Terjadi saling ejek yang dilakukan oleh Lanting Beruga dengan Ketua Devisi Bayangan mengenai jebakan benang emas yang gunakan oleh Lanting Beruga.
"Bersihkan ranjau itu!" ucap Ketua Devisi Bayangan, sambil mengepalkan tinjunya karena tidak tahan melihat sifat bodoh Lanting Beruga.
Dengan bibir monyong, Lanting Beruga menarik semua benang yang sudah sempat dia tebar di jalur lintasan.
Sementara di sisi lain, Taring Naga mulai jengkel, dia tidak bisa menunggu dua orang lawannya mengacuhkan dirinya dan sibuk membahas benang emas atau ranjau yang sebenarnya tidak terlalu berguna. Di saat seperti ini, berani-beraninya mereka berdua mengacuhkan Taring Naga.
"Kalian bisa melanjutkan perdebatan konyol itu di alam baka ..." ucap Taring Naga, menyerang Lanting Beruga terlebih dahulu.
Namun pemuda itu bisa menghindarinya dengan cukup baik, dia bergerak secepat kilat lalu menyerang dari arah belakang.
Serangan cepat Lanting Beruga hampir saja membuat Ta
Pow Pow. Mata kiri Lanting Beruga berdenyut begitu cepat, seolah akan keluar dari kelopak matanya, tapi energi batin yang dikirim oleh mata itu tidak cukup cepat untuk menghentikan serangan Taring Naga. Bahkan mungkin, kali ini serangan energi batin Lanting Beruga tidak berfungsi kepada Taring Naga. Namun tiba-tiba. Sebelum cakar kuku Taring Naga benar-benar begitu dekat dengan wajah Lanting Beruga, muncul cahaya terang yang tidak tahu asal muasalnya. Cahaya terang itu membentuk semacam kuncup bunga teratai yang cantik. Teng. Kuku tajam Taring Naga terhenti hanya setengah jari dari wajah Lanting Beruga. Nyaris saja kuku itu menancap bola mata kanannya. Lanting Beruga terkejut, Taring Naga juga terkejut dan Ketua Devisi Bayangan juga menampakan ekspresi yang sama. Lanting Beruga melihat ke bawah, berlian merah yang sempat diambilnya dari dasar bumi suku pedalaman membuat dirinya terangkat beberapa jengkal dari ta
Benar-benar diluar dugaan, Taring Naga masih hidup oleh karena Warisan Dewa Gunung Suci yang tiba-tiba menyelimutinya.Namun, meski demikian kelegaan yang dirasakan oleh Taring Naga tidak berlangsung lama. Dia mulai ketakutan ketika Lanting Beruga tersenyum tipis dengan mata kiri yang berkilat mengerikan."Ironis sekali, tadi kubah ini melindungi dirimu dari pedangku, tapi sekarang dia meletakkanmu tepat dihadapanku."Ucapan Lanting Beruga terdengar begitu datar, tapi mengandung makna yang begitu dalam.Taring Naga hendak melakukan sesuatu di dalam kubah sempit yang mirip seperti kuncup bunga teratai ini, tapi dia baru saja sadar jika semua titik cakranya telah terbakar.Yang tersisa hanya kekuatan pisiknya, tidak lebih kuat dari kekuatan pisik Lanting Beruga.Taring Naga menghela nafas dalam-dalam, dia kemudian berlutut di hadapan Lanting Beruga lalu menutup matanya, "Lakukan dengan cepat!"Lanting Beruga yang masih diselimuti oleh r
Lanting Beruga mengayunkan pedang dengan cepat, ketika pada saat yang sama Siung Rima terpaku oleh energi batinnya.Kesempatan bagus, pikir Lanting Beruga.Wush. Tebasan itu membuat luka di wajah Siung Rima."Sial ...aku meleset ..." ucap Lanting Beruga, padahal dia sudah cukup yakin telah mengunci pergerakan Siung Rima, tapi rupanya pria itu berhasil bergerak sehingga tebasan Lanting Beruga tidak mengenai batang lehernya."Tidak juga!" seru Ketua Devisi Bayangan. "Seranganmu membuka celahnya!""APA-"Siung Rima benar-benar terkejut, dia hendak bergerak menghindari serangan, tapi momentumnya tidak pas.Sementara di sisi lain, Ketua Devisi Bayangan telah memperhatikan gerakan Siung Rima dari tadi, mencoba melihat celah untuk melakukan serangan.Dia juga melihat arah serangan Lanting Beruga, kemudian memperkirakan gerakan menghindar Siung Rima, dan dari sini dia menemukan momentum untuk menyerang."Jurus Rembulan Sabit."
Ketika tanda-tanda warisan Kuno muncul, langit seolah akan runtuh, kilatan-kilatan cahaya menyiksa pandangan, dan sesekali petir menyambar pulau Serikat Satria.Untuk sejenak semua pertarungan terhenti, wajah mereka mendongak ke atas, menyaksikan detik-detik terbukanya celah dimensi menuju warisan Kuno.Orang-orang yanga ada di dalam Istana mulai keluar, hanya untuk melihat apakah yang terjadi dengan alam saat ini.5 raja tidak mengetahui mengenai warisan kuno atau sejenisnya. Ini adalah pengalaman pertama bagi mereka.Pimpinan Serikat Satria mengernyitkan kening, mulai memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi jika warisan itu sampai terbuka.Suah Suah.Aura kuat tiba-tiba muncul dari atas langit, pada saat yang sama sebuah garis lurus muncul dari ketiadaan.Garis itu mulai melengkung seiring waktu berjalan, memancarkan aura kuno yang mengerikan."Aku tidak pernah merasakan celah dimensi yang mengandung aura kuat sepert
Pertempuran pada kembali terjadi, setiap pihak mulai berniat untuk masuk ke dalam Warisan Kuno, dan ini benar-benar aneh.Lanting Beruga menyapukan pandangannya, pada arah pertempuran dan merasakan ada sesuatu yang ganjil.Ya, semua Ketua atau pula utusan dari aliran Darah Besi mulai sedikit lebih liar dari sebelumnya. Masing-masing dari mereka menyatakan layak untuk masuk ke dalam Warisan Kuno, dan menghalangi pihak lain untuk melewati celah tersebut.Rupanya meskipun aura kuno tadi tidak menghilangkan kesadaran mereka, tapi tetap saja kekuatan tersebut berdampak negatif.Saat ini, semua orang menunjukan sifat keserakahan mereka."Akulah yang lebih layak masuk ke dalam warisan tersebut!" berteriak salah satu Ketua Devisi, sebelum kemudian memukul lawannya.Lanting Beruga adalah satu-satunya orang yang masih berdiam diri, tidak melakukan tindakan apapun saat ini.Dia menatap ke langit, pada pusaran merah yang begitu tenang. Begi
Jikalah Ketua Devisi Bayangan saat ini tidak mabuk, mungkin dia akan menjadi seperti teman-temannya yang lain. Namun, Ketua Devisi Bayangan rupanya telah menggali informasi mengenai Warisan Kuno tersebut, dan sengaja membawa banyak tuak dalam pertarungan.Meskipun tuak yang dia minum masih kurang, tapi pada akhirnya Lanting Beruga memberikan tuak terbaik untuk pria tersebut.Pengaruh mabuk tuak berhasil menangkal aura kuno yang mencoba membangkitkan sifat serakah dalam diri Ketua Devisi Bayangan, tapi hal ini tidak akan bertahan lama.Ada dua kemungkinan terjadi kepada Ketua Devisi Bayangan, yang pertama dia mungkin akan menjadi gila seperti teman-temannya.Atau yang kedua, dia akan jatuh pingsan seperti para murid dan orang lain di tempat ini.Daripada menjadi gila, Ketua Devisi Bayangan tampaknya lebih memilih kehilangan kesadaran seperti yang dialami semua anggota Serikat Satria."Ketua ...," ucap Lanting Beruga. "Aku akan berusaha untuk
"Serangan seperti ini tidak akan menghentikan diriku!" Wakil Serikat Satria mencabut tiga jarum di pundaknya, meludah ke tanah setelah membuang jarum itu ke depan.Nyaris saja lemparan jarum itu mengenai wajah Rubah Perunggu."Semua yang kau lakukan tidak ada gunanya, perbuatanmu harus dibayar oleh darah, malah sekarang berpikir untuk merebut warisan kuno dari tanganku?" sambung Wakil Pimpinan Serikat Satria.Rubah Perunggu melepaskan sekali lagi senjata rahasia, tapi kali ini gagal mengenai tubuh Wakil Pimpinan Serikat.Alih-alih melemahkan pria tersebut, Rubah Perunggu malah mendapatkan serangan lebih keras.Sebuah serangan itu berasal dari jari telunjuk Wakil Pimpinan Serikat Satria. Entah apa yang terjadi, serangan itu memang sangat cepat sehingga Rubah Perunggu tidak bisa menghindarinya dengan baik."Ahkkk!" Rubah Perunggu meraung keras, jari telunjuk Wakil Pimpinan Serikat Satria masuk ke dalam pundaknya, lebih dalam dan semakin dalam.
Klik KlikGaruda Kencana berteriak keras, burung elang berkaki empat itu seolah mengatakan, "jangan khawatir, aku akan membawamu ke sana!"Ukuran siluman elang itu mungkin tidak sebesar burung-burung siluman lain, tapi tenaga dan kepakan sayapnya tidak bisa dianggap remeh.Jika hanya untuk menarik tubuh Lanting Beruga ke atas, dengan ukurannya yang mungkin baru sebesar bebek jantan, bukan hal mustahil untuk dilakukannya."Garuda Kencana ..." Lanting Beruga tidak bisa melanjutkan ucapannya karena terharu melihat ketangkasan burung itu menarik tubuhnya hingga mendekati celah Warisan Kuno."Klik Klik Klik ..." jawab Garuda Kencana."Aku mengerti!" ucap Lanting Beruga.Di sisi lain, beberapa Ketua Devisi atau juga pihak musuh melihat ke atas dengan pandangan yang diselimuti oleh ekspresi amarah.Mereka tidak suka jika Lanting Beruga mendapatkan warisan kuno itu.Namun sayang sekali, tidak ada yang bisa mereka lakukan ketika
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m