Pertempuran pada kembali terjadi, setiap pihak mulai berniat untuk masuk ke dalam Warisan Kuno, dan ini benar-benar aneh.
Lanting Beruga menyapukan pandangannya, pada arah pertempuran dan merasakan ada sesuatu yang ganjil.
Ya, semua Ketua atau pula utusan dari aliran Darah Besi mulai sedikit lebih liar dari sebelumnya. Masing-masing dari mereka menyatakan layak untuk masuk ke dalam Warisan Kuno, dan menghalangi pihak lain untuk melewati celah tersebut.
Rupanya meskipun aura kuno tadi tidak menghilangkan kesadaran mereka, tapi tetap saja kekuatan tersebut berdampak negatif.
Saat ini, semua orang menunjukan sifat keserakahan mereka.
"Akulah yang lebih layak masuk ke dalam warisan tersebut!" berteriak salah satu Ketua Devisi, sebelum kemudian memukul lawannya.
Lanting Beruga adalah satu-satunya orang yang masih berdiam diri, tidak melakukan tindakan apapun saat ini.
Dia menatap ke langit, pada pusaran merah yang begitu tenang. Begi
Jikalah Ketua Devisi Bayangan saat ini tidak mabuk, mungkin dia akan menjadi seperti teman-temannya yang lain. Namun, Ketua Devisi Bayangan rupanya telah menggali informasi mengenai Warisan Kuno tersebut, dan sengaja membawa banyak tuak dalam pertarungan.Meskipun tuak yang dia minum masih kurang, tapi pada akhirnya Lanting Beruga memberikan tuak terbaik untuk pria tersebut.Pengaruh mabuk tuak berhasil menangkal aura kuno yang mencoba membangkitkan sifat serakah dalam diri Ketua Devisi Bayangan, tapi hal ini tidak akan bertahan lama.Ada dua kemungkinan terjadi kepada Ketua Devisi Bayangan, yang pertama dia mungkin akan menjadi gila seperti teman-temannya.Atau yang kedua, dia akan jatuh pingsan seperti para murid dan orang lain di tempat ini.Daripada menjadi gila, Ketua Devisi Bayangan tampaknya lebih memilih kehilangan kesadaran seperti yang dialami semua anggota Serikat Satria."Ketua ...," ucap Lanting Beruga. "Aku akan berusaha untuk
"Serangan seperti ini tidak akan menghentikan diriku!" Wakil Serikat Satria mencabut tiga jarum di pundaknya, meludah ke tanah setelah membuang jarum itu ke depan.Nyaris saja lemparan jarum itu mengenai wajah Rubah Perunggu."Semua yang kau lakukan tidak ada gunanya, perbuatanmu harus dibayar oleh darah, malah sekarang berpikir untuk merebut warisan kuno dari tanganku?" sambung Wakil Pimpinan Serikat Satria.Rubah Perunggu melepaskan sekali lagi senjata rahasia, tapi kali ini gagal mengenai tubuh Wakil Pimpinan Serikat.Alih-alih melemahkan pria tersebut, Rubah Perunggu malah mendapatkan serangan lebih keras.Sebuah serangan itu berasal dari jari telunjuk Wakil Pimpinan Serikat Satria. Entah apa yang terjadi, serangan itu memang sangat cepat sehingga Rubah Perunggu tidak bisa menghindarinya dengan baik."Ahkkk!" Rubah Perunggu meraung keras, jari telunjuk Wakil Pimpinan Serikat Satria masuk ke dalam pundaknya, lebih dalam dan semakin dalam.
Klik KlikGaruda Kencana berteriak keras, burung elang berkaki empat itu seolah mengatakan, "jangan khawatir, aku akan membawamu ke sana!"Ukuran siluman elang itu mungkin tidak sebesar burung-burung siluman lain, tapi tenaga dan kepakan sayapnya tidak bisa dianggap remeh.Jika hanya untuk menarik tubuh Lanting Beruga ke atas, dengan ukurannya yang mungkin baru sebesar bebek jantan, bukan hal mustahil untuk dilakukannya."Garuda Kencana ..." Lanting Beruga tidak bisa melanjutkan ucapannya karena terharu melihat ketangkasan burung itu menarik tubuhnya hingga mendekati celah Warisan Kuno."Klik Klik Klik ..." jawab Garuda Kencana."Aku mengerti!" ucap Lanting Beruga.Di sisi lain, beberapa Ketua Devisi atau juga pihak musuh melihat ke atas dengan pandangan yang diselimuti oleh ekspresi amarah.Mereka tidak suka jika Lanting Beruga mendapatkan warisan kuno itu.Namun sayang sekali, tidak ada yang bisa mereka lakukan ketika
10 hari telah berlalu. Di alam nyata, 5 raja baru saja pergi meninggalkan Istana Serikat Satria. 5 Ketua Devisi ditugaskan untuk mengantar mereka sampai ke negri masing-masing. Istana Serikat Satria tidak dalam kondisi baik-baik saja, ada banyak bangunan yang harus diperbaiki dan lebih banyak orang yang harus diobati. Pemakaman besar masih basah oleh air mata, dalam beberapa tahun terakhir, bulan ini adalah bulan paling berduka semenjak Serikat Satria di bentuk. Ada lebih dari 200 murid junior mati, lebih dari 100 orang murid senior dan beberapa banyak pula tetua yang ikut tewas. Jumlah itu tidak termasuk murid dan tetua sesat yang melakukan pemberontakan. Di dalam Istana Serikat Satria, Pimpinan Serikat masih terbujur lemah dengan banyak lilitan perban memenuhi tubuhnya. Ya, dia adalah orang yang paling berjasa mengusir utusan aliran darah besi. Pimpinan Serikat Satria berhasil membunuh beberapa orang anggota darah bes
Di tempat lain.Yanca melaporkan kejadian memalukan kepada pimpinan tertinggi aliran darah besi, tapi buka simpati yang dia dapatkan melainkan pukulan keras yang mengenai wajahnya.Pimpinan itu berselimut baja di sekujur tubuhnya, dengan perawakan tubuh yang tinggi besar dan mengenakan topeng baja sehingga hanya biji mata dan mulut saja yang tampak dari wajah tersebut.Pakaian baja yang dia gunakan menunjukan betapa kuat dan tangguh dirinya, seorang yang telah mencapai level langit dasar di jalur kependekaran."Memalukan!" ucap pria tersebut, suaranya bergemah memenuhi seluruh ruangan gelap di markas besar mereka. "Kalian kembali dengan kegagalan.""Maafkan kami, Ketua-"Plak.Sebuah pukulan kembali mendarat di wajah Yanca, membuat pria itu muntah darah. Salah satu giginya bahkan tanggal karena kepalan tinju berselimut baja itu.Yanca tidak berani lagi berkata.Ketua Aliran Darah Besi memang terkenal buas dan ganas
Berita penyerangan yang dilakukan oleh Aliran Darah Besi akhirnya tersebar luas di lima negara di pulau Sundaland. Bukan hanya itu, beberapa benua tetangga juga mulai mendengar desa desu penyerangan tersebut. "Syukurlah Serikat Satria bisa menahan serangan dari dunia tengah ..." seorang wanita tua memeluk cucunya yang masih kecil, sambil menahan tangis haru. Tidak bisa dia bayangkan jika akhirnya Serikat Satria gagal menahan Aliran Darah Besi, bisa saja cucu kecil ini akan menjadi sengsara sebelum tumbuh menjadi dewasa. Sementara Kerajaan Sembilan, sang Raja disambut oleh tangisan haru sang istri dan anak-anaknya. "Aku baik-baik saja ..." ucap Raja Sembilan. "Maaf karena perjalanan pulangku sedikit terhambat, tapi beruntung Ketua Devisi Pengobatan yang menjaga perjalanan kami." Para pendekar aliran putih dan sesat yang berada di lima negara juga mendengar informasi tersebut, dan hampir tidak percaya jika ternyata ada organisasi set
Garuda Kencana mengalami hal yang aneh, bulu-bulunya tiba-tiba berdiri seolah bulu kuduk yang berdiri.Mahluk itu kemudian bertingkah seperti orang mabuk, berjalan terhuyung lalu jatuh tersandar di permukaan akar pohon yang besar.Matanya mungkin sedang berkunang-kunang saat ini."Garuda, apa kau baik-baik saja?" Lanting Beruga bergegas memeriksa kondisi burung tersebut, menggoyangkan tubuhnya, menarik dua sayap bahkan membuka paruhnya. "Hoi, apa kau baik-baik saja?""KLIK!" Garuda Kencana tersadar pula sebelum Lanting Beruga berniat menjejalkan jarinya kedalam kerongkongan burung tersebut."Klik Klik Klik!" Suara Garuda Kencana terdengar nyaring, tampaknya sedang memaki Lanting Beruga. 'Apa kau mau membunuhku, dasar manusia bodoh?'Lanting Beruga tertawa kecil, menggaruk kepalanya lalu membuang muka ke sisi lain. Masih bersiul kecil seolah tidak melakukan sesuatu.Namun akhirnya Lanting Beruga menyadari sesuatu, "tubuhmu bertambah be
Lanting Beruga terpaksa mengeluarkan mode ke empat, Dewa Api, hanya untuk mematahkan satu sayap burung aneh ini.Bersama burung itu, Lanting Beruga jatuh ke sisi hutan lain di pulau aneh ini. Dia jatuh dibagian hutan tanpa rumput, hutan gersang dengan pohon berduri seperti pohon dadap.Burung aneh yang menangkap dirinya jatuh tidak jauh dari tempatnya berada, matanya masih mendelik mungkin berniat memakan Lanting Beruga bulat-bulat.Tapi pemuda itu dengan sekuat tenaga, berhasil menghabisi burung itu sebelum dia sempat mematuk dirinya.Kepala burung itu terpisah.Klik Klik. Garuda Kencana akhirnya berhasil menyusul Lanting Beruga."Sepertinya kita berada di hutan gersang," ucap Lanting Beruga. "Aku telah memeriksa tempat ini, tapi tidak ada pohon penolong," Lanting Beruga menamai pohon yang dibenci siluman, sebagai pohon penolong, tapi sayangnya di hutan ini dia tidak menemukan pohon sejenis itu. "Sepertinya kita tidak akan tidur nyeny