10 hari telah berlalu. Di alam nyata, 5 raja baru saja pergi meninggalkan Istana Serikat Satria.
5 Ketua Devisi ditugaskan untuk mengantar mereka sampai ke negri masing-masing.
Istana Serikat Satria tidak dalam kondisi baik-baik saja, ada banyak bangunan yang harus diperbaiki dan lebih banyak orang yang harus diobati.
Pemakaman besar masih basah oleh air mata, dalam beberapa tahun terakhir, bulan ini adalah bulan paling berduka semenjak Serikat Satria di bentuk.
Ada lebih dari 200 murid junior mati, lebih dari 100 orang murid senior dan beberapa banyak pula tetua yang ikut tewas.
Jumlah itu tidak termasuk murid dan tetua sesat yang melakukan pemberontakan.
Di dalam Istana Serikat Satria, Pimpinan Serikat masih terbujur lemah dengan banyak lilitan perban memenuhi tubuhnya.
Ya, dia adalah orang yang paling berjasa mengusir utusan aliran darah besi.
Pimpinan Serikat Satria berhasil membunuh beberapa orang anggota darah bes
Selagi Menunggu update Lanting, silahkan baca Nocel Mustika Naga Bumi karya Al. dijamin seru... Lanting Beruga akan update 4 bab atau 5 bab setiap hari sampai tanggal 25, semoga kalian suka.
Di tempat lain.Yanca melaporkan kejadian memalukan kepada pimpinan tertinggi aliran darah besi, tapi buka simpati yang dia dapatkan melainkan pukulan keras yang mengenai wajahnya.Pimpinan itu berselimut baja di sekujur tubuhnya, dengan perawakan tubuh yang tinggi besar dan mengenakan topeng baja sehingga hanya biji mata dan mulut saja yang tampak dari wajah tersebut.Pakaian baja yang dia gunakan menunjukan betapa kuat dan tangguh dirinya, seorang yang telah mencapai level langit dasar di jalur kependekaran."Memalukan!" ucap pria tersebut, suaranya bergemah memenuhi seluruh ruangan gelap di markas besar mereka. "Kalian kembali dengan kegagalan.""Maafkan kami, Ketua-"Plak.Sebuah pukulan kembali mendarat di wajah Yanca, membuat pria itu muntah darah. Salah satu giginya bahkan tanggal karena kepalan tinju berselimut baja itu.Yanca tidak berani lagi berkata.Ketua Aliran Darah Besi memang terkenal buas dan ganas
Berita penyerangan yang dilakukan oleh Aliran Darah Besi akhirnya tersebar luas di lima negara di pulau Sundaland. Bukan hanya itu, beberapa benua tetangga juga mulai mendengar desa desu penyerangan tersebut. "Syukurlah Serikat Satria bisa menahan serangan dari dunia tengah ..." seorang wanita tua memeluk cucunya yang masih kecil, sambil menahan tangis haru. Tidak bisa dia bayangkan jika akhirnya Serikat Satria gagal menahan Aliran Darah Besi, bisa saja cucu kecil ini akan menjadi sengsara sebelum tumbuh menjadi dewasa. Sementara Kerajaan Sembilan, sang Raja disambut oleh tangisan haru sang istri dan anak-anaknya. "Aku baik-baik saja ..." ucap Raja Sembilan. "Maaf karena perjalanan pulangku sedikit terhambat, tapi beruntung Ketua Devisi Pengobatan yang menjaga perjalanan kami." Para pendekar aliran putih dan sesat yang berada di lima negara juga mendengar informasi tersebut, dan hampir tidak percaya jika ternyata ada organisasi set
Garuda Kencana mengalami hal yang aneh, bulu-bulunya tiba-tiba berdiri seolah bulu kuduk yang berdiri.Mahluk itu kemudian bertingkah seperti orang mabuk, berjalan terhuyung lalu jatuh tersandar di permukaan akar pohon yang besar.Matanya mungkin sedang berkunang-kunang saat ini."Garuda, apa kau baik-baik saja?" Lanting Beruga bergegas memeriksa kondisi burung tersebut, menggoyangkan tubuhnya, menarik dua sayap bahkan membuka paruhnya. "Hoi, apa kau baik-baik saja?""KLIK!" Garuda Kencana tersadar pula sebelum Lanting Beruga berniat menjejalkan jarinya kedalam kerongkongan burung tersebut."Klik Klik Klik!" Suara Garuda Kencana terdengar nyaring, tampaknya sedang memaki Lanting Beruga. 'Apa kau mau membunuhku, dasar manusia bodoh?'Lanting Beruga tertawa kecil, menggaruk kepalanya lalu membuang muka ke sisi lain. Masih bersiul kecil seolah tidak melakukan sesuatu.Namun akhirnya Lanting Beruga menyadari sesuatu, "tubuhmu bertambah be
Lanting Beruga terpaksa mengeluarkan mode ke empat, Dewa Api, hanya untuk mematahkan satu sayap burung aneh ini.Bersama burung itu, Lanting Beruga jatuh ke sisi hutan lain di pulau aneh ini. Dia jatuh dibagian hutan tanpa rumput, hutan gersang dengan pohon berduri seperti pohon dadap.Burung aneh yang menangkap dirinya jatuh tidak jauh dari tempatnya berada, matanya masih mendelik mungkin berniat memakan Lanting Beruga bulat-bulat.Tapi pemuda itu dengan sekuat tenaga, berhasil menghabisi burung itu sebelum dia sempat mematuk dirinya.Kepala burung itu terpisah.Klik Klik. Garuda Kencana akhirnya berhasil menyusul Lanting Beruga."Sepertinya kita berada di hutan gersang," ucap Lanting Beruga. "Aku telah memeriksa tempat ini, tapi tidak ada pohon penolong," Lanting Beruga menamai pohon yang dibenci siluman, sebagai pohon penolong, tapi sayangnya di hutan ini dia tidak menemukan pohon sejenis itu. "Sepertinya kita tidak akan tidur nyeny
Setelah menghabiskan makanannya, Garuda Kencana terbang ke langit dan mencari sebuah tempat yang diselimuti oleh es.Cukup lama burung itu berkeliling, sesekali dia bahkan diserang oleh burung-burung raksasa yang lain.Setelah menghabiskan setengah hari lamanya, Garuda Kencana akhirnya menemukan tempat yang diselimuti oleh es abadi.Tepat di puncak gunung tinggi yang menjulang melewati awan putih. Ada dua puncak gunung tersebut, satu puncak terdapat kawah aktif yang menggelegak, satu puncak diselimuti oleh es abadi.Lanting Beruga tidak melihat satu puncak yang diselimuti oleh es tersebut, karena terhalang oleh puncak merapinya.Kembali Garuda Kencana menemui Lanting Beruga, melawan bahaya dari burung raksasa yang mengincar dirinya."Klik Klik Klik ..." Garuda Kencana berkicau dengan parau, sedikit mengupat tindakan burung besar yang mengejar dirinya. 'Jika aku cukup besar, akan kukejar mereka semua!' ucap Garuda Kencana.Lanting Beru
Butuh berhari-hari bagi Lanting Beruga untuk memanjat cadas tinggi itu. Di hari ke tiga dia telah melewati awan putih yang dingin. Lanting Beruga berhenti sejenak.Tiga hari tidak makan membuat dia mulai lelah, air pun tidak ada untuk diminum. Ketika malam hari, udara benar-benar terasa dingin menusuk kulit.Beruntung dia menggunakan pakaian dari bulu-bulu kelinci, jika tidak entahlah apa yang akan terjadi dengan pemuda tersebut, mengingat dia lebih terbiasa dengan sesuatu yang panas dibandingkan dengan dingin.Setelah berhenti satu malam, Lanting Beruga kembali memanjat cadas pegunungan ini. Di hari ke 7 akhirnya pemuda itu berhasil mencapai puncak tertinggi gunung yang diselimuti oleh es abadi."Aku sangat lapar ..." ucap Pemuda itu, terkapar di permukaan es yang dingin. "Sial, aku juga kedinginan ...."Garuda Kencana memeluk Lanting Beruga dari belakang, dengan sayap yang tebal. Tapi tetap saja, pemuda itu tidak bisa bertahan terlalu lama dengan
Lanting Beruga mulai menarik nafasnya, setelah memakan 3 buah timun es abadi yang sebenarnya berukuran kecil, hampir sebesar ibu jari hanya saja sedikit panjang.Rasa timun itu sangat dingin, tapi juga sedikit pahit. Benar-benar makanan yang tidak enak, tapi mungkin karena itulah dia mengandung khasiat yang cukup tinggi.Setelah beberapa waktu lamanya, Lanting Beruga menghembuskan nafas hijau dari dalam mulutnya. 3 buah timun es abadi sudah diserapnya dengan sangat cepat.Tidak ada kesulitan berarti bagi Lanting Beruga, ini karena dia telah terbiasa menyerap sumber daya pengeras tulang kualitas langka. Jadi menyerap timun es abadi, tidak terlalu sulit.3 timun es abadi tentu tidak terlalu berdampak kepada tulang Lanting Beruga, jadi di hari yang sama dia menyerap 3 timun es lagi.Dalam satu hari Lanting Beruga bisa menyerap 15 timun es abadi.Setelah satu minggu lamanya, Lanting Beruga baru merasakan jika ada pertumbuhan kualitas tulan
Seolah baru saja disengat oleh listrik, Lanting Beruga tertegun cukup lama. Dia tidak bergerak dari tempatnya, masih terpaku dengan tindakan yang dilakukan oleh pria berjubah gelap tersebut. Hanya dengan sekali serangan, seluruh siluman yang mengelilingi pohon apel jin musnah, meninggalkan mustika siluman di tanah. "Anak muda ..." ucap pria tersebut, "aku tahu kau ada di sana, keluarlah!" Lanting Beruga menelan ludahnya sekali, tidak mengerti bagaimana orang berjubah gelap itu mengetahui posisinya yang cukup jauh dari lokasi kejadian. "Aku sudah mengamatimu sejak dulu, jadi jangan bersembunyi lagi ..." Mendengar hal itu, Lanting Beruga bertambah heran sekaligus takut. Dengan langkah perlahan, Lanting Beruga mendekati pria berjubah gelap tersebut. Semakin dekat, semakin membuat tubuh Lanting Beruga menggigil. Mata kiri pemuda itu berdenyut lebih kuat saat ini, seolah melihat raja siluman purba yang berbahaya. "Kau menginginkan b