Permukaan tanah yang dilewati oleh Jian Tie tampak klimis, menandakan selalu di lewati oleh para siluman.
Setelah menuruni tempat ini cukup dalam, pria botak itu menemukan beberapa batu di tumpuk sedemikian rupa yang bentuknya menyerupai seorang kesatria.
Benar, batu itu tampaknya seorang manusia yang sedang berdiri dengan pedang besar tepat di hadapannya.
Salah satu tangan pria itu yang tampaknya juga tersusun dari beberapa batu, memegang gagang pedang tersebut.
Jian Tie mengelus dagunya beberapa kali, memperhatikan patung batu itu dari bawah hingga ke atas.
Tepat di dinding tempat ini, ada banyak ukiran yang tidak jelas, seperti gambar manusia.
Beberapa gambar menunjukan seorang manusia, -Jia Tie menganggapnya demikian karena gambar ini tidak begitu jelas-, sedang berdiri di depan banyak siluman.
Pada gambar yang lain, ada sinar terang di belakang gambar manusia tersebut.
Kemudian gambar beberapa siluman sedang bersuj
Hari ini hanya dua bab, saya baru pulang dari perjalanan, mohon bagi teman-teman untuk memakluminya.
Tanpa menggunakan aba-aba, Jian Tie menyerang Lanting Beruga dengan kepalan tinjunya, tapi gagal.Pemuda itu telah memperhitungkan serangan pria tersebut, dan menghindarinya tepat waktu. Alhasil, tinju Jian Tie mendarat di permukaan dinding goa hingga bebatuan pecah.Sebuah kepalan tinju yang lain hampir mengenai kepala Lanting Beruga, jika pemuda itu tidak sempat menarik kepalanya ke kiri.Gelombang energi yang dihasilkan oleh kepalan tinju Jian Tie, terasa begitu dingin di pinggi kuping pemuda tersebut. Menandakan jika serangan tadi mengandung kekuatan yang begitu besar."Ceh..." Jian Tie sedikit kesal, dia mengalirkan banyak aura alam pada kakinya, dan mengarahkan tendangan ke dada Lanting Beruga.Tendangan itu berhasil mendarat telak, membuat tubuh Lanting Beruga terpukul mundur beberapa langkah ke belakang.Tidak mati? Jian Tie sedikit terkejut, dia cukup yakin telah menggunakan aura lama pada tendangan tersebut, meskipun tidak te
Pertarungan antara Lanting Beruga melawan Jian Tie berlangsung begitu sengit dan cukup lama. Sesekali pemuda itu terkena kepalan tinju hebat Jian Tie, membuatnya terpental beberapa jauhnya, bahkan terhempas di dinding goa.Namun tak jarang Lanting Beruga berhasil melukai Jian Tie dengan pedang sisik Naga Hijau.Spertiga goa ini telah runtuh ke bawah, permukaan tanah yang ada di luar amblas ke bawah, tapi demikian tidak ada di antara mereka yang mampu menggerak batu berbentuk pedang di dasar goa.Ini sedikit aneh memang, bahkan tampaknya reruntuhan tanah tidak dapat mengubur benda tersebut.Sebuah kepalan tinju mendarat tepat di wajah Lanting Beruga, membuatnya melayang beberapa saat di udara sebelum kemudian terhempas keras di reruntuhan tanah.Jian Tie menarik nafas yang tersengkal-sengkal, tampaknya mulai lelah menghadapi bocah berandalan ini.Sudah berapa kali dia berhasil mengenai tubuh Lanting Beruga dengan kepalan tinjunya, tapi Lantin
Jian Tie mengendus kesal, seorang bocah ingusan di depannya berbicara layaknya seorang pendekar level dewa."Majulah bocah, akan kutunjukkan kekuatan dari Klan Kepala Besi."Ajaran dari Klan Kepala Besi adalah bertarung sampai mati, jangan menyerang dan jangan menunjukan belas kasihan.Dia menarik aura alam sekali lagi, membuatnya memiliki tekanan yang begitu kuat. Beberapa siluman level mistik tiga ke bawah mulai khawatir dengan tekanan energi tersebut.Beberapa yang lain, memutuskan untuk pergi sebelum terkena imbas dari pertarungan.Kilatan ungu menyala-nyala di tubuh Jian Tie, dan ini adalah semua kekuatan yang dia miliki. Jika kekuatan ini tida berhasil menahan Lanting Beruga, maka itu artinya dia pasti mati.Lanting Beruga menarik nafas dalam-dalam, pada saat yang sama dia mulai memasang sebuah jurus."Angkara Jagat," ucap Lanting Beruga.Jurus tersebut mulai diperkuat semenjak pemuda itu memahami teknik pedang baya
Dalam tidur yang panjang, Lanting Beruga bermimpi bertemu seseorang berwajah sahaja yang begitu berwibawa. Usia orang itu mungkin menginjak 40 tahun, paling tua mungkin 45 tahun. Namun demikian, wajahnya terlihat masih sangat tampan untuk orang seusia dirinya. "Aku adalah Bandawasa," ucap Pria tersebut, "Sengaja menyegel semua kekuatanku di dalam batu pedang tersebut." Mendengar hal itu, Lanting Beruga langsung paham jika orang di depannya adalah orang pertama yang datang ke tempat ini, dan menjadi raja di sini. Dengan penuh kerendahan hati, Lanting Beruga membungkuk memberi hormat kepada dirinya. Raja Bandawasa tersenyum tipis, menyadari pemuda di depannya sangat sopan dan mengerti etika. "Lanting Beruga, kau memiliki takdir yang sama dengan diriku, kecacatan dari lahir, titik cakra yang tidak berfungsi ..." ucap Raja Bandawasa. "Hanya saja, aku tidak seberuntung dirimu yang dipilih oleh Roh Api." Lanting Beruga tersenyum tipi
Berhari-hari Lanting Beruga melakukan meditasi yang dalam, mencoba memahami warisan energi batin yang ditinggalkan Raja Bandawasa kepada dirinya.Benar-benar sulit menyeimbangkan kekuatan tersebut, bahkan Lanting Beruga tidak mampu untuk menggunakan lebih dari 20% dari energi batin miliki Bandawasa.Jika lebih dari itu, mata kiri pemuda tersebut akan berdenyut kuat, dan pada saat yang sama kepalanya terasa dibakar dari dalam.Benar-benar sangat sakit.Namun, dengan menggunakan energi batin sekuat itu, Lanting Beruga tidak masalah jika harus menghadapi seorang pendekar level bumi rendah hanya dengan energi batinnya saja. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka kalah.Sementara di sisi lain, usaha Tang Long untuk menemukan Lanting Beruga menuai jalan buntu. Sungguh dia tidak menemukan pemuda itu di manapun, seolah lenyap di telan Warisan Kuno."Tang Long, apa yang kau rencanakan sekarang?" tanya Jia Lia."Apa lagi, kita akan men
Di dalam danau yang besar di tengah Warisan Kuno, seekor mahluk besar tertidur pulas setelah menyantap makanan.Dia sudah tertidur beberapa bulan lamanya, tapi hari ini atmosfir Warisan Kuno tiba-tiba berubah sedikit lebih berat, dan hal ini membangunkan dirinya dari tidur yang panjang.Mata merah terang itu tiba-tiba menyala, di dalam air bahkan masih terlihat sangat terang.Banyak ikan di sekitar mahluk tersebut, mulai menjauh karena beberapa saat lagi, mahluk itu akan bergerak dan keluar dari Danau ini."Rupanya manusia?" ucap dirinya, "Kalian semua harus mati di tempat ini."Ya, dialah Raja terkuat di dalam Warisan Kuno, raja tanpa rakyat, tapi raja yang paling berbahaya dari semuanya. Raja Naga hitam yang bersarang di dalam danau hijau yang dalam.Merasakan kehadiran manusia, Naga tersebut mulai geram. Dendam lamanya terhadap bangsa manusia masih mengakar dan berkarang di dalam hatinya."Manusia mengadu domba ular untuk membunuh
"Berhenti!" ucap Tang Long, merentangkan lengannya menghadang langkah kaki Jia Lia. "Ada buruan mendekat."Jia Lia mengangguk, tapi raut wajahnya tidak begitu baik, terlihat lebih tua beberapa tahun dari sebelumnya.Dari semua siluman yang dirasakan keberadaanya oleh Jia Lia, baru kali ini ada yang sangat kuat. Energi siluman yang sulit dibayangkan oleh dirinya. Siluman mistik level lima.Baru pula lima tarikan nafas Jia Lia menghentikan langkah kakinya, tiba-tiba di atas langit biru, mendadak muncul mendung yang begitu tebal, lalu kilatan cahaya menyambar pelupuk mata.Mendung kemudian mulai berpusar, muncul percikan petir di tengah pusaran tersebut, hingga kemudian munculah moncong mahluk yang membuat bulu kuduk terasa berdiri.Dua pendekar di atas gunung menelan ludah mereka, tidak menduga ada siluman yang begitu kuat hingga mempengaruhi alam di tempat ini."Apakah itu naga?" tanya salah satu dari mereka berdua. "Aku hanya pernah melihatn
Raja Siluman Macan tidak percaya manusia itu alias Tang Long bisa membuat Raja Naga Hitam terseok ke dalam tanah. Kulit Naga Hitam sangat keras, lebih keras dari sebuah logam bahkan, senjata level tinggi sekalipun tidak bisa melukai kulit Naga Hitam tapi pukulan Tang Long bahkan membuat naga itu tersungkur di permukaan tanah. "Serangan yang dilakukan pria itu tidak mengandung energi batin, dia tidak melemahkan energi siluman naga hitam ..." "Yang Mulia, sekuat apa manusia itu?" Sekarang setelah melihat kekuatan Tang Long, banyak siluman macan menjadi ragu utuk membantu Siluman Naga tersebut. Tang Long mendekati Naga Hitam dengan penuh kemarahan yang membara, dia menarik tanduk siluman itu lalu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Tang Long sekali lagi menghempaskan kepala siluman itu ke bumi, dengan kuat, membuat tanah kembali bergetar. "Kau sudah merasa sombong karena bisa mengeluarkan nafas api ..." ucap Tang Long. "Aku adalah