekor dan sayap serta di tengah kepala. "Huaaaaa!" Lanting Berug
Perseteruan masih terjadi hingga hari menjelang petang. Kini matahari mulai condong ke ufuk barat, dan udara mulai terasa lebih dingin jika dibandingkan dengan sebelumnya.Setengah dari Kastil Gagak Hitam hampir luluh lanta oleh karena perbuatan Lanting Beruga dan panter sejatinya, Garuda Kencana.Kombinasi serangan antara dua teman berbeda jenis itu, tidak dapat diantisipasi oleh pendekar Gagak Hitam. Ketika Garuda Kencana menghujani mereka dengan ratusan jarum sekeras perak, Lanting Beruga bertugas membersihkan lawan-lawan yang terluka.Bantuan dari Garuda Kencana memang benar-benar menguntungkan, karena sekarang Lanting Beruga tidak perlu menggunakan banyak kekuatan untuk menumpas lawan-lawannya.Klik klik.Teriakan yang keluar dari mulut Garuda Kencana, adalah tanda kematian bagi musuh yang mendengarnya."Hehehe .... tidak sia-sia kau menghabiskan sumber daya pelatihanku." Lanting Beruga tidak henti-hentinya memuji Garuda Ken
Ledakan cahaya terjadi tepat di hadapan Omiros, tapi entah kenapa sinar menyilaukan tidak membuat Omiros mati.Apa yang terjadi sebenarnya?Beberapa menit sebelum Achiles melepaskan jurus level tinggi untuk membunuh Omiros, Neon melihat tindakan itu dari dalam Pabrik Sumber Daya Pelatihan.Tentu saja, dirinya tidak akan membiarkan salah satu petingginya mati karena jurus yang sesaat lagi akan dilancarkan oleh Achiles. Oleh karena itu, pria itu dengan sangat terpaksa, meninggalkan Pabrik Sumber Daya, untuk menyelamatkan Eksekutif Keluarga Gagak Hitam."Apa yang terjadi?" Omiros bertanya-tanya saat ini, karena dirasanya cahaya yang begitu panas itu malah tidak berhasil melukai dirinya.Di sisi lain, Achiles merasa sangat yakin, jika serangannya dapat membunuh Omiros, atau paling tidak melumpuhkan organ dalam pria itu. Namun tiba-tiba."Neon, kau menyelamatkan diriku?" tanya Omiros, setelah menyadari jika Tuan dari Keluarga Gagak
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m