Lanting Beruga melangkah ke depan, matanya mendongak ke atas memperhatikan gaya bertarung Taring Naga.
Mata kirinya berdenyut kuat, memeriksa pola dan teknik-teknik yang dipakai oleh Taring Naga untuk menghadapi Pimpinan Serikat Satria.
"Ini hanya dugaanku saja, tapi jika kita bisa mengulur waktu sedikit lebih lama, kita akan memenangkan pertarungan ini ..." ucap Lanting Beruga.
Jika teknik ledakan titik cakra yang dilakukan Taring Naga memang benar, itu artinya ketika semua titik cakra terbakar habis, pria itu akan berubah menjadi manusia biasa tanpa kekuatan apapun.
Sejauh ini Taring Naga mungkin sudah membakar 2000 titik cakra di dalam tubuhnya, tampaknya jumlah itu akan bertambah sebelum dia bisa mengalahkan Pimpinan Serikat Satria.
Hanya tinggal 4000 titik cakra lebih lagi yang tersisa di dalam tubuh Taring Naga.
"Dia tidak akan menghentikan teknik tersebut ..." ucap Ketua Devisi Bayangan, dia mengeluarkan beberapa sumber daya lalu mene
Terjadi saling ejek yang dilakukan oleh Lanting Beruga dengan Ketua Devisi Bayangan mengenai jebakan benang emas yang gunakan oleh Lanting Beruga."Bersihkan ranjau itu!" ucap Ketua Devisi Bayangan, sambil mengepalkan tinjunya karena tidak tahan melihat sifat bodoh Lanting Beruga.Dengan bibir monyong, Lanting Beruga menarik semua benang yang sudah sempat dia tebar di jalur lintasan.Sementara di sisi lain, Taring Naga mulai jengkel, dia tidak bisa menunggu dua orang lawannya mengacuhkan dirinya dan sibuk membahas benang emas atau ranjau yang sebenarnya tidak terlalu berguna. Di saat seperti ini, berani-beraninya mereka berdua mengacuhkan Taring Naga."Kalian bisa melanjutkan perdebatan konyol itu di alam baka ..." ucap Taring Naga, menyerang Lanting Beruga terlebih dahulu.Namun pemuda itu bisa menghindarinya dengan cukup baik, dia bergerak secepat kilat lalu menyerang dari arah belakang.Serangan cepat Lanting Beruga hampir saja membuat Ta
Pow Pow. Mata kiri Lanting Beruga berdenyut begitu cepat, seolah akan keluar dari kelopak matanya, tapi energi batin yang dikirim oleh mata itu tidak cukup cepat untuk menghentikan serangan Taring Naga. Bahkan mungkin, kali ini serangan energi batin Lanting Beruga tidak berfungsi kepada Taring Naga. Namun tiba-tiba. Sebelum cakar kuku Taring Naga benar-benar begitu dekat dengan wajah Lanting Beruga, muncul cahaya terang yang tidak tahu asal muasalnya. Cahaya terang itu membentuk semacam kuncup bunga teratai yang cantik. Teng. Kuku tajam Taring Naga terhenti hanya setengah jari dari wajah Lanting Beruga. Nyaris saja kuku itu menancap bola mata kanannya. Lanting Beruga terkejut, Taring Naga juga terkejut dan Ketua Devisi Bayangan juga menampakan ekspresi yang sama. Lanting Beruga melihat ke bawah, berlian merah yang sempat diambilnya dari dasar bumi suku pedalaman membuat dirinya terangkat beberapa jengkal dari ta
Benar-benar diluar dugaan, Taring Naga masih hidup oleh karena Warisan Dewa Gunung Suci yang tiba-tiba menyelimutinya.Namun, meski demikian kelegaan yang dirasakan oleh Taring Naga tidak berlangsung lama. Dia mulai ketakutan ketika Lanting Beruga tersenyum tipis dengan mata kiri yang berkilat mengerikan."Ironis sekali, tadi kubah ini melindungi dirimu dari pedangku, tapi sekarang dia meletakkanmu tepat dihadapanku."Ucapan Lanting Beruga terdengar begitu datar, tapi mengandung makna yang begitu dalam.Taring Naga hendak melakukan sesuatu di dalam kubah sempit yang mirip seperti kuncup bunga teratai ini, tapi dia baru saja sadar jika semua titik cakranya telah terbakar.Yang tersisa hanya kekuatan pisiknya, tidak lebih kuat dari kekuatan pisik Lanting Beruga.Taring Naga menghela nafas dalam-dalam, dia kemudian berlutut di hadapan Lanting Beruga lalu menutup matanya, "Lakukan dengan cepat!"Lanting Beruga yang masih diselimuti oleh r
Lanting Beruga mengayunkan pedang dengan cepat, ketika pada saat yang sama Siung Rima terpaku oleh energi batinnya.Kesempatan bagus, pikir Lanting Beruga.Wush. Tebasan itu membuat luka di wajah Siung Rima."Sial ...aku meleset ..." ucap Lanting Beruga, padahal dia sudah cukup yakin telah mengunci pergerakan Siung Rima, tapi rupanya pria itu berhasil bergerak sehingga tebasan Lanting Beruga tidak mengenai batang lehernya."Tidak juga!" seru Ketua Devisi Bayangan. "Seranganmu membuka celahnya!""APA-"Siung Rima benar-benar terkejut, dia hendak bergerak menghindari serangan, tapi momentumnya tidak pas.Sementara di sisi lain, Ketua Devisi Bayangan telah memperhatikan gerakan Siung Rima dari tadi, mencoba melihat celah untuk melakukan serangan.Dia juga melihat arah serangan Lanting Beruga, kemudian memperkirakan gerakan menghindar Siung Rima, dan dari sini dia menemukan momentum untuk menyerang."Jurus Rembulan Sabit."
Ketika tanda-tanda warisan Kuno muncul, langit seolah akan runtuh, kilatan-kilatan cahaya menyiksa pandangan, dan sesekali petir menyambar pulau Serikat Satria.Untuk sejenak semua pertarungan terhenti, wajah mereka mendongak ke atas, menyaksikan detik-detik terbukanya celah dimensi menuju warisan Kuno.Orang-orang yanga ada di dalam Istana mulai keluar, hanya untuk melihat apakah yang terjadi dengan alam saat ini.5 raja tidak mengetahui mengenai warisan kuno atau sejenisnya. Ini adalah pengalaman pertama bagi mereka.Pimpinan Serikat Satria mengernyitkan kening, mulai memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi jika warisan itu sampai terbuka.Suah Suah.Aura kuat tiba-tiba muncul dari atas langit, pada saat yang sama sebuah garis lurus muncul dari ketiadaan.Garis itu mulai melengkung seiring waktu berjalan, memancarkan aura kuno yang mengerikan."Aku tidak pernah merasakan celah dimensi yang mengandung aura kuat sepert
Pertempuran pada kembali terjadi, setiap pihak mulai berniat untuk masuk ke dalam Warisan Kuno, dan ini benar-benar aneh.Lanting Beruga menyapukan pandangannya, pada arah pertempuran dan merasakan ada sesuatu yang ganjil.Ya, semua Ketua atau pula utusan dari aliran Darah Besi mulai sedikit lebih liar dari sebelumnya. Masing-masing dari mereka menyatakan layak untuk masuk ke dalam Warisan Kuno, dan menghalangi pihak lain untuk melewati celah tersebut.Rupanya meskipun aura kuno tadi tidak menghilangkan kesadaran mereka, tapi tetap saja kekuatan tersebut berdampak negatif.Saat ini, semua orang menunjukan sifat keserakahan mereka."Akulah yang lebih layak masuk ke dalam warisan tersebut!" berteriak salah satu Ketua Devisi, sebelum kemudian memukul lawannya.Lanting Beruga adalah satu-satunya orang yang masih berdiam diri, tidak melakukan tindakan apapun saat ini.Dia menatap ke langit, pada pusaran merah yang begitu tenang. Begi
Jikalah Ketua Devisi Bayangan saat ini tidak mabuk, mungkin dia akan menjadi seperti teman-temannya yang lain. Namun, Ketua Devisi Bayangan rupanya telah menggali informasi mengenai Warisan Kuno tersebut, dan sengaja membawa banyak tuak dalam pertarungan.Meskipun tuak yang dia minum masih kurang, tapi pada akhirnya Lanting Beruga memberikan tuak terbaik untuk pria tersebut.Pengaruh mabuk tuak berhasil menangkal aura kuno yang mencoba membangkitkan sifat serakah dalam diri Ketua Devisi Bayangan, tapi hal ini tidak akan bertahan lama.Ada dua kemungkinan terjadi kepada Ketua Devisi Bayangan, yang pertama dia mungkin akan menjadi gila seperti teman-temannya.Atau yang kedua, dia akan jatuh pingsan seperti para murid dan orang lain di tempat ini.Daripada menjadi gila, Ketua Devisi Bayangan tampaknya lebih memilih kehilangan kesadaran seperti yang dialami semua anggota Serikat Satria."Ketua ...," ucap Lanting Beruga. "Aku akan berusaha untuk
"Serangan seperti ini tidak akan menghentikan diriku!" Wakil Serikat Satria mencabut tiga jarum di pundaknya, meludah ke tanah setelah membuang jarum itu ke depan.Nyaris saja lemparan jarum itu mengenai wajah Rubah Perunggu."Semua yang kau lakukan tidak ada gunanya, perbuatanmu harus dibayar oleh darah, malah sekarang berpikir untuk merebut warisan kuno dari tanganku?" sambung Wakil Pimpinan Serikat Satria.Rubah Perunggu melepaskan sekali lagi senjata rahasia, tapi kali ini gagal mengenai tubuh Wakil Pimpinan Serikat.Alih-alih melemahkan pria tersebut, Rubah Perunggu malah mendapatkan serangan lebih keras.Sebuah serangan itu berasal dari jari telunjuk Wakil Pimpinan Serikat Satria. Entah apa yang terjadi, serangan itu memang sangat cepat sehingga Rubah Perunggu tidak bisa menghindarinya dengan baik."Ahkkk!" Rubah Perunggu meraung keras, jari telunjuk Wakil Pimpinan Serikat Satria masuk ke dalam pundaknya, lebih dalam dan semakin dalam.