Butuh berhari-hari bagi Lanting Beruga untuk memanjat cadas tinggi itu. Di hari ke tiga dia telah melewati awan putih yang dingin. Lanting Beruga berhenti sejenak.
Tiga hari tidak makan membuat dia mulai lelah, air pun tidak ada untuk diminum. Ketika malam hari, udara benar-benar terasa dingin menusuk kulit.
Beruntung dia menggunakan pakaian dari bulu-bulu kelinci, jika tidak entahlah apa yang akan terjadi dengan pemuda tersebut, mengingat dia lebih terbiasa dengan sesuatu yang panas dibandingkan dengan dingin.
Setelah berhenti satu malam, Lanting Beruga kembali memanjat cadas pegunungan ini. Di hari ke 7 akhirnya pemuda itu berhasil mencapai puncak tertinggi gunung yang diselimuti oleh es abadi.
"Aku sangat lapar ..." ucap Pemuda itu, terkapar di permukaan es yang dingin. "Sial, aku juga kedinginan ...."
Garuda Kencana memeluk Lanting Beruga dari belakang, dengan sayap yang tebal. Tapi tetap saja, pemuda itu tidak bisa bertahan terlalu lama dengan
Lanting Beruga mulai menarik nafasnya, setelah memakan 3 buah timun es abadi yang sebenarnya berukuran kecil, hampir sebesar ibu jari hanya saja sedikit panjang.Rasa timun itu sangat dingin, tapi juga sedikit pahit. Benar-benar makanan yang tidak enak, tapi mungkin karena itulah dia mengandung khasiat yang cukup tinggi.Setelah beberapa waktu lamanya, Lanting Beruga menghembuskan nafas hijau dari dalam mulutnya. 3 buah timun es abadi sudah diserapnya dengan sangat cepat.Tidak ada kesulitan berarti bagi Lanting Beruga, ini karena dia telah terbiasa menyerap sumber daya pengeras tulang kualitas langka. Jadi menyerap timun es abadi, tidak terlalu sulit.3 timun es abadi tentu tidak terlalu berdampak kepada tulang Lanting Beruga, jadi di hari yang sama dia menyerap 3 timun es lagi.Dalam satu hari Lanting Beruga bisa menyerap 15 timun es abadi.Setelah satu minggu lamanya, Lanting Beruga baru merasakan jika ada pertumbuhan kualitas tulan
Seolah baru saja disengat oleh listrik, Lanting Beruga tertegun cukup lama. Dia tidak bergerak dari tempatnya, masih terpaku dengan tindakan yang dilakukan oleh pria berjubah gelap tersebut. Hanya dengan sekali serangan, seluruh siluman yang mengelilingi pohon apel jin musnah, meninggalkan mustika siluman di tanah. "Anak muda ..." ucap pria tersebut, "aku tahu kau ada di sana, keluarlah!" Lanting Beruga menelan ludahnya sekali, tidak mengerti bagaimana orang berjubah gelap itu mengetahui posisinya yang cukup jauh dari lokasi kejadian. "Aku sudah mengamatimu sejak dulu, jadi jangan bersembunyi lagi ..." Mendengar hal itu, Lanting Beruga bertambah heran sekaligus takut. Dengan langkah perlahan, Lanting Beruga mendekati pria berjubah gelap tersebut. Semakin dekat, semakin membuat tubuh Lanting Beruga menggigil. Mata kiri pemuda itu berdenyut lebih kuat saat ini, seolah melihat raja siluman purba yang berbahaya. "Kau menginginkan b
Pramudhita berbicara kepada Lanting Beruga, membuat pemuda ini menjadi terkejut seolah terpaku dengan bumi.Pramudhita akan melatih Lanting Beruga, alias dia akan menjadi gurunya di tempat ini."Jika kau bisa melihatku di alam nyata, aku mungkin sudah mengajarimu banyak hal tentang ilmu pedang," ucap Pramudhita. "Sayang, bangsa kami tidak bisa keluar di alam manusia sesuka hati kami, seperti siluman."Mendengar hal itu, mata Lanting Beruga berbinar-binar. Sebuah kebahagian yang teramat sangat baginya, menemukan sebuah guru sekuat Kakeknya."Teknik Angkara Jagat akan sulit dipelajari tanpa memahami semua pecahan teknik tersebut, tapi aku yakin kau sudah mengetahui hal itu, bukan?""Eyang, aku menguasai Teknik Awan Berarak, dan memahami sedikit teknik pedang emas, tapi aku tidak tahu mengenai teknik pedang bayangan.""Karena hal itu, aku akan mengajarimu teknik pedang bayangan ..." ucap Pramudhita.Hari ini juga, Pramudhita mulai menjel
Berhari-hari Lanting Beruga melatih diri untuk bisa memadatkan energi di telapak tangannya. Namun hal itu bukan tindakan yang mudah dilakukan.Hujan badai dan panas terik dia lalui, Lanting Beruga berusaha sekuat tenaga berlatih.Ketika malam hari, Pramudhita meminta Lanting Beruga melakukan meditasi atau tapa brata. Tujuannya hanya satu, agar pikiran pemuda itu menjadi tenang dan fokus.Bahkan Seno Geni membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam tapa brata, yang membuatnya hampir lupa caranya untuk bangun."Kurangi nafsu makanmu!" ucap Pramudhita. "Kebanyakan makan bisa membuat orang bodoh.""Apa? tapi aku ...""Jangan membantah gurumu!" bentak Pramudhita.Lanting Beruga menghela nafas berat, boleh jadi dia berlatih gigih sepanjang hari, tapi tanpa makanan dia kehilangan semangat.Ya, Pramudhita menyarankan Lanting Beruga melakukan meditasi, kemudian puasa di siang hari. Salah satu cara menguatkan jiwa adalah puasa dan tapa
Persiapan sudah selesai, Lanting Beruga duduk bersila di atas gubuk reot dan mulai menelan satu buah kacang lima warna.Baru pula kacang itu melewati batang kerongkongannya, Lanting Beruga sudah merasakan sensasi menyakitkan. Seolah dia baru saja menegak racun yang kuat.Namun, dia sudah terbiasa dengan rasa sakit setiap kali menyerap sumber daya pelatihan penguat tulang, jadi hal seperti ini tidak membuat dirinya terkejut.Menarik nafas dalam-dalam, Lanting Beruga mulai menyerap khasiat kacang lima warna dan disebarkan ke seluruh tubuhnya.Hari demi hari dilaluinya dengan rasa sakit, membuat tubuhnya kadang kala menyala seperti udang rebus, tapi kadang kala bergetar seperti kedinginan."Fokuskan pikiranmu, tenangkan jiwamu, jangan dipengaruhi oleh rasa takut dan amarah ..." ucap Pramudhita. "Jangan biarkan rasa sakit menguasai perasaan, karena sejatinya semua 'rasa' dapat dikendalikan, maka kau bisa menghilangkan rasa sakit itu dengan fikira
Sudah satu tahun lebih 6 bulan Pramudhita berada di sisi Lanting Beruga, hingga hari ini dia harus kembali ke tempatnya."Aku telah mengajarimu teknik pedang bayangan," ucap Pramudhita. "Sesungguhnya semua yang kuajarkan hanyalah dasar, selebihnya tergantung dengan dirimu sendiri, sekarang sudah saatnya aku kembali ke alamku, ada beberapa urusan yang harus aku kerjakan.""Eyang, apakah aku akan bertemu dengan dirimu kembali?" tanya Lanting Beruga."Aku tidak pernah meninggalkan dirimu, Lanting Beruga ..." ucap Pramudhita. "Pada suatu saat nanti, kau akan dapat melihat keberadaanku, meskipun berada di alam manusia."Lanting Beruga hanya mengangguk pelan, sebenarnya masih banyak hal yang harus dia pelajari dari gurunya ini, tapi tampaknya Pramudhita mempunyai masalah lain yang harus dia selesaikan.Ya, dia juga punya keluarga, punya kampung halaman dan tentu juga punya urusan sebagaimana manusia. Pramudhita telah meninggalkan keluarganya cukup lama,
Dengan perginya Pramudhita, kini hanya Lanting Beruga sendiri yang ada di warisan kuno. Setelah menyusun rencana, pemuda itu mulai menyusuri tempat itu sepetak demi sepetak.Beberapa siluman yang datang bukan lagi lawan pemuda tersebut, dia bisa mengalahkan sekelas siluman serigala purba dengan teknik pedang bayangan.Lanting Beruga menyimpan puluhan buah apel jin di dalam tanda apinya, kemudian beberapa mustika dan ramuan berharga lainnya.Sekarang tujuan Lanting Beruga adalah bangunan kuno yang ada di tengah pulau ini. Bangunan yang mungkin merupakan sebuah istana pada tempo dahulu.Ada 11 raja siluman purba menjaga istana itu, jika sampai 11 siluman itu bekerja sama, mereka bisa mengalahkan pendekar level langit dasar dengan mudah.Setiap malam Lanting Beruga melakukan meditasi yang dalam, berpuasa di siang hari dan berbuka sumber daya pelatihan ketika menjelang malam. Begitu seterusnya, sampai pemuda itu merasakan jiwanya semakin mantap dan kua
Lanting Beruga langsung menggunakan mode pertama, dan bergerak cepat untuk menghindari tikus tersebut. Ketika menemukan sebuah kesempatan, pemuda itu mengirim energi batin dalam jumlah besar kepada mahluk tersebut. Raja tikus hanya terhenti sejenak, mengetahui jika energi silumannya sedang dilemahkan oleh Lanting Beruga, tapi hal itu tidak berlangsung lama. "Lepas!" ucap raja tikus. Lanting Beruga tersentak, mata kirinya berdenyut kuat, ketika energi batinnya malah dikembalikan oleh siluman tersebut. Mendadak kepalanya terasa sedikit sakit. "Energi batin memang kekuatan manusia yang berguna untuk mengalahkan bangsa kami, tapi satu hal yang harus kau tahu, aku adalah Raja di tempat ini, energi batinmu tidak cukup kuat untuk melemahkanku!" Wush Wush Wush. Tikus itu bergerak cepat, kemudian entah dari mana asalnya, dia telah berada tepat di hadapan Lanting Beruga dengan mengayunkan pedang sebesar jari kelingking. M