Semenjak pertarungan itu, Siluman Tikus Purba yang merupakan satu dari 11 raja siluman purba di tempat ini mulai memandang Lanting Beruga dari sudut pandang yang berbeda.
Mahluk itu mencari beberapa ramuan untuk mengobati luka di lengan kanan Lanting Beruga. Menariknya, kedua mahluk berbeda alam tersebut mulai saling dekat, seolah menemukan teman baru.
Siluman Tikus kadang kala akan bercerita mengenai banyak hal yang berkaitan dengan warisan kuno.
Menurutnya, setiap 20 tahun satu kali akan ada manusia yang datang ke tempat ini. Hanya saja, celah dimensi atau tabir gaib terbuka acak di seluruh penjuru dunia.
Ini tidak baik, ucap siluman tikus tersebut. Dahulu rentang celah warisan kuno akan terbuka selama 1000 tahun satu kali, kemudian menjadi 100 tahun satu kali, dan sekarang malam 20 tahun satu kali.
"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Lanting Beruga.
"Tabir gaib semakin rusak karena mungkin faktor alam, membuat kemunculan celah dimensi semaki
Raja siluman Serigala Purba sangat sulit ditenangkan ketika hal bahaya menyangkut anaknya semata wayang. Usia pangeran serigala mungkin 20 tahun, atau sedikit lebih tua. Usia seperti itu mungkin sudah begitu besar, tapi di alam siluman pangeran serigala masih seperti bayi mungil yang baru saja bisa berjalan."Yang Mulia, kita harus tenang ..." ucap salah satu serigala yang lain. "Jangan bertindak gegabah atau semuanya akan mati.""Bagaimana aku bisa tenang, anakku berada di tangan manusia," timpal siluman serigala tersebut, salah satu matanya telah buta, ada tiga goresan luka di mata kanan raja itu.Pertarungannya melawan raja siluman macan telah membuat wajahnya hancur dipenuhi oleh bekas luka."Kalian tentu tahu apa yang bisa dilakukan oleh manusia terhadap putraku?" sambung raja siluman serigala purba.Dengan kuku tajam di jari jemarinya, pria itu berniat keluar dari wilayah hutan dan mencari kemana manusia itu membaca putranya."Dalam si
Dari jarak dua ratus depa, melawan arah angin, Lanting Beruga membuntuti sekawanan siluman serigala purba."Aku mencium bau pangeran!" berseru seorang serigala di depan. "Tidak salah lagi, ini adalah bau pangeran."Dia menemukan setangkai dahan semak belukar yang patah, ada bulu halus tepat di patahan tangkai tersebut. Bulu pangeran muda."Mereka pergi ke arah sungai!" ucap serigala tersebut.Garuda Kencana mendengar hal itu, langsung pergi melaporkannya kepada Lanting Beruga. Dia bergerak lebih cepat lagi, berniat tiba di sungai itu sebelum rombongan ini.Tujuan pertama Lanting Beruga adalah mempelajari situasi musuh yang akan dihadapinya. Seberapa kuat mereka? dan dari mana asal penyusup ini.Hanya butuh beberapa waktu yang cepat, Lanting Beruga tiba di pinggir sungai lebih dahulu dari rombongan serigala.Dia menyapukan pandangan ke segala sisi, kemudian mata pemuda itu jatuh ke hulu tepatnya pada 5 orang manusia yang sedang duduk b
Tang Long lebih dahulu mengejar Siluman Tikus Purba, membuat hal ini terlihat sedikit aneh.Tang Long merupakan sosok yang penuh perhitungan, tapi kenapa hanya karena Jia Lia dia mau melakukan apapun?Pria botak mulai kesal, berpikir apakah Tang Long benar-benar terpedaya oleh kecantikan Jia Lia."Ikuti Tang Long ..." ucap pria botak.Di sisi lain, Tikus Purba menggunakan semua kecepatannya untuk melarikan diri dari kejaran Tang Long dan teman-temannya.Yang tersisa hanya Jia Lia. Gadis itu tersenyum tipis, memperbaiki robekan baju yang terkoyak di sekitar dadanya.Tampaknya dia begitu puas berhasil menarik hati Tang Long, tapi dimata Lanting Beruga, Jia Lia sepertinya sedang merencanakan sesuatu yang besar."Bayi serigala yang tampan ..." ucap Jia Lia, mendekati kurungan yang ada di dekat cadas, "sebentar lagi, semua bangsa siluman akan hancur, yang disebabkan oleh dirimu."Senyum jahat Jia Lia mendadak muncul, tidak sep
Benturan dua kekuatan pada akhirnya terjadi. Menciptakan gelombang kejut yang menggetarkan bumi, air di sungai mendadak kering karena hawa panas yang dihasilkan dari dua benturan tersebut.Bayi Serigala jatuh pingsan karena ketakutan, dan ada lebih banyak batu besar berubah menjadi serpihan kecil.Tang Long berhenti mengejar Siluman Tikus Purba yang hampir dapat dia tangkap setelah merasakan tekanan kekuatan dari belakangnya."Jia Lia ..." Tang Long menjadi panik, buru-buru merubah haluan dan meninggalkan pengejarannya.3 teman Tang Long juga bergerak cepat, membuntuti Tang Long dari belakang.Seorang pria bertanya kepada temannya, apa yang telah terjadi hingga warisan kuno bergetar seolah telah terjadi gempa."Aku rasa, telah terjadi sesuatu dengan wanita tersebut," jawab pria botak.Wajah Tang Long semakin tegang, semakin mendekati titik getaran semakin dia merasa khawatir.Hingga kemudian, getaran itu menghilang dan ca
Kepergian Lanting Beruga yang begitu saja menyisakan tanda tanya di kepala siluman serigala.Hal ini sengaja dilakukan oleh Lanting Beruga, hanya untuk melihat apakah serigala ini memang memiliki prinsip balas budi, jika iya, itu artinya mereka akan mencari Lanting Beruga apapun yang terjadi.Alasan lainnya adalah, Lanting Beruga sedang melindungi bangsa Serigala dari 5 pendekar yang mungkin akan mencarinya.Tentu saja, Tang Long tidak akan melepaskan Lanting Beruga setelah apa yang dia lakukan kepada Jia Lia."Mahluk kecil," ucap Siluman Serigala, "Siapa manusia itu?""Aku rasa dia adalah orang yang sedang kita tunggu," jawab Siluman Raja Tikus Purba. "Dari semua orang yang aku temui, hanya dirinya satu-satunya orang yang mau menyelamatkan bangsa siluman.""Aku sulit mempercayai manusia," ucap Serigala itu. "Tapi aku akan tetap membalas budi setelah apa yang dia lakukan kepada putraku."Setelah mengatakan hal terebut, Siluman Serigal
Berhari-hari mencari keberadaan Lanting Beruga, tapi tak membuahkan hasil. Tang Long memutuskan untuk membagi tim mereka.Dua orang akan menyusuri mulai dari pantai barat sampai ke tengah gunung es abadi, sementara pria botak bergerak dari arah timur menuju Gunung Merapi.Sementara sisanya, Tang Long dan Jia Lia akan menyusuri tempat selatan hingga mencapai Istana Warisan Kuno."Jika setelah kalian tiba di titik masing-masing, tapi tidak menemukan orang tersebut, hancurkan tempat ini, ambil apapun yang bisa diambil, siluman, tumbuhan dan benda berharga lainnya!"Mereka setuju, kemudian dengan cepat menyebar.Lanting Beruga tidak tahu apa yang akan direncanakan oleh 5 pendekar tersebut, tapi dia memutuskan untuk mengikuti pria botak yang bergerak ke arah timur.Pria botak itu mungkin lebih kuat dari dua orang yang lain, atau mungkin lebih kuat dari Jia Lia sehingga Tang Long menyerahkan urusan timur kepadanya seorang diri.Namun
Permukaan tanah yang dilewati oleh Jian Tie tampak klimis, menandakan selalu di lewati oleh para siluman. Setelah menuruni tempat ini cukup dalam, pria botak itu menemukan beberapa batu di tumpuk sedemikian rupa yang bentuknya menyerupai seorang kesatria. Benar, batu itu tampaknya seorang manusia yang sedang berdiri dengan pedang besar tepat di hadapannya. Salah satu tangan pria itu yang tampaknya juga tersusun dari beberapa batu, memegang gagang pedang tersebut. Jian Tie mengelus dagunya beberapa kali, memperhatikan patung batu itu dari bawah hingga ke atas. Tepat di dinding tempat ini, ada banyak ukiran yang tidak jelas, seperti gambar manusia. Beberapa gambar menunjukan seorang manusia, -Jia Tie menganggapnya demikian karena gambar ini tidak begitu jelas-, sedang berdiri di depan banyak siluman. Pada gambar yang lain, ada sinar terang di belakang gambar manusia tersebut. Kemudian gambar beberapa siluman sedang bersuj
Tanpa menggunakan aba-aba, Jian Tie menyerang Lanting Beruga dengan kepalan tinjunya, tapi gagal.Pemuda itu telah memperhitungkan serangan pria tersebut, dan menghindarinya tepat waktu. Alhasil, tinju Jian Tie mendarat di permukaan dinding goa hingga bebatuan pecah.Sebuah kepalan tinju yang lain hampir mengenai kepala Lanting Beruga, jika pemuda itu tidak sempat menarik kepalanya ke kiri.Gelombang energi yang dihasilkan oleh kepalan tinju Jian Tie, terasa begitu dingin di pinggi kuping pemuda tersebut. Menandakan jika serangan tadi mengandung kekuatan yang begitu besar."Ceh..." Jian Tie sedikit kesal, dia mengalirkan banyak aura alam pada kakinya, dan mengarahkan tendangan ke dada Lanting Beruga.Tendangan itu berhasil mendarat telak, membuat tubuh Lanting Beruga terpukul mundur beberapa langkah ke belakang.Tidak mati? Jian Tie sedikit terkejut, dia cukup yakin telah menggunakan aura lama pada tendangan tersebut, meskipun tidak te
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m