Berhari-hari Lanting Beruga melatih diri untuk bisa memadatkan energi di telapak tangannya. Namun hal itu bukan tindakan yang mudah dilakukan.
Hujan badai dan panas terik dia lalui, Lanting Beruga berusaha sekuat tenaga berlatih.
Ketika malam hari, Pramudhita meminta Lanting Beruga melakukan meditasi atau tapa brata. Tujuannya hanya satu, agar pikiran pemuda itu menjadi tenang dan fokus.
Bahkan Seno Geni membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam tapa brata, yang membuatnya hampir lupa caranya untuk bangun.
"Kurangi nafsu makanmu!" ucap Pramudhita. "Kebanyakan makan bisa membuat orang bodoh."
"Apa? tapi aku ..."
"Jangan membantah gurumu!" bentak Pramudhita.
Lanting Beruga menghela nafas berat, boleh jadi dia berlatih gigih sepanjang hari, tapi tanpa makanan dia kehilangan semangat.
Ya, Pramudhita menyarankan Lanting Beruga melakukan meditasi, kemudian puasa di siang hari. Salah satu cara menguatkan jiwa adalah puasa dan tapa
Persiapan sudah selesai, Lanting Beruga duduk bersila di atas gubuk reot dan mulai menelan satu buah kacang lima warna.Baru pula kacang itu melewati batang kerongkongannya, Lanting Beruga sudah merasakan sensasi menyakitkan. Seolah dia baru saja menegak racun yang kuat.Namun, dia sudah terbiasa dengan rasa sakit setiap kali menyerap sumber daya pelatihan penguat tulang, jadi hal seperti ini tidak membuat dirinya terkejut.Menarik nafas dalam-dalam, Lanting Beruga mulai menyerap khasiat kacang lima warna dan disebarkan ke seluruh tubuhnya.Hari demi hari dilaluinya dengan rasa sakit, membuat tubuhnya kadang kala menyala seperti udang rebus, tapi kadang kala bergetar seperti kedinginan."Fokuskan pikiranmu, tenangkan jiwamu, jangan dipengaruhi oleh rasa takut dan amarah ..." ucap Pramudhita. "Jangan biarkan rasa sakit menguasai perasaan, karena sejatinya semua 'rasa' dapat dikendalikan, maka kau bisa menghilangkan rasa sakit itu dengan fikira
Sudah satu tahun lebih 6 bulan Pramudhita berada di sisi Lanting Beruga, hingga hari ini dia harus kembali ke tempatnya."Aku telah mengajarimu teknik pedang bayangan," ucap Pramudhita. "Sesungguhnya semua yang kuajarkan hanyalah dasar, selebihnya tergantung dengan dirimu sendiri, sekarang sudah saatnya aku kembali ke alamku, ada beberapa urusan yang harus aku kerjakan.""Eyang, apakah aku akan bertemu dengan dirimu kembali?" tanya Lanting Beruga."Aku tidak pernah meninggalkan dirimu, Lanting Beruga ..." ucap Pramudhita. "Pada suatu saat nanti, kau akan dapat melihat keberadaanku, meskipun berada di alam manusia."Lanting Beruga hanya mengangguk pelan, sebenarnya masih banyak hal yang harus dia pelajari dari gurunya ini, tapi tampaknya Pramudhita mempunyai masalah lain yang harus dia selesaikan.Ya, dia juga punya keluarga, punya kampung halaman dan tentu juga punya urusan sebagaimana manusia. Pramudhita telah meninggalkan keluarganya cukup lama,
Dengan perginya Pramudhita, kini hanya Lanting Beruga sendiri yang ada di warisan kuno. Setelah menyusun rencana, pemuda itu mulai menyusuri tempat itu sepetak demi sepetak.Beberapa siluman yang datang bukan lagi lawan pemuda tersebut, dia bisa mengalahkan sekelas siluman serigala purba dengan teknik pedang bayangan.Lanting Beruga menyimpan puluhan buah apel jin di dalam tanda apinya, kemudian beberapa mustika dan ramuan berharga lainnya.Sekarang tujuan Lanting Beruga adalah bangunan kuno yang ada di tengah pulau ini. Bangunan yang mungkin merupakan sebuah istana pada tempo dahulu.Ada 11 raja siluman purba menjaga istana itu, jika sampai 11 siluman itu bekerja sama, mereka bisa mengalahkan pendekar level langit dasar dengan mudah.Setiap malam Lanting Beruga melakukan meditasi yang dalam, berpuasa di siang hari dan berbuka sumber daya pelatihan ketika menjelang malam. Begitu seterusnya, sampai pemuda itu merasakan jiwanya semakin mantap dan kua
Lanting Beruga langsung menggunakan mode pertama, dan bergerak cepat untuk menghindari tikus tersebut. Ketika menemukan sebuah kesempatan, pemuda itu mengirim energi batin dalam jumlah besar kepada mahluk tersebut. Raja tikus hanya terhenti sejenak, mengetahui jika energi silumannya sedang dilemahkan oleh Lanting Beruga, tapi hal itu tidak berlangsung lama. "Lepas!" ucap raja tikus. Lanting Beruga tersentak, mata kirinya berdenyut kuat, ketika energi batinnya malah dikembalikan oleh siluman tersebut. Mendadak kepalanya terasa sedikit sakit. "Energi batin memang kekuatan manusia yang berguna untuk mengalahkan bangsa kami, tapi satu hal yang harus kau tahu, aku adalah Raja di tempat ini, energi batinmu tidak cukup kuat untuk melemahkanku!" Wush Wush Wush. Tikus itu bergerak cepat, kemudian entah dari mana asalnya, dia telah berada tepat di hadapan Lanting Beruga dengan mengayunkan pedang sebesar jari kelingking. M
Energi merah menggumpal menyelimuti pedang pusaka sisik naga hijau mulai berubah warna menjadi merah, membentuk sebuah motif yang sedikit unik.Lanting Beruga sengaja tidak menciptakan pedang energi dari roh api, karena menggunakan teknik tersebut benar-benar menguras kekuatan roh api, jadi dia menyelimuti pedang Sisik Naga Hijau dengan energi yang padat.Hasilnya, mungkin sedikit lebih kaut dari yang dipikirkan oleh Lanting Beruga. Kelemahan teknik ini hanya satu, Lanting Beruga tidak bisa melempar pedang ini, karena nyatanya pedang ini bukan pedang energi.Siluman tikus purba sedikit terkejut, tapi masih tidak berniat untuk mengalah dari lawannya.Dia juga mengumpulkan energi siluman pada pedangnya, menciptakan warna ungu pekat yang sedikit kehitaman."Jurus Murka Naga Bayangan!" teriak Lanting Beruga, mendorong pedangnya ke depan, pada saat yang sama seekor ular naga berwarna merah darah, bertanduk dua seperti rusa meraung keras di udara, meliuk
"Apa yang kau lakukan anak manusia?" tanya Siluman Tikus Purba."Hari ini kau telah menyadarkan diriku dari sifat jahat yang bersarang di dalam hati ini, sifat kejam dan sombong yang serakah ...aku telah menggunakan tangan ini sebagai pembunuh bagi bangsa siluman, bahkan bagiku kalian tidak lebih hanya makanan yang bisa mengenyangkan perutku," ucap Lanting Beruga. "Namun lebih jauh, ternyata kalian memiliki keluarga, teman dan hal-hal yang harus dilindungi seperti manusia. Ironis sekali seorang pendekar ingin bertambah kuat dengan alasan melindungi keluarganya, tapi malah menghancurkan keluarga yang lain."Mendengar hal itu, Siluman Tikus Purba terdiam sejenak. Otaknya mungkin sedang berpikir saat ini, mungkin pula menganggap Lanting Beruga adalah manusia bodoh dan gila, atau bahkan menganggap pemuda itu sangat licik dengan ucapannya yang manis."Sungguh kau menyesali tindakanmu?" tanya Siluman Tikus Purba."Aku menyesal, dan aku minta maaf ...""A
Semenjak pertarungan itu, Siluman Tikus Purba yang merupakan satu dari 11 raja siluman purba di tempat ini mulai memandang Lanting Beruga dari sudut pandang yang berbeda.Mahluk itu mencari beberapa ramuan untuk mengobati luka di lengan kanan Lanting Beruga. Menariknya, kedua mahluk berbeda alam tersebut mulai saling dekat, seolah menemukan teman baru.Siluman Tikus kadang kala akan bercerita mengenai banyak hal yang berkaitan dengan warisan kuno.Menurutnya, setiap 20 tahun satu kali akan ada manusia yang datang ke tempat ini. Hanya saja, celah dimensi atau tabir gaib terbuka acak di seluruh penjuru dunia.Ini tidak baik, ucap siluman tikus tersebut. Dahulu rentang celah warisan kuno akan terbuka selama 1000 tahun satu kali, kemudian menjadi 100 tahun satu kali, dan sekarang malam 20 tahun satu kali."Kenapa bisa seperti itu?" tanya Lanting Beruga."Tabir gaib semakin rusak karena mungkin faktor alam, membuat kemunculan celah dimensi semaki
Raja siluman Serigala Purba sangat sulit ditenangkan ketika hal bahaya menyangkut anaknya semata wayang. Usia pangeran serigala mungkin 20 tahun, atau sedikit lebih tua. Usia seperti itu mungkin sudah begitu besar, tapi di alam siluman pangeran serigala masih seperti bayi mungil yang baru saja bisa berjalan."Yang Mulia, kita harus tenang ..." ucap salah satu serigala yang lain. "Jangan bertindak gegabah atau semuanya akan mati.""Bagaimana aku bisa tenang, anakku berada di tangan manusia," timpal siluman serigala tersebut, salah satu matanya telah buta, ada tiga goresan luka di mata kanan raja itu.Pertarungannya melawan raja siluman macan telah membuat wajahnya hancur dipenuhi oleh bekas luka."Kalian tentu tahu apa yang bisa dilakukan oleh manusia terhadap putraku?" sambung raja siluman serigala purba.Dengan kuku tajam di jari jemarinya, pria itu berniat keluar dari wilayah hutan dan mencari kemana manusia itu membaca putranya."Dalam si
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m